"Ma-masa lalu?"

Arsya mengangguk sekali. "Aku juga tau, kalau ayah dan mama adalah sepasang mantan pacar semasa SMA." Arsya kengalihkan pandangannya menatap tanaman lagi.

"Aku udah tau semuanya. Dulu, aku gak sengaja buka ponsel mama yang menampilkan isi pesan mama dan ayah. Selama itu pula aku hanya diam, dan pura-pura tidak mengetahui apa-apa."

"Kenapa ma? Kenapa mama harus berkhianat? Kenapa mama mengkhianati ketulusan papa? Mama bahkan tau kan, kalau Ayah Reno memiliki istri dan seorang anak. Tapi kenapa mama tega menghancurkan keluarga mereka? Mama merebut suami orang, dan sosok ayah dari seorang anak."

Ratih menatap Arsya tak percaya. Ia tak menyangka, Arsya akan tau semuanya. Rahasia yang ia sembunyikan dari Arsya selama ini, dan akan ia bawa sampai mati, justru telah diketahui oleh gadis itu. Ratih terdiam membisu. Ia tidak tau lagi harus membalas ucapan Arsya seperti apa.

"Udah dari lama aku mau bicarain soal ini. Aku sayang sama mama. Tapi, aku juga benci banget. Apa mama tau rasanya ada diposisi aku?" tanya Arsya setengah berbisik. Isakkan tertahan, mengiringi Arsya dalam mengutarakan kalimat-kalimatnya.

"Aku selalu menyalahkan takdir, kenapa aku harus dilahirkan dari rahim mama?"

Hati Ratih mencelos, mendengar ucapan Arsya. Tatapan sendu juga menyesal, ia layangkan pada Arsya. Putrinya yang tanpa sadar, selalu tersakiti karna egonya.

"Kenapa aku harus merasakan menjadi anak, yang orang tuanya bercerai?"

"Maafin mama."

"Kenapa mama lebih memilih ayah daripada papa?" tanya Arsya lagi.

Ratih mengusap air matanya yang turun melewati pipinya. Hatinya sakit saat mendengar suara pilu, juga kalimat yang menyiratkan kekecewaan, dari bibir Arsya.

"Dulu mama tidak pernah mencintai papa kamu. Tapi papa kamu selalu berusaha membuat mama jatuh cinta padanya. Sampai pada akhirnya, papa kamu melamar mama. Mama setuju, karna mama fikir, mama akan mencintai papa kamu setelah menikah nanti. Apalagi papa sudah mengkantongi restu oma sama opa kamu. Ditengah perjalanan pernikahan mama dan papa kamu, mama bertemu dengan Ayah Reno, mantan pacar mama. Dulu, kami putus karna oma kamu tidak menyukai Ayah Reno. Oma selalu mendesak mama untuk menjauhi dia. Dan saat pertama kali kita bertemu setelah beberapa tahun, rasa itu masih ada. Rasa cinta mama ke Ayah Reno yang lebih besar dari rasa cinta mama ke papa kamu. Dan ternyata, Ayah Reno juga masih menyimpan rasa cintanya untuk mama. Kami memutuskan untuk menjalin hubungan dibelakang papa, juga istri Ayah Reno. Sampai hari itu terjadi. Hari dimana perceraian mama dan papa, juga Ayah Reno dan istrinya. Saat itu mama sudah mengandung Safia, 2 bulan." Ratih menjelaskan semuanya diiringi isakkan tangisnya.

Arsya menatap mamanya tak menyangka. Sejauh itukah hubungan mereka, sampai-sampai sudah hadir Safia dalam kandungan mamanya? Air mata turun dari sudut mata Arsya, yang menatap mamanya dengan tatapan kosong.

Arsya menundukkan kepalanya, dan menangis terisak. Ratih menatap tubuh Arsya yang bergetar, dengan pundak naik turun, disertai isakkan yang memilukan. Dia ikut menangis bersama putrinya. Dosa masa lalunya telah menjadikan Arsya sebagai tebusan. Putri yang sangat ia sayangi itu, harus merasakan kekejaman dan ketidakadilan dalam hidup ini.

Arsya mencengkram pundak Ratih, dan menatapnya dengan mata merah juga sembabnya. "KENAPA MA? KENAPA? KENAPA MAMA TEGA MELAKUKAN INI SEMUA SAMA AKU DAN PAPA? APA SALAH AKU DAN PAPA?"

"Arsya, mama mencintai Ayah Reno. Dan Ayah Reno juga masih mencintai mama. Makanya kita berusaha untuk bersatu lagi." jawab Ratih.

Arsya melepas cengkraman tangannya, pada pundak Ratih. Ia menatap mamanya dengan tatapan terluka juga kecewa. "Cinta?" lirihnya.

"Mama egois. Mama hanya memikirkan diri mama sendiri. Apa gak ada sedikit pun rasa cinta untuk papa? Mama anggap aku dan papa apa, saat mama dan ayah melakukan hubungan yang seharusnya tidak kalian lakukan, hingga Safia hadir?"

Arsya menatap marah pada mamanya. "Karna keegoisan kalian, banyak orang-orang yang menanggung lukanya!!"

"Gak ada perbuatan yang dibenarkan, jika itu menyakiti perasaan orang lain!"

Setelah mengatakan itu, Arsya berjalan memasuki rumahnya dan melangkahkan kakinya menuju tangga, melewati Safia dan Reno yang baru saja pulang. Mereka menatap punggung Arsya dengan bingung.

"Kakak kenapa, yah?"

Reno merasa ada yang tidak beres dengan Arsya. Ia segera melangkahkan kakinya ke halaman belakang, dan mendapati Ratih yang menangis tersedu-sedu. Sekarang ia paham apa yang terjadi.

Bangkai yang disimpan rapi pun, pada akhirnya akan tercium juga baunya.

***

Selamat sabtu malam 💑

Yang jomblo dirumah aja, hujan.

Mon maap kalo ada typo.

Jangan lupa vote dan comment.

See you next part ❤

Semarang, 13 Februari 2021
Salam Indah♡

REGRET [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora