54

242 58 1
                                    

"Aah... hei kau, Karasuno" panggil Kuroo.

Aku memasang wajah datar, mereka akan benar-benar memanggilnya?

"Yang memakai kacamata" tambahnya.

Oh, orang itu menatap ke arah sini.

"Apa kau bisa melakukan blok untuk kami?" tanya Kuroo, tangannya terangkat di udara turut mengajak.

Sementara itu Bokuto melakukan peregangan.

Si kacamata dari tadi diam terus.

"Aaah sebenarnya aku sudah selesai latihan, jadi aku pamit dulu yaa" ia membungkuk.

Si duo kelas tiga itu terkejut.

"Latihan spike tanpa bloker itu tak ada gunanya!" Bokuto ikut membujuknya.

Entah kenapa aku merasa terpincut dan menghampiri mereka.

"Hei, jadi kau tidak menganggapku begitu?"

Ketiga orang yang tengah berkonfrontasi terkejut dengan diriku yang ikut nimbrung.

"Tapi RaiRai sendiri bilang tidak tahu apa bisa melakukan blok atau tidak" ujar Bokuto, Kuroo memancarkan aura 'iya-laki-laki-memang-selalu-salah'.

Aku menahan keinginanku untuk menghajar kucing berkepala ayam itu.

"Kau bisa menonton dulu bagaimana blok itu" ujar Kuroo.

"Aku sudah banyak menonton bagaimana blok itu" kan aku manajer.

"Kenapa kau jadi bersikeras?"

"Terserahku lah."

"Kumohon!" Bokuto mengejutkannya mengabaikan kami dan kembali meminta si kacamata untuk bergabung.

Si jelangkung berkacamata kelihatan tidak suka.

"Kenapa minta bantuan kepadaku? Kenapa tidak dengan Fukurodani saja?"

Sepertinya dia memang tidak mau.

Aaah, diriku lelah melihat orang tinggi dimana-mana. Sungguh lelah, harus menengadah terus.

"Bokuto-san kalau latihan spike tidak ada habisnya, jadi semua orang langsung lari" Akaashi terjun ke konfrontasi.

Tunggu, apa? Jadi apa Bokuto sudah latihan spike sebelumnya atau bagaimana? Sampai timnya lari begitu-

"Aku sudah sibuk mengurus orang ini" Kuroo menunjuk Lev yang masih terkapar.

Apa dia masih hidup?

"Sudah kubilang, aku yang akan menjadi blokernya!" rengek Lev.

"Berisik! Jika kau mau terus menjadi pemain inti Nekoma, setidaknya receive-mu harus bagus!"

Aku hampir kehilangan keseimbangan ketika Kuroo tiba-tiba menunjukku dengan telunjuknya, untung saja ada Akaashi yang menahan kedua pundakku.

"Maaf, Hatsune-san."

"Ah, tidak, terima kasih-"

"Jangan bilang kalau kau bisa lebih payah lagi dengan menyerah semudah itu, bahkan chibi-chan bisa melakukannya dengan sangat baik!" Kuroo menunjukku beberapa kali.

Aku berusaha menurunkan telunjuknya, "Jangan panggil aku seperti itu!"

Lev tidak dapat berkata-kata lagi.

"Dia mungkin tak terlihat seperti itu, tapi dia salah satu dari lima spiker terhebat di negara ini, jadi kau akan mendapat latihan yang bagus" kini ia dengan santai menunjuk Bokuto.

Sekarang aku ingin menunjuk wajahnya hingga dahinya bolong.

Baiklah, itu mengerikan.

Bokuto bersedekap sambil tersenyum.

Memories | Haikyuu!! X Reader (Named)Where stories live. Discover now