15. Kasus Penculikan

1.2K 194 1
                                    

🎧🎧🎧

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🎧🎧🎧

Sesampainya didepan ruang rapat, Afika menyerahkan dua kantong plastik yang berisikan makanan itu pada salah seorang anggota OSIS disana, begitu juga dengan Sean dan juga Afkar.

Saat Afika berbalik, ia sontak mendongak menatap Sean lalu tersentak kaget. Ia baru saja menyadari akan kehadiran pria itu disana.

"Sean! Lo ngapain disini!?" tanya nya.

Pemilik nama tersebut mengernyit lalu kembali bertanya, "loh? Emangnya kenapa, hm? Gue nggak boleh ikut bantuin lo gitu?"

"Y-ya.. Gak boleh!"

"Kenapa? Coba jelasin."

Afika berdecak kesal, langsung saja ia beranjak pergi meninggalkan keduanya tanpa menjawab.

***

Sepulang sekolah, Afika memutuskan untuk menunggu Hasan di halte sendirian. Sempat diajak Alan untuk diantar, tetapi ia menolak karena Hasan sudah berjanji akan mentraktirnya makan di sebuah restoran yang baru dibuka dekat kampus pria itu.

Hingga satu jam lamanya, Hasan belum tiba juga. Sekolah sudah mulai sepi, beberapa kali ia menelepon cowok berambut ikal tersebut namun tak ada jawaban sama sekali.

"Bang Hasan kemana, sih? Gue udah laper banget." Rengeknya sembari mengelus perut yang mulai terasa sakit itu.

Tak berapa lama, beberapa motor besar berwarna navy tiba-tiba saja mendekat dan berhenti tepat didepannya. Afika nampak asing, sebelumnya ia tak pernah melihat segerombolan pria itu.

Sesaat kemudian, salah seorang dari mereka mulai menuruni motor tersebut dan berjalan ke arahnya. Afika merasa sedikit takut, ia menatap pria itu bingung dengan jantung yang mulai berdetak lebih cepat dari biasanya.

Tiba-tiba saja, cowok itu menarik tangan nya paksa dan spontan membuat Afika menendang kakinya.

Bugh!

"Aargh!" raung pria dengan helm yang masih terpasang itu.

"Lo siapa?!!"

Para anak motor dengan jumlah yang lebih dari lima orang itu tertawa gelak, mereka tak menggubris sama sekali pertanyaan Afika. Hingga sesaat kemudian, seketika ia pingsan setelah salah satu dari mereka membungkamnya menggunakan selembar kain yang sudah dibasahi dengan bius.

***

"Kamu serius, Nak? Afika nggak ada disana?"

"Iya, Ba. Aku udah nelepon Afkar, temen-temennya, tapi hasilnya nihil, mereka nggal ada yang tau Afika dimana."

Rasyid terduduk lemas di sofa sambil memegangi dadanya, ia benar-benar khawatir dengan si bungsu.

AFIKA [TAHAP REVISI ]Where stories live. Discover now