46. Forced To Go Home

Start from the beginning
                                    

"Cobain, Til. Muka lo kayak mau muntah gitu. Cobain dulu, biar paham."

Atilla ragu-ragu menerima piring itu. Saat Derrel dan Andrea menatapnya seakan tengah menunggu, ia menyendok sedikit kuah dari Sinonggi tadi. Dari aromanya, lumayan meyakinkan.

Dari sesendok itu, Atilla mulai menyecapnya ragu-ragu, dan berakhir menyeruputnya hingga tandas. Matanya membulat. "Kuahnya enak, Re!"

Derrel sumringah, ia ikut mengambil piring, kemudian  meracik kuah Sinonggi persis seperti yang diajarkan Andrea sebelumnya.

"Sekarang, nih." Andrea memberikan sumpit untuk Atilla. "Sinongginya potong kecil-kecil, terus pas disendoknya harus bersamaan sama kuahnya biar pas ditelen nggak seret. Rasanya? Beuuuuhhh, top markotopp, Til. Tapi inget. Sinongginya jangan dikunyah. Langsung telen, karena kalo kena gigi bakalan lengket. Yang ada lo malah keselek."

"Lo kebanyakan ngomong, Re. Ini gue udah mau abis setengah," ucap Derrel sambil menyantap Sinongginya dengan kalap.

"Anjir, ikannya jangan diabisin. Yakali gue makannya sinonggi doang nggak pake lauk?!" Andrea memekik panik.

 Yakali gue makannya sinonggi doang nggak pake lauk?!" Andrea memekik panik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Ilustrasi: Sinonggi, Ikan pallumara, dan sayur bening daun kelor)

• • •

"Omong-omong nih ya, cowok lo ke mana, Re? Kok nggak ikut makan?" Derrel bertanya setelah menyeka bulir keringat di dahi. Menyantap Sinonggi hangat di malam hari seperti ini ternyata terlalu nikmat sampai membuat dahinya sedikit berkeringat.

"Nggak tau tuh." Rupanya Derrel salah telah menanyakan hal itu. "Kesel gue. Dia marah-marah cuma gara-gara gue abisin pulsa dia buat nelpon temen gue. Katanya dia jadi nggak bisa nelpon temennya yang di Jakarta. Ribet amat sih jadi cowok, tinggal isi pulsa aja lagi, kali. Pake ngomel-ngomel segala, yaudah deh. Karna gue juga udah emos banget, gue suruh pulang."

"Dia emang gitu. Paling juga nanti nongol lagi," Atilla menimpali.

Derrel tersenyum miring sembari terkekeh kecil. "Pengalaman ya, Mbak?"

"Diem, deh. Ini di meja makan." Atilla menjawab tanpa menatap Derrel.

"Selama masih punya mulut, aku berhak ngomong kayak gitu kalo pacarku tanpa rasa berdosa malah bahas cowok lain."

"Lah, aku kan bahas Dion karena kamu juga yang nanya-nanya ke Andrea. Sekarang malah nyalahin orang. Re, sepupu lo nih. Aneh banget. Gitu aja cemburu. Alay."

"Nih kuah ikan kayaknya menarik nih kalo dicipratin ke orang."

"Ngancem?" tantang Atilla.

CephalotusWhere stories live. Discover now