Chapter 1 : Cahaya Bintang

415 71 31
                                    

Haii! Selamat datang!
Terimakasih berkenan mampir :)

Semoga bisa jadi temen kalian ya. Mungkin banyak yang relate sama cerita ini.

Kalian juga boleh curhat di komentar:)

Selamat membaca cerita pertamaku!


~~~


Mereka memanggilku Noura. 

Noura adalah doa yang mengiringi setiap jejak langkahku di bumi Sang Pencipta. Noura memiliki arti cahaya yang bersinar terang. Doa itu disematkan kepadaku agar aku menjadi cahaya untuk dunia di sekitarku. Cahaya untuk dua adikku, Ezra dan Firman. Cahaya untuk kedua orang tuaku. Cahaya untuk teman-temanku. Cahaya untuk diriku sendiri. 

Namun, cahaya itu sering kali dipaksa redup, akhirnya gelap, membuatnya kehilangan arah. Tak tahu harus melangkah. Dan ironisnya, penyemat doa itulah yang seringkali membuat cahaya itu hilang.

Aku rasa, gelap itu sebenarnya tidak ada, yang ada hanyalah ketiadaan cahaya. Sebuah ruangan dikatakan gelap karena minimnya cahaya. Apa di ruang kecil di dalam diriku sudah kehilangan cahaya?

Cukupkanlah

Ikatanmu

Relakanlah yang tak seharusnya untukmu

Yang sebaiknya kau jaga

Adalah dirimu sendiri

Lagu Sulung karya Kunto Aji aku ulang-ulang sebagai penenang melalui gawaiku. Album mantra-mantranya seolah menjadi teman untuk menghadapi malam-malam panjang perangku menghadapi pikiranku sendiri.

Aku mendengarkan lagu itu dengan melakukan butterfly hug. Pernah dengar? 

Aku menyilangkan kedua tanganku ke dada, lalu memejamkan mata. Aku menarik nafas dalam-dalam, kemudian mengeluarkannya secara perlahan. Aku tepuk-tepuk lembut dadaku sambil berbicara dengan diriku sendiri. Seolah diriku adalah teman terdekatku menghadapi segala ujian keras di hidupku.

"Kamu kuat Noura, bertahan ya!"

"Sabar, semua pasti bakal berlalu,"

"Kamu hebat!"

Tak kusadari air mataku jatuh seketika tanpa sedikit pun tertahan. Rasanya lega sekali menumpahkan segala rasa tanpa ada justifikasi ataupun celaan.

Berbincang diri sendiri sudah menjadi kebiasaanku tiap malam sejak hari itu. Hari dimana kasih sayang yang selalu kudapatkan tiba-tiba dicabut secara paksa. Seperti anak kecil yang asyik dengan mainannya, seolah dunia menjadi hanya dia dan mainannya saja, kemudian mainannya dirampas tiba-tiba.

"Hai, diriku, masih kuat kan?"

Saat dunia begitu menyudutkanku, entah kenapa, disaat yang bersamaan, aku seperti tidak boleh menunjukkan bahwa aku sedang terluka. Jika aku menangis, pasti akan dianggap lemah. 

Namun, bukannya manusia tercipta dalam keadaan lemah? Memangnya salah?

Aku sudah muak dengan kebiasaan buruk manusia. Bisa-bisanya mereka saat ada orang bercerita tentang masalahnya malah seolah mengadu nasib, "Lah lu enak, lah gue..." hingga yang awalnya akulah yang ingin didengar, menjadi aku yang mendengarkan ceritanya, bahkan lebih parahnya, aku juga yang mencoba memberikan solusi. Haha.

Ketika Bintang Kehilangan CahayanyaWhere stories live. Discover now