22-MBA

488 64 8
                                    

Sedangkan di sisi lain, Yanto baru saja kembali dari luar. Lelaki itu menuju kamarnya, membaringkan tubuhnya saat ia meraih ponsel untuk menelpon Alfaro, ketukan pintu terdengar dari luar.

"Siapa?"

"Bibi den."

"Masuk bi." Yanto bangkit kemudian bersembunyi di balik pintu, dan saat pintu terbuka, Yanto berteriak hingga membuat wanita paruh itu kaget bukan main.

Seluruh makanan dan susu yang ia bawa di atas nampan terjatuh begitu saja di lantai, Yanto tak henti-hentinya tertawa keras.

"Hih, den Yanto! Enggak lucu malah ketawa," wanita itu mengelus-elus dadanya untuk mengatur nafasnya yang beradu panco.

Yanto memeluk wanita itu seperti memeluk bundanya. "Hahaha maaf bi."

Yanto berjongkok untuk mengambil barang-barang yang jatuh sebab keusilannya. "Biar Yanto bantu."

"Ohiya den, tadi ada teman aden ke sini."

"Yang ganteng itu bukan bi?"

"Ah bukan den, ini mah setengah-setengah."

Yanto terkekeh, "Siapa bi? Gantengan mana sama Yanto?"

"Sebelas dua belas lah den."

"Siapa, ya?"

"Dew dew siapa sih? Bibi lupa," ucapnya sembari terus mengingat.

"Oh! Dewa sama Yusdar, bukan ?"

"Nah, etaaaa!!" wanita itu berteriak hingga membuat Yanto mundur ke belakang sembari mengusap-usap dadanya.

"Yaelah si bibi balas dendam."

"Hahaha. Maaf den, bibi refleks."

Setelah selesai membereskan, wanita itu keluar kamar. Yanto bergerak menelpon Alfaro dan menceritakan seluruh kejadian yang ia lihat di sekolah tadi, pada saat Candra dan Denis berantam.

***

Sore hari Alfaro bersiap-siap ke rumah Alana, lelaki itu sangat bersemangat kali ini, entah karena apa ia sendiripun tidak tau.


Sesampainya di rumah Alana, hari sudah malam. Alfaro masuk ketika pintu sudah di bukakan oleh Bi Sum.

Alfaro memeluk Bi Sum sembari berjalan ke dalam rumah.

"Bibi apa kabar nih?"

Bi Sum menatap Alfaro dengan seksama. "Kabar baik, kalau den Alfaro datang."

"Jadi maksud bibi kalau Faro enggak ada, bibi enggak baik-baik aja nih?" goda Alana sembari menuruni anak tangga.

"Hehehe tau aja non, ya sudah bibi ke dapur dulu mau nyiapin makan malam."

"Habis ngapain? Enggak mandi apa? Udah sore nih." Alfaro memperlihatkan arloji yang melingkar tampan di pergelangan tangannya.

Alana menggeleng. "Takut."

"Kenapa? Mau gue temenin?"

Alana mendorong pelan wajah Alfaro. "Dasar mesum!"

Alfaro terkekeh. "Ya terus ngapain dong?"

"Gue tau lo mau ke sini, makanya enggak mandi."

"Enggak nyambung juminten." Alfaro duduk di atas sofa.

"Nyambung."

My Boyfriend Alfaro (COMPLETE)Where stories live. Discover now