"Adi?" ulang Gesa menyerngit, "seinget gue ... Airin namanya, kalo gak salah."

"Iya, Airin Adi Pradipta, sohib gue, napa lo?! Suka lo sama dia?!"

Gesa tertohok, sepupu Deden memang sedikit menyeramkan. "Bukan urusan lo, mending lo bagi nomernya sekarang."

"Siapa lo? Sok ngatur!"

"Katanya lo udah kenal gue, ngapain nanya-nanya!"

Gemini mengedikkan bahunya. "Lo mau nomernya Adi?" Gesa mangangguk, Gemini tersenyum devil.

"Ngeri," lirih Anggit melihat senyum Gemini, Gemini yang sedikit mendengar menatap tajam Anggit.

Dia kembali menatap Gesa. "Gue minta ongkos buat bolos, makan, sama hunting, baru gue kasih! Gimana?

"Meres gue lo?"

Kembali memgedikkan bahunya, Gemini tersenyum simpul. "Gak mau ya udah."

Gesa menggeram. "Okeh, gue kasih lo uang, lo kasih nomernya dia, setuju?" Gesa mengulurkan tangannya.

Gemini menyambut itu. "Deal! Sini HP lo!"

Dengan cepat Gesa memberikkan handphonenya, Gesa menunggu tak lama.

"Nih! Belom gue namain, namain sendiri, mana duitnya?!"

"Bukan nomer gadungan 'kan?"

Gemini berdecak, dia memperlihatkan handphonenya. "Samain!"

Gesa mengangguk-anggukan kepalanya, nomernya sama, Gesa mengambil uang di sakunya. "Cukup?"

Gemini menghitung berapa uang yang diberikan oleh Gesa, ada satu lembar uang warna merah, dua lembar berwarna hijau, dan tiga lembar uang lima ribuan. "Uang lo receh, kek muka lo!" ujarnya lalu pergi tanpa kata pamit.

"Gak tau diuntung sepupu lo, Den."

"Dia emamg gitu, Sa!"

"Ga pa-pa lah, yang penting gue dapet nomer calon pacar."

Anggit bergidik. "Asli parah! Itu sepupu lo, Den?"

"Iya, beda banget dia sama kembarannya."

"Gilak-gilak, emang kembarannya kenapa?"

"Kepo lo kayak monyetnya tetangga gue!" sewot Gesa.

"Diem! Eh, btw nih ya, Sarga sama Bryan kemana sih gak balik-balik?" heran Anggit yang langsung diangguki oleh keduanya.

"Tumbenan banget ngilang gitu aja, apalagi tuh Sarga! Gila aja dia ngembat Vita," ucap Deden menggeleng-gelengkan kepalanya.

Gesa terkekeh. "Ga pa-pa lah, dari pada sama Anggit, kalo sama Sarga 'kan mending, sama-sama cerah otaknya," hina Gesa, Gesa menaik turunkan alisnya menatap Anggit yang meliriknya tajam.

"Yang penting ganteng," sangat pede sekali.

"Gantengan juga gue," cicit Gesa menepukkan tangannya ke dadanya.

Sudut Rasa (On Going)Where stories live. Discover now