08

674 124 3
                                    

3rd POV

Rai dengan tekun mengerjakan tugasnya sebagai manajer. Sama dengan teman-teman satu klubnya yang juga menekuni kegiatan.

Sesekali fokusnya dirusuh dengan ingatan beberapa menit yang lalu.

"Kau benar-benar menghajarnya dengan dahimu" Suna terkekeh dengan rekaman dari sosial media yang masih berputar di gadgetnya.

"Kepalamu baik-baik saja?" mendengar pertanyaan itu, seolah-olah Ren mempertanyakan kewarasannya.

"Jadi ini yang membuatnya mendapatkan begitu banyak penggemar" Akagi ikut terkekeh.

Bamm!!

Bunyi dari permainan bolah voli kembali menyadarkan Rai, ia melihat ke lapangan.

Bola yang diset oleh Atsumu dipukul sangat kuat oleh Aran, Akagi yang di seberang net, menerimanya dengan stabil, membuat sang Miya berambut pirang tersebut mendecakkan lidah.

Osamu memberikan bolanya kepada Ginjima yang bersiap dan melakukan pukulan yang tidak kalah kuatnya. Omimi mundur ke belakang untuk berjaga-jaga, Suna maju dan melakukan blok dengan sempurna, membuat bolanya jatuh ke lantai.

"Yes!" Atsumu mengangkat kepalan tangannya di udara, lalu memandang ke seberang net, "rasakan itu Samu! Sekali lagi, aku menang!"

"Berisik! Tadi kau sempat merasa akan kalah kan!" Osamu membalas.

"Pecundang memang selalu mencari-cari alasannn~!"

"Jangan langsung besar kepala kau! Lihat saja, akan kuhempaskan kepala maniakmu itu seperti bola voli!"

"Hah! Pecundaang!"

"Apa kita harus melerainya?" tanya Akagi, ia tersenyum kecut. Sementara itu Suna asyik merekam pergulatan tersebut. Entah sejak kapan kini si kembar sudah saling menarik baju satu sama lain, topik sudah berbeda, mereka berteriak ke wajah satu sama lain.

"Suatu saat kau akan berada di bawah, dan ketika itu tiba aku akan mengatakannya kepadamu, bahwa Miya Osamu lebih baik!"

"Berita baiknya mimpimu itu tidak akan pernah datang, lihat saja nanti, aku tidak akan membiarkanmu...!"

"Kalian berdua, sudahlah..." Aran berusaha memperingatkan mereka.

"Atsumu, Osamu" suara yang tegas dan dingin itu membuat si kembar saling mendorong satu sama lain, mereka duduk di lantai dengan pandangan ke arah lain.

Suna berhenti merekam, meskipun ia masih ingin mengabadikan keadaan dimana dua Miya tersebut tidak berdaya di bawah tatapan tajam seorang Kita Shinsuke.

"Kita, kemarilah!" entah keberuntungan atau bukan, pelatih Kurosu memanggilnya. Sang kapten pun meninggalkan mereka.

"Hehe, lucky~" Atsumu merasa lega.

"Dasar payah" cela Osamu lagi.

"Hah!? Apa kau masih ingin berkelahi..." belum selesai kalimat Atsumu disela oleh seseorang.

"Kalian berdua" langkahnya berhenti di depan kedua Miya, si kembar pun menoleh dan mendapati tatapan yang tajam. Apalagi mereka berdua sedang duduk merasa tatapan itu bagaikan tertuju kepada makhluk yang hina.

"K-Kenapa Rai jadi seram begini?" ucap Atsumu pelan namun masih bisa terdengar.

"Begini saja sudah seram aku tidak bisa membayangkan bagaimana kalau ini Kita-san" gumam Osamu.

Lalu keganasan Rai saat berhadapan dengan tim basket kembali berputar di dalam kepala mereka. Menambah rasa kengerian.

"Hah..." Rai menghela napas kasar, "berhentilah bertengkar" gadis itu memijit pelipisnya.

"Baiklah."

"Pfft, kalah sama yang lebih muda" Suna berusaha menahan tawanya.

"Suna! Kemari kau!"

"Lihatlah tatapan mematikannya dari bawah sini!"

"Tenanglah" Rai memukul pelan bahu si kembar. Cukup untuk membuat mereka diam. Suna menyembunyikan kekehannya.

"Untunglah sebentar lagi liburan, hah... akhirnya kepalaku bisa tenang dari keributan" Rai menggelengkan kepalanya pelan.

Kini dua Miya menatapnya.

"Hebat juga kau lebih memikirkan liburannya daripada ulangannya."

"Hati-hati Rai, siapa tahu kau akan merasakan nilai itu."

"Heh" suara datar itu kembali membuat mereka berdua diam.

Rai kembali teringat, ia pernah mencoba untuk menjawab soal dengan sembarangan. Tapi hasilnya malah nilai yang membanggakan. Ia terus melakukan itu berulang-ulang dan sama saja.

'Kekuatan macam apa ini?' batinnya lalu mengindahkan keanehan tersebut.

"Kalian juga hati-hati, siapa tahu..." Rai menggantungkan kalimatnya.

"Rasanya, Rai jadi membully mereka" Ginjima terkekeh.

"Dan mereka mau saja masih duduk seperti itu" ujar Suna sekali lagi menyembunyikan kekehan kecilnya.

"Bagaimana kalau kita taruhan?" ajak Atsumu, "kalau ada yang kena remed, harus melakukan satu keinginan yang tidak kena remed!"

"Huh, basi" ujar Rai, memberikan tusukan panah tak terlihat kepada Atsumu.

"Memang benar, tapi bisa dijadikan motivasi" Osamu menyetujui.

"Bilang saja kau ingin memerintah kan, Samu!"

"Ya, aku sangat ingin memerintahmu."

"Kalau tidak ada yang remed bagaimana?" sela Rai.

Kini kedua Miya tersebut berpikir.

"Kita lihat saja siapa yang nilai tingginya paling banyak" usul Osamu.

"Baru saja mau kubilang!"

"Dasar payah."

"Apa katamu!?"

"Hmph, pemenangnya hanya satu kan? Akan kupastikan aku yang menang" ujar Rai datar.

"Hahaha, coba saja" Osamu terkekeh.

"Aku akan mengalahkanmu, Rai!" Atsumu bertekad.

Mereka berdua akhirnya berdiri dan beradu tatapan dengan gadis berkuncir satu tersebut.

Rai mendecakkan lidah, "Sampai kapan kalian mau adu mata denganku" gadis itu memasang ekspresinya yang seolah-olah mengajak berkelahi.

"Hoho, ada apa? Lehermu sudah pegal?" Atsumu menyeringai, sayangnya tebakannya benar.

"Makanya cepatlah tinggi, dasar 150 sentimeter" ledek Osamu.

Kini perempatan muncul di dahi Rai, "Aku tidak sependek itu!"

"Apa? Kau lupa berapa tinggimu? Mau ukur ulang?" tanya si Miya berambut gelap.

"Hahaha, ayo kita ukur!" tawa si Miya berambut pirang.

Rai yang juga penasaran dengan tingginya hanya menurut, mereka bertiga pergi untuk mengukur badan gadis tersebut. Untung saja sekarang sedang istirahat. Sebelum itu, Rai telah memberikan botol minum dan handuk kepada para pemain voli, termasuk Atsumu dan Osamu.

"Berapa?" tanya Rai antusias.

"Pfftt!"

"Kkkk!"

"Berapa, hei."

"152 sentimeter, chibi" ledek Osamu.

"Wahahaaa, pendeek! Bwahahaaa!" tawa Atsumu mulai tidak terkendali.

"Tsk, hah, berisik" Rai kehabisan kata-kata.

"Hmm? Ada apa chibi? Kau sedih dengan tinggimu itu?"

"Perbanyaklah makan makanan yang sehat dan bergizi, chibi."

Rai mengayunkan kakinya di lantai, ke arah kaki si kembar lebih tepatnya. Membuat kedua Miya tersebut kehilangan keseimbangan dan terjatuh.

'Yah, meskipun tubuh ini pendek tapi tenaganya kuat' pikir Rai.

Memories | Haikyuu!! X Reader (Named)Where stories live. Discover now