23-MBA

456 56 2
                                    

Sadewa menemani Yanto menuju ke kelas, Yanto masih memegangi kepalanya yang masih terasa sakit.

Kepala lelaki itu di penuhi dengan perban. Saat sedang asik berjalan, Yanto tiba-tiba memberhentikan langkah Sadewa yang masih setia di sampingnya.

Lelaki tampan dengan pribadi tenang itu menoleh ke arah Yanto. "Ada apa?" Sadewa bertanya sembari menaikkan sebelah alisnya.

"Mereka ngapain?"

"Foto, siapa tau ada sangkut pautnya sama rencana yang mereka buat." Sadewa memberi saran, kemudian Yanto mengangguk dan mengeluarkan handphone nya dari dalam saku.

Sedangkan di sisi lain, Candra terus berdebat dengan Vivi.

"Abang mau ke kantor masa iya kayak mau pergi kebun?"

"Lah ma, ini namanya style."

"Kamu malah terlihat kek tukang kebun tau enggak."

"Sayangnya engga ma." Candra berpura-pura lesu.

"Udah buruan ganti bajunya, mama tungguin di bawah."

Sedangkan Alana, Sisi, Sheila dan Keisya sedang asik memakan mangga, mereka kembali melanjutkan aktivitas yang sempat mereka tunda.

Beberapa menit yang lalu, Bu Mifta memasuki kelas untuk membagikan raport hasil ujian mereka.

"Kira-kira, ada rencana buat liburan kemana nih?" tanya Keisya.

"Belum ada rencana sih, tapi gue agak mageran gitu."

"Come on baby, ini liburan kok mager!" sinis Sheila.

"Giliran make up aja dia senang." Alana menggeleng heran.

"Hei jangan salah, make up itu kebutuhan! Tanpa make up gak bisa hidup," timpal Sisi yang sedang kepedasan karena sambal cocolan mangga.

"Kalau gue sih, enggak bisa hidup tanpa oksigen." Sisi melirik kesal ke arah Keisya, benar-benar merusak suasana.

"Ya semua orang juga tau kei." Sisi terlihat kesal dengan jawaban gadis itu tadi.

Keisya melihat wajah Sisi dengan seksama. "Berarti lo bukan orang dong?"

"Tau ah, serah lo aja!" gadis itu terlihat pasrah, Keisya tertawa puas sedangkan Alana dan Sheila juga mengikuti Keisya.

Semua murid-murid bergegas dengan cepat membersihkan kelas yang berserakan dengan kulit mangga.

Mereka melakukannya dengan terburu-buru karena mendapat info bahwa pak Erik menuju kelas mereka.

Semua ambil bagian kecuali Alfaro dkk. Dengan sekuat tenaga, mereka menyapu ruangan dengan bersih, ruangan telah kembali seperti semula ketika pak Erik berada tepat di depan pintu.

Pak Erik berjalan menuju Yanto yang memasang airphone di kedua telinganya, lelaki itu mendengarkan musik sembari bersenandung.

Tak lupa kaca mata hitam sebagai aksesoris di kedua matanya.

Pak Erik menepuk pelan punggung Yanto yang menenggelamkan wajahnya di atas kedua lipatan tangannya di atas meja.

Yanto menepis pelan tepukan tangan pak Erik, kemudian pak Erik melakukannya lagi hingga yang ketiga kali.

Lagi dan lagi Yanto merasa kesal, kemudian menepisnya lagi dengan kuat di sertai tenaga.

"Lo tau enggak sih, orang kalau pakai airphone artinya apa?!" Yanto mulai geram.

"____"

"Ya artinya enggak mau di ganggu lah!! Gitu aja enggak jawab lo! Gagu, kah?! Gangguin aja, pergi sana!"

My Boyfriend Alfaro (COMPLETE)Where stories live. Discover now