Part 8

70 34 33
                                        

Hola guys.. 

Happy reading, hope you enjoy it.

***
"Oke adik-adik kegiatan ospek pada hari ini ialah mengumpulkan tanda tangan seluruh anggota OSIS. Akan dikumpulkan nanti hasilnya pada pukul 12. Jika ada yang tidak lengkap akan kena hukuman" begitulah pengumuman yang terdengar dilapangan sekolah itu.

"Dih, ngapain coba pake ngumpulin tanda tangan. Emang mereka artis." Omelan Audrey terdengar setelah pengumuman itu terdengar.

"Seru tau, lu mah aneh deh drey. Ini saatnya kita kenalan dengan cogan-cogan sekolah ini. Kapan lagi coba" Risa mulai menaburkan motif dia sekolah.

"Tau lu, lu gak pengen apa nyari pacar. Kita udah SMA tau. Udah boleh pacaran" sahut lisa lagi.

"Lu berdua di otaknya cowo mulu deh. Heran gue" kesal Audrey.

"Emang lu gak pengen pacaran Drey. Gak mupeng lu ngeliat si Ody di bucinin sama bang Devin"

"Lu kok bawa-bawa gue Ris." Ody melayangkan tatapan tajamnya kepada Risa.

Risa sedikit memundurkan badannya. Takut Ody mengamuk "Kalem..kalem Dy. Guekan cuman ngasih contoh"

Audrey langsung tertawa geli. Pasalnya diantara mereka berempat yang paling normal itu Ody. Audrey sangat suka melihat Ody marah kepada Risa maupun Lisa. Karena mereka tidak akan berani menjawab. Sama seperti Audrey juga sih. Hhahah

"Udah deh. Lu semua gausah berisik. Ntar dihukum lagi. Mau lu"

Setelah mendengar petuah dari Ody, mereka pun diam dan mendengar keseluruhan pengumuman.

Lalu beberapa menit kemudian mereka dibubarkan dan semua murid baru berhamburan untuk meminta tanda tangan seperti yang di perintahkan. Terlihat murid-murid menghampiri jajaran OSIS. Jelas, mereka mencoba memikat pria-pria tampan disekolah itu.

"Lah, kita Kemana dulu nih. Rame bener" sahut Risa. Mereka bingung melihat sekelilinya yang jadi tidak teratur.

"Noh, sama bang Devin aja dulu" ajak Audrey melihat abangny yang berjalan menuju lapangan. Mereka pun menghampiri Devin.

"Bang minta tanda tangan" sahut Audrey, dibelakangnya Lisa, Risa dan Ody telah datang mengikuti Audrey.

"Enak aja main minta-minta, mahal nih tanda tangan abang" sahut Devin sambil terkekeh.

"Ihh.. Abang, aku bilangin Daddy ya-"

"Masih bocah ya adek lu Vin, bisanya ngadu-ngadu doang" ucapan sarkas itu memotong omongan Audrey, ucapan itu  berasal dari orang dibelakang Devin.

Mereka terkejut melihat orang itu. Terlihat ada empat orang yang datang ke arah mereka. Risa beringsut ke arah Ody, melihat Axel yang berada diantara mereka. Dia masih takut dengan omongan Axel tadi pagi. Axel yang sadar Risa bersembunyi tersenyum kecil. Lucu sekali adik kelasnya itu.

"Gak adil dong kalo Adek lu gampang banget dapetin tanda tangan." Ucap Sean.

Sean menatap remeh kepada Audrey, lalu menatap Audrey dalam, lalu tersenyum smirk lalu berkata "Adek lu gue yang nanganin."

Semua diam.

Lalu Devin menoleh ke arah Sean, Devin melihat senyum itu. Meski tidak terkalu nampak tapi dia tau Sean ada sesuatu dengb adiknya itu. Devin lalu tersenyum, kemudian berucap. "Okey, Audrey boleh sama lu. Tapi semua harus sesuai prosedur, gue gak mau Adek gue tergores sedikit pun." Sahut Devin menatap mata Sean dingin.

Sean hanya menatap Devin tanpa berucap apapun, dia tau tatapan itu memperingatkan.

"Okey, dek kamu sama Sean ya. Ody kamu ikut aku" sahut Devin sambil berjalan meninggalkan kerumunan itu. Ody pun segera mengikuti devin.

"Lu ikut gue" perintah Sean kepada Audrey, Audrey pun menurut. Dia tidak ingin melibatkan abangnya dengan permasalahannya dengan si jerapah ini.

