Part 36.

367 48 5
                                    

Jangan pernah lupakan orang yang pernah membawa mu mengerti tentang kejam nya duniawi.

Dion Adinata Anggara.

Feli dan Sam kembali ke rumah, keadaan sangat genting disana. Semua orang tampak sibuk mencari cara, tiba-tiba suara gemuruh helikopter terdengar diluar.

Semua orang keluar dan menatap siapa yang datang.

"Itu helikopter milik Kakek gua," ucap Sam. Wajar saja Sam mengenali nya karena helikopter itu bertuliskan Haidar.

"Kakek Lo kan udah lama meninggal Sam, siapa yang bawa helikopter itu. Selain bokap Kak Nuel, gak ada yang tahu kan dimana letak helikopter itu," sahut Amira.

"Gua aja bingung anjay!" Balas Sam.

Pintu helikopter terbuka memperlihatkan seorang pria keluar lengkap dengan setelan jas nya, tidak lupa tangan kanan nya menggandeng seorang gadis cantik memakai Dress ungu.

"Reni!" Panggil Feli.

"Kak Nuel," imbuh Sam.

Ya, mereka adalah Nuel dan Reni. Mereka datang untuk membantu Dion dan yang lain.

Nuel menghampiri Sam dan membuka kacamatanya. "Lo fikir selama ini gua diam dan menatap di Indonesia hanya menjadi beban dunia? Lo salah!" Nuel menunjuk helikopter yang dia bawa beserta para Bodyguard nya. "Milik gua!"

Nuel meninggalkan Sam dan menghampiri Fery serta menyalami pria tua itu. "Saya Sangat menyayangkan sekali, salah satu keluarga saya terlibat dalam proyek tidak masuk akal itu, Kek. Saya sangat malu mendengar nya," ujar Nuel.

Fery menepuk-nepuk bahu Nuel, Fery Sangat lah mengenal Nuel. Pertemuan terakhir mereka saat Nuel menolong Mawar dan membawa nya ke kantor Adinata.

"Mesti banget ya gandengan mulu, Reni gak bakal hilang, Kak." Sindir Feli.

"Bilang aja Lo iri, pacar Lo gak bisa di ajak romantis," ujar Reni dan melongos meninggalkan mereka semua disana.

"Anjay! Pacaran pake helikopter. Lo udah pernah belum Sam naik helikopter Kakek Lo?" Tanya Malvin.

"Belum," jawab Sam.

"Miris sekali dirimu ini sahabat," Balas Malvin dengan dramatis.

"Reni yang notabene nya Masih pacar Kak Nuel aja udah naik helikopter milik keluarga Haidar, masa Lo yang cucunya belum pernah naik Sam?" Tanya Amira yang ikut mengompori Sam.

"Bacot Anj!!" Sahut Sam.

"Tenang lah kawan, aku ada bersama dirimu." Bana mencoba untuk membela Sam.

Mereka semua memasuki Rumah Doni, Reni dan Nuel sudah duduk di sofa beserta Anggara, Doni dan Fery.

Feli memandangi Doni dan Reni secara bergantian, merindukan masa SMA yang begitu aneh. Reni yang sangat bucin pada Doni, dan Doni yang pernah memukuli Nuel sampai pria itu hampir mati.

Feli tersenyum betapa lucunya masa-masa itu. Reni memangku Aliska dan mengajak nya untuk bermain.

"Kenapa Lo?" Tanya Doni pada Feli.

"Lucu banget ya kalian, saling sapa dulu kek," goda Feli.

Reni menatap Doni sekilas dan kembali menunduk.

"Ren, Lo sadar gak sih anak siapa yang lo pangku?" Tanya Andy. Andy dan Ratna ikut bersama Nuel.

"Nggak," balas Reni.

"Itu anak Doni, setan!" Tajam Ratna.

Reni sedikit terkejut dan memandangi Aliska. "Gak ada mirip-miripnya, sumpah."

"Aliska bokap Lo baik gak?" Tanya Ratna.

Aliska hanya diam dan memandangi Ratna. "Nih anak ngerti bahasa Indonesia gak sih?"

"Dia ngerti, cuma males jawab Kalo yang nanya itu bukan orang penting," imbuh Doni.

"Jadi sebenarnya Nuel ada rencana Kek," ucap Nuel.

Semua orang berhenti bercanda dan fokus pada Nuel yang memulai obrolan serius.

