CHAPTER 24

4.7K 390 52
                                    

Sudah dari dua jam yang lalu Seokjin berhenti di depan rumah seorang wanita yang ia yakini sebagai Jisoo. Sedari tadi ia ingin turun dan menghampiri rumah itu, tapi ia urungkan karena takut salah orang.

"Oke, ayo turun. Semangat Seokjin!" entah sudah berapa kali ia menyebutkan kalimat itu tapi selalu ia batalkan. Dengan tiba-tiba rasa percaya dirinya hilang entah kemana dan itu membuat Seokjin semakin ragu. Padahal ia sudah datang jauh-jauh dari apartemen nya hanya untuk menemui wanita itu, tapi saat sampai sini kenapa ia enggan turun dari mobil dan enggan menghampiri rumah itu.

Hingga akhirnya Seokjin melihat pintu rumah itu terbuka dan dengan cepat ia menatap wanita yang baru saja keluar. Seokjin semakin menajamkan pengelihatan nya kala ia yakin jika wanita itu adalah Jisoo, istrinya. Ia melihat jika wanita itu sedang menyiram tanamannya yang berada di halaman. Jadi sekarang, Seokjin sudah memutuskan untuk turun dan berjalan menghampiri Jisoo.

Sebelum menghampiri Jisoo, Seokjin menarik nafasnya dalam-dalam dan ia hembuskan perlahan. Ok, Sekarang ia siap.

_____________

Entah kenapa pagi ini mood Jisoo sedang sangat baik, oh apakah itu bawaan dari sang bayi. Ya mungkin begitu. Setelah selesai meminum susu hamil nya, Jisoo melangkah pergi ke halaman rumahnya untuk menyiram tanaman yang ia beli beberapa hari lalu.

Jisoo pun mengambil tempat khusus untuk menyiram tanaman. Ia mengisi itu terlebih dahulu dan setelah penuh, ia langsung menyirami tanaman dihadapannya.

Jisoo sempat melihat jika di depan halamannya ada sebuah mobil Hyundai hitam yang terparkir disana. Sedetik kemudian ia mengira itu adalah mobil milik Seokjin tapi dengan cepat ia buang pikiran itu. Mana mungkin Seokjin datang ke sini jauh-jauh dan menghampiri nya, sangat mustahil bukan?

"Jisoo.."

Jisoo mengalihkan pandangan kala namanya dipanggil. Ia mengarahkan kepalanya ke asal suara.

Tiba-tiba benda yang ia pegang jatuh ke tanah kala melihat pria yang paling ia benci. Tatapannya semakin menajam saat pria itu berjalan mendekatinya. Dan tentu saja Jisoo berjalan mundur menjauhi Seokjin.

Tidak. Jisoo tidak menangis. Ia hanya benci kenapa pikirannya tadi ternyata benar. Kenapa Seokjin datang menghampirinya, bukankah mereka sudah tidak mempunyai hubungan apapun, pikir Jisoo begitu.

"J-jisoo tolong––" ucap Seokjin sambil mengambil tangan Jisoo. Dan tentu saja Jisoo langsung menjauhkan tangannya dari sentuhan Seokjin.

Jisoo tidak menjawab, ia bergegas pergi dari sana dan masuk ke dalam rumahnya. Tapi sialnya ia kalah cepat dengan Seokjin saat ingin menutup pintunya. Kaki dan tangan Seokjin menahan pintu itu agar tidak tertutup rapat oleh Jisoo.

"Jisoo tolong dengerin aku dulu.."

Jisoo tetap tidak menjawab. Perlahan kekuatannya untuk menutup pintu itu memudar. Jisoo menyerah karna sudah tidak kuat lagi, jadi ia membiarkan Seokjin melakukan apa yang ingin dia lakukan.

Melihat Jisoo yang sudah tidak melakukan itu, Seokjin tentu saja senang. Ia tersenyum kecil melihat Jisoo.

"Mau apa kamu?" Tanya Jisoo dengan nada rendah. Seokjin menunduk, ia mengatur nafasnya dan mulai mendongakkan kepalanya lagi.

"Aku mau min––"

"Masuk dulu" potong Jisoo dengan ketus. Seokjin pun berjalan masuk kedalam rumah Jisoo dan mendudukkan dirinya di sofa, Jisoo juga menyusul Seokjin setelah ia menutup pintunya.

Jisoo duduk di Sofa panjang, ia menyenderkan punggungnya di sandaran sofa. Sedangkan Seokjin memilih duduk di sofa dihadapan Jisoo.

Sebelum memulai pembicaraan, Seokjin menatap perut Jisoo yang sudah membesar bahkan lebih besar dari perut Sowon. Seokjin yakin, pasti Jisoo sangat kesusahan mengurusi dirinya sendiri.

Bad Husband || Jinsoo (END)Where stories live. Discover now