42

301 60 2
                                    

"Rai, ada apa dengan plester di wajahmu?" tanya Aran nampak terkejut begitu aku sampai.

"Ini bukan apa-apa-"

"IIII! APA YANG TERJADI DENGAN WAJAHMU!?"

"AIII! APA KAU TERLUKA!?"

"Aaaa!" aku sedikit berteriak frustasi dan berlari ke belakang Shin. Bentengku.

Si kembar berhenti mengejarku dan berdiri tepat di hadapan Shin, ekspresi khawatir mereka tidak luntur.

"Kita-san! Kau harus lihat wajah Iii!"

"Aiii! Apa seseorang melukaimu!?"

Shin menoleh ke belakang untuk melihat wajahku. Dengan sigap aku menutupi wajahku dengan kedua tangan.

"Rai, bisa kau turunkan tanganmu?" tanya Shin, aku menggeleng pelan.

Terdengar ia menghela napas, kemudian tanpa kusangka ia menyentuh tanganku, berusaha menurunkannya.

Aku yang terkejut tidak sempat melawan, ia sudah menurunkan tanganku.

Shin nampak terkejut, ia terlihat memeriksa keseluruhan wajahku.

"Apa yang terjadi?" ia tidak menyembunyikan kecemasannya.

"Uhmm aku tidak sengaja menabrak dinding" jawabku, berharap ia percaya.

"Tidak, pasti bukan itu" hahh, tentu saja tidak semudah itu.

Tatapan Shin membuatku semakin tidak dapat berpikir. Akhirnya aku mengatakan yang sebenarnya.

"Seseorang tiba-tiba berteriak ke arahku dan menghajarku."

"Aneh, kau tidak melawan seperti yang biasa kaulakukan?" tanya Ginjima.

"Entahlah, aku tidak mengingat pernah bertemu dengannya tapi sepertinya ia mengenaliku" aku menatap kakiku.

"Itu tidak menjelaskan kenapa kau tidak lari darinya atau membela diri" Tsumu terdengar marah. Itu menyeramkan.

"Aku melakukannya, tapi-"

"Dia terlalu kuat?"

"Bukann" aku menghela napas kasar, "rasanya ia tengah meluapkan kekesalan yang sudah lama dipendam, aku tidak tahu kenapa tapi itu membuatku diam dan tidak terlalu banyak melawan" jelasku membuat suasana menjadi suram.

Oh ya ampun.

"Lagipula pukulannya tidak terlalu kuat, hanya membuat goresan kecil saja. Tidak perlu serius begitu!" aku berusaha mencerahkan suasana. Melambaikan kedua tangan di depanku, tiba-tiba rasa sakit muncul di pergelangan tanganku, aku berusaha menahannya.

Mereka masih terlihat muram.

"Ayo kita makan saja" ujarku lagi lalu segera mengambil tempat duduk.

Tiba-tiba sumpitku diambil seseorang. Sungguh? Lagi? Aku melihat ke pelaku di sebelah kanan, terkejut mendapati Shin yang terlihat serius.

Ia mengangkat makananku di depan wajahku.

"Shin-"

"Kaupikir aku tidak menyadari soal pergelangan tanganmu?" tanyanya.

Aku menggigit bibir bawahku, tidak tahu apa yang harus kukatakan untuk membalasnya.

"Cepat buka mulutmu" ujar Shin masih setia mengangkat sumpit.

Memories | Haikyuu!! X Reader (Named)Where stories live. Discover now