"Selama lima tahun saya bersusah payah membangun perusahaan ini, saya membangun perusahaan sendiri bersama teman-teman saya. Kita bisa kepung markas mereka, kita bisa minta bantuan Kepolisian Australia untuk membantu menangkap mereka," ujar Nuel.

"Tapi jumlah mereka sangat banyak Kak," sahut Bana.

"Ban, kita gak perlu menangkap mereka semua. Kita cukup menangkap dalang dari semua ini, soal bawahannya kita bisa mudah menangkap mereka," ujar Sam. "Dan Papa gua juga salah satu dari mereka, tangan gua sendiri yang bakal bawa bokap gua ke penjara," Batin Sam.

"Saya setuju dengan ide kalian," imbuh Fery.

"Kalo kita masih kekurangan Bodyguard, kita bisa bawa mereka Kek," ucap Nuel menunjuk semua cucu Fery. "Kasihan kan mana masih muda."

Semua orang saling memandang. "Kalo gua mah ikut aja," balas Aldo.

****

Semua lampu tiba-tiba mati, dan terdengar suara panik dari orang-orang yang ada disana, Dion segera berdiri dan keluar dari tempat itu.

"Sial! Dimana gua letakkan kunci nya," ucap Dion.

Dion segera mendapatkan kunci nya dan berlari keluar dari sana, Dion terus berlari dan bersembunyi di balik pohon besar.

Ara segera datang menghampiri Dion.
"Ayo," ajak Ara.

Sial! Lampu bangunan itu tiba-tiba menyala kembali, Dion dan Ara tetap diam di tempatnya. Mereka tidak mungkin bisa lari dengan keadaan yang sudah terang seperti ini.

Dion mendongak semua orang didalam gedung itu mulai panik dan mencari Dion.

"Itu dia!" Ucap salah satu Bodyguard itu.

Dion dan Ara yang mengetahui keberadaan mereka telah diketahui, mereka segera pergi ban berlari dari sana. Namun Ara dan Dion berpencar.

Dion berlari sekuat tenaga ke arah depan, Dion berhenti ketika melihat banyak sekali helikopter yang mendekat, Dion dapat melihat beberapa dari helikopter itu adalah milik keluarga Adinata.

Dion menatap kebelakang semua orang yang tengah menatapnya, semua orang tampak mengepung nya.

Nuel, Doni dan yang lainya segera turun dari helikopter dan ingin segera menghampiri Dion.

Salah satu dari orang itu mengeluarkan Pistol nya dan mengarahkan nya tepat ke arah dimana Dion berada. "Jangan mendekat!" Ucapnya pada Nuel yang ingin segera mendekat.

Tapi, Nuel tidak mungkin mendengarkan orang itu, mereka tidak mungkin berani membunuh Dion, karena Dion adalah target utama mereka.

"Nuel Lo harus hati-hati, Kalo Lo bergerak sedikit aja, nyawa Dion jadi taruhannya!" Teriak Doni.

Dion yang sudah menjadi target sasaran ditengah-tengah tidak peduli dengan nyawa nya, Dion malah sibuk mencari keberadaan Ara. "Nyawa Lo lebih penting dari nyawa gua, Ra. Gua udah janji bakal bawa lo pergi dari tempat ini," batin Dion.

"Dion!" Panggil Feli.

Dion tersadar dari lamunan nya, Feli ada disana bersama dengan Sahabat-sahabat nya, Dion tersenyum jujur saja dia sangat merindukan mereka semua. Senyum Dion berganti ketika melihat air mata Feli.

Fokus Dion saat ini benar-benar terpecah, disisi lain dia memikirkan Feli dan disisi lain dia memiliki janji pada Ara untuk membawa Ara keluar dari tempat ini, tapi dimana Gadis itu.

Nuel terus mendekat ke arah Dion.

"Jangan mendekat atau Dion akan mati!" Bentak orang itu.

Nuel tidak memperdulikan bentakan orang itu dan terus mendekat sampai akhirnya.

Dorrr!!
Dorr!!
Dor!!!

"Dionn!!" Teriak Feli dengan air mata nya yang sudah mengalir.

"Gua janji, gua bakal baik-baik aja, Fe. Gua janji gua gak akan ninggalin Lo lagi." Kata-kata itu cukup menggema di telinga Feli.

Feliana's Story [SELESAI]Where stories live. Discover now