Chapter 14 : Depresi

92 31 2
                                    

.

 .

.

Happy reading :)

~~~

"Kamu kenapa sih Ra?" tanya ibu.

"Gak papa bu,"

"Tapi kok sampai pingsan gitu? Kamu sakit?"

"Enggak kok bu, mungkin hanya kecapekan aja,"

Seperti biasa, sepagi ini, ibu bersiap untuk berangkat kerja. Begitupun Noura, dia sudah siap bahkan sebelum kedua adiknya bangun. Ia tahu persis apa yang harus dilakukannya setiap pagi.

"Kalau kamu sakit, di rumah aja Ra." Ujar ibu cemas.

"Enggak kok bu, di rumah bosen gak ada siapa-siapa. Aku juga masih kuat kok." Senyum Noura tersimpul manis dibalut jilbab putihnya.

Sepertinya malaikat pun cemburu dengan senyumnya pagi ini. Luka parah di hatinya terbungkus rapi oleh senyuman tulus.

"Yaudah ibu berangkat. Jaga diri baik-baik."

Jaga diri baik-baik? Untuk pertama kalinya setelah entah kapan, sang ibu memperhatikan dirinya yang biasanya ia hanya akan bilang "jaga kedua adikmu"

Tangan Noura meraih juluran tangan sang ibu lalu mengecupnya. Hatinya telah lebih baik kali ini. Atau, air matanya saja yang sudah terkuras habis.

"Kakak habis nangis ya?" ujar Firman menghampiriku. Dia sudah berseragam, hanya tinggal sarapan dan kemudian berangkat ke sekolah.

"Siapa yang habis nangis?" sahut Ezra dari belakang.

"Itu, Firman habis nangis katanya," jawab Noura mengerjai.

"Cowok kok cengeng." Ezra duduk di depan meja makan, tepat di sebelah Firman.

Dua anak laki-laki itu sekarang terlibat perdebatan. Noura hanya tertawa melihat tingkah mereka berdua.

Noura tidak pernah sekalipun terlihat menangis di depan kedua adiknya itu. Dia yang menjaga mereka, jadi dia tidak boleh lemah di hadapan mereka.

***

Kelas ramai seperti biasa. Namun, ada satu hal yang tak biasa, Noura tidak menemukan Alya di dalam kelas pagi ini.

"Eh eh liat, ini si kapten basket itu sekarang kayaknya lagi deket sama anak jurnalistik deh," seru Karin memperlihatkan gawainya kepada teman di sebelahnya.

"Siapa siapa?" jawab temannya.

"Itu, si Hana. Gue gak habis pikir, kok mau sama cewek alay sok cantik kayak dia,"

"Mending sama gue, kan." Sahut temannya yang lain.

"Mana mau sama lo."

Noura sudah terbiasa mendengar gosip pagi hari seperti itu di kelasnya. Namun, ia hanya membiarkan saja, tak mau cari masalah. Karena dia yakin, dia pasti akan kalah suara dengan Karin dan komplotannya.

"Na, Alya gak masuk?" tanya Noura kepada Ratna yang tengah mengerjakan pekerjaan rumahnya.

"Nggak tau deh Ra, coba chat dia," jawab Ratna sekenanya.

"Ra," suara seorang laki-laki memanggil Noura dari belakangnya.

"Eh, kenapa Ngga?"

"Lu nyari Alya kan? Ini, doi lagi gak masuk. Surat ijinnya juga lagi ada di gue," ucap Angga. Dia membuka tasnya dan mencari sesuatu.

Ketika Bintang Kehilangan CahayanyaWhere stories live. Discover now