"Kalau gitu kita permisi dulu Kak" sahut Lisa, sambil mebungkuk sopan. Risa pun mengekori Lisa. Dia ingin cepat-cepat pergi dari hadapan Axel.

"Mau kemana lu berdua, siapa yang nyuruh lu pergi." sahut Axel. Mereka pun berbalik lagi.

"Lu ikut gue" sahut Axel kepada Risa. Risa pun terkejut, mukanya langsung pucat dan tangannya mendingin. "Mampus, mampus... Gue dihajar kayaknya ini. Kabur aja apa gue ya,," batin Risa

Terlihat Axel berjalan, tetapi Risa tidak mengikutinya. "Lu gak denger gue ngomong apa" lagi-lagi suara datar itu terdengar.

"I-yaa.. Iya kak" Risa langsung berjalan mengikuti Axel.

"Lah, gue di tinggal." Lisa berbicara setelah melihat semua orang pergi.

"Lu ikut sama kita aja deh. Gak jelas emang meraka semua"  sahut salah satu dari dua orang itu. Lisa melihat name tagnya Leon dan satu lagi Bryan.

"Oke kak" sahut Lisa.

***
"Kurang kencanggg.." sahutan dingin terdengar.

"Balonku ada lima, rupa-rupa warnanya. Merah kuning kelabu, hijau muda dan biru. Meletus balon hijau, ddddddduuuuuuuuuaaaaaaaaaaaaasrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr..........."

"Aww.." Audrey memegang kepalanya yang baru kena getok.

"Yang bener lu nyanyi" oceh Sean.

"Pegel mulut gue kak, udah sepuluh kali gue ulanginn"

"Gue?? Lagiii???" Sahut Sean.

"Maaf Kak maaf, maksudnya saya. Damai Kak damai" sambil mengelus-elus lengan Sean. Takut si jerapah mengamuk.

"Sekali lagi Drey, gue ingatin. Sekali lagi gue denger lu ngomong gitu. Hukuman menanti lu" Sambil melepaskan tangan Audrey dari lengannya.

"Siap Kak." Sahut Audrey menghormat.

"Tanda tangan Kak" Audrey menyodorkan bukunya kepada Sean, berusaha menampilkan senyumnya yang terbaik.

"Enak aja lu, gampang banget" sahut Sean.

"Terus saya harus ngapain lagi Kak? Kan saya udah ngelakuin yang kakak bilang" sahut Audrey mencoba bersabar.

"Lu harus bawa bekal tiap hari buat gue"

"Lah, kan saya udah bawa tadi pagi Kak, masa bawa lagi." sahut Audrey.

"Pokoknya bawa. Lu gak mau?" Sahut Sean dengan nada khas yang selalu digunakan ketika mengancam orang lain.

"Iya Iya Kak. Saya bawa lagi deh, sekali doang kan?" Audrey mencoba untuk mengalah, agar masa ospeknya ini berjalan dengan baik. Audrey tidak mau dihukum lagi, Audrey mau bebas.

"Sebulan"

"Hah.. Kakak bangkrut sampe minta dibawain bekal sebulan" tanya Audrey dengan muka prihatin.

"Lu ngedoain gue jatuh miskin?"

"Ehh... Gak gitu Kakk... Dua kali ya Kak" tawar Audrey.

"Se.bu.lannnn" sahut Sean  ngotot, sambil menatap tajam Audrey.

"Iya kak iya. Kalem kakkk, kita bisa selesaikan dengan baku hantam" balas Audrey kepada Sean.

"Bego lu ya." Sahut Sean kepada Audrey.

"Iya Kak, makanya saya sekolahin" jawab Audrey. Sambil menjauhkan badannya, takut di getok lagi.

"Kak.. Tanda tangan dong. Saya masih banyak lagi yang belum nih. Nanti saya dihukum lagi"

"Siniin buku lu, ntar siang lu ambil sama gue" sahut Sean.

"Lah.. Gimana Kak, sayakan harus minta tanda tangan lagi Kak?"

"Gue mintain entar. Pokoknya sebulan ini lu bawa sarapan gue"

"Oke kak. Ahh.. Kakak baik banget deh, pantas kakak jadi ketua OSIS sahut Audrey.

"Bacot lu"

"Hehe.. Saya permisi ya kak" Audrey meninggalkan ruangan itu.

To be continued.

Bantu dengan memvote dan komen sebanyak-banyaknya ya guys..

Vote dan komen kalian sangat berati untuk mendukung ceritaku.

Unexpected WayOnde histórias criam vida. Descubra agora