09

639 115 0
                                    

Rai's POV

Baru saja kupikir aku akan terbebas dari mereka....

"Eh? Apa?" kedua mataku mengerjap.

"Summer Training Camp" ulang pelatih Kurosu.

Soal itu aku juga tahu, tapi aku hanya perlu memastikan bahwa....

"Seusai ulangan, kita akan ke Tokyo."

Di tengah kebisingan para anggota voli, aku lagi-lagi berpikir.

"Pelatih Kurosu... Tokyo itu sangat jauh, bagaimana...."

"Kepala sekolah dengan senang hati membiayainya. Aku tahu ini terdengar gila...."

Tentu saja itu sangat gila. Tokyo itu sudah di seberang Jepang, sangat jauh. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana sakitnya perjalanan ke sana.

"Uhh, apa aku juga harus ikut?" kukeluarkan senyuman khasku. Pelatih Kurosu mengernyit.

"Apa yang kau bicarakan? Tentu saja, kau manajer bukan?"

'Benar juga....'

"Omong omong, jadi bagaimana tinggimu, Rai?" Ginjima menyela momen depresiku. Ia menaikkan sebelah alisnya sambil menyeringai.

Aku ingin sekali meninjunya.

"2 meter" ucapku lalu mengalihkan pandangan.

"Bwahahaha! Bisa saja kau, chibii" Atsumu mengacak-acak pucak rambutku tanpa segan. Aku hanya memberikan tatapan tajam kepadanya.

"Chibi 152 sentimeter" ejek Osamu. Aku akan membunuh kalian.

"Uwah, chibi" Rin ikut-ikutan.

Huh... di saat seperti ini aku memerlukan Shin. Tapi dia sekarang sedang sibuk dengan pelatih Kurosu. Tatapan tajamku pun sudah tidak berefek lagi kepada mereka.

"Haha! Aku sudah tidak takut lagi dengan tatapan itu!" Atsumu semakin mengacak-acak rambutku.

'Orang ini....'

Kuserang kakinya dengan kakiku seperti sebelumnya, membuat Miya berambut pirang itu terjatuh di lantai.

Aku bersedekap dan menatapnya tajam.

"Ehehehe."

Ehehehe? Dia pikir ini lucu?

"Aww lihat, dia seperti hamster pemarah" lagi-lagi Osamu dari kejauhan memicu emosiku. Saat berbalik, kulihat Rin yang berdiri di sampingnya tengah memegang gadgetnya, merekam kejadian.

Kepalaku menengadah, kunaikkan kedua alisku yang hampir menyatu, tatapan tajam, sebelah mata menyipit dan mulut sedikit mencibir. Aku benar-benar merasa muak.

"Suna, cepat zoom, abadikan muka itu!" ujar Osamu mendekati Rin.

"Tidak perlu kausuruh."

"Untuk apa kau merekamnya, Rin?" tanyaku dengan nada yang menahan emosi.

"Untuk kusimpan."

Kedua tanganku mengepal. "Jangan lari kau!!" seruku lalu mengejarnya yang tentu saja berlari dariku. Ia terus berlari mengelilingi gym dan terus di depanku.

Huh, dasar atlit.

Tapi rasanya kakiku tidak kelelahan saat berlari, sepertinya staminaku cukup banyak.

"Hahaha, kau tidak akan pernah bisa mengejarku... wah" Rin yang menengok ke belakang semakin menambah kecepatan larinya, begitu melihatku hampir meraihnya.

"Akan kubuat kau jadi pendek!" seruku.

"Pfft! Kau terlihat lebih hidup, Suna!" teriak Osamu yang dari tadi hanya menonton.

Memories | Haikyuu!! X Reader (Named)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora