14. Murid Pindahan

1.2K 191 12
                                    

🎧🎧🎧

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🎧🎧🎧

Tak seperti biasanya, pagi ini Afika datang lebih awal. Ah, kalau bukan karena menghindar dari Sean yang bersikeras ingin mengantarkannya ke sekolah, Afika juga enggan bangun pagi agar bisa berangkat bersama Hasan.

Kini, ia tengah duduk dikursi panjang yang ada di depan  kelas sambil memainkan gawai dengan bersandar, sesekali memperhatikan siswa lain yang mulai berdatangan.

07.30, Annisa pun tiba. Baru saja gadis itu datang dengan riang gembira, ia langsung saja menarik tangan Afika untuk kembali turun menuju lobby utama tanpa penjelasan sedikitpun.

"Fikk, cepetan ikut gue!!!" desaknya.

"Kenapa sih, Nis? Itu tas lo gak ditaroh dulu?"

"Gak, nanti aja. Pokoknya lo harus ikut gue cepetan!!"

Annisa berlari dan diekori oleh Afika dengan wajah yang penuh tanda tanya di belakangnya.

Sesampainya ditempat yang dituju, Afika menyerobot para kaum Hawa yang tengah berdiri memperhatikan ruang kepala sekolah yang berada diseberang sana.

Ia benar-benar tidak paham, keningnya terus mengernyit heran memperhatikan orang-orang yang terus bergosip ria dengan dengan berbisik satu sama lain.

"Sebenernya ada apa, sih? Gue gak ngerti," tutur Afika.

Annisa mendengus pelan, "udah lo diem aja, bentar lagi lo pasti bakalan tau, kok." Ujarnya menjawab.

Selang beberapa menit kemudian, pintu kaca ruangan tersebut mulai terbuka perlahan, lalu keluar lah seorang pria jangkung dengandengan tubuh yang kekar, menutup pintu itu sembari menggantung jaketnya di salah satu lengan.

Saat ia berbalik, semua siswi langsung menjerit histeris, bahkan ada yang hampir pingsan. Sementara Afika yang menyaksikan wajah pria itu, spontan terdiam kikuk dengan mata serta mulu yang membulat.

Sean Abraham, ialah si murid pindahan yang menjadi perbincangan hangat mereka kemarin.

Damn!

Afika sontak menggelengkan kepalanya tak percaya, sementara Annisa yang berdiri di sampingnya, kembali menghembus napas panjang lalu menoleh ke arah Afika yang masih saja diam membisu.

Kenapa lo harus pindah kesini sih, Sean? Gue berusaha ngehindarin lo tapi kenapa lo nya malah makin ngedeket, babi, batin Afika mengumpat kesal.

Pria itu melenggang pergi sambil menggendong ransel kulit berwarna hitam di salah satu lengannya, tanpa peduli dengan semua siswi di seberang sana yang masih saja menjerit atas ketampanan serta kegagahannya.

AFIKA [TAHAP REVISI ]Where stories live. Discover now