36

348 70 3
                                    

"Psst."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Hei."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Rai...~"

Tubuhku semakin meringkuk di atas kasur, rasanya aku seperti udang. Seperti biasa, aku tidak peduli dengan rambutku yang terurai dan mungkin sekarang bergaya seperti rambut tarzan.

"Hei."

Masih terpejam, aku mengucek kedua mata, menguap lalu berbalik, masih sambil meringkuk, perlahan kedua mataku terbuka setengah.

Sesuatu berwarna kuning.

"Yoo~"

Mendengar suara yang lembut itu membuatku ingin melanjutkan tidur. Jadi aku menutup kembali kedua mataku.

"Hei, hei, jangan tidur lagi" satu telunjuknya sedikit menusuk-nusuk pipiku.

"Hmmm" aku hanya ingin kembali tidur. Rasanya sangat nyaman.

Lalu sesuatu menggelitik telingaku, "Kalau kau tidak segera bangun, akan kucium loh, tuan puteri."

Itu sukses membuat kedua mataku terbuka, orang itu menarik diri, kini menampilkan wajahnya yang menyengir tepat di hadapanku.

"Selamat pagi" sapanya dengan ceria, syukurlah tidak terlalu berisik.

Aku hanya mengangguk pelan, dengan malas menarik selimut hingga seluruh tubuhku tertutupi.

"Kenapa kau bisa di kamarku, Tsumu?" tanyaku dengan suara yang khas baru bangun dari tidur.

"Kau tidak mengunci pintunya," Miya berambut kuning itu buru-buru menjawab, hmm, lagi-lagi aku lupa... "aku mengetuk pintu dan memanggilmu beberapa kali tapi tidak ada jawaban."

"Hmmm" aku menanggapi dengan singkat, ingin kembali tidur.

"Ayolah, Raii" ia menarik selimutku sebelum aku dapat bereaksi, aku menatapnya dengan malas. Tatapannya yang penuh jenaka berganti dengan kecemasan. "Kau sangat mengantuk?"

"Sepertinya...."

"Tapi malam tadi kita semua tidur di jam yang sama karena Kita-san... atau jangan-jangan kau begadang???"

"Tidak..." entahlah, aku tidak tahu apakah makan di tengah malam termasuk begadang atau bukan.

Yaa, karena aku terbangun di tengah malam, aku memutuskan untuk makan.

"Rai, yang lain sudah bangun loo" Tsumu menaruh selimutku di atas kasur, saat kuintip, ternyata sudah dilipatnya. "Ayo banguun~ mandii~" ia mendekat dan seolah-olah sedang berbicara anak kecil.

"Tapi ngantuukk" ujarku dengan suara teredam, karena mulutku sekarang tertutupi bantal.

"Gawat-" Tsumu terdengar antara panik dan heboh, "Rai jadi menggemaskan begini."

"Kau bodoh atau semacamnya? Menggemaskan kepalamu" ucapku masih dengan suara teredam, entah ia dapat mendengarnya dengan jelas atau tidak.

"Jangan tidak sadar diri begitu, tuan puteri" ujarnya yang aku tidak tahu apa maksudnya, "kau tahu, karena kau memanggilku Tsumu, kurasa aku harus membuatkanmu panggilan."

"Tidak perlu."

Keheningan beberapa detik.

"Sayang?"

"Tidak akan pernah."

"Tentu saja itu akan terjadi suatu saat nanti" ia terdengar seperti sedang berada di dunia halusinasinya sendiri, lalu keheningan sekali lagi.

Memories | Haikyuu!! X Reader (Named)Where stories live. Discover now