Part 14

17 6 0
                                        

Holaaa.. Kembali lagi,

Seperti biasa jangan lupa vote dan komennya guys.

Happy reading.

***

Audrey menarik tangan Sean yang sudah beranjak beberapa langkah, Audrey ikut berdiri. "Aku aja bang yang pesen, abang yang duduk."

Sean membalas dengan tatapan tajamnya, mengisyaratkan tidak mau di bantah.

"Hehe.. Iya deh. Abang yang pesen, aku mau bakso ya bang," sahut Audrey. Sean meninggalkan Audrey tanpa menjawab.

"Itu si jerapah kenapa gak masuk kelas ya, mentang-mentang ketua OSIS," Audrey menggerutu.

Audrey mengeluarkan handphone dari sakunya, dia mengabari ke sahabat-sahabatnya kalau dia sedang di kantin.

Audrey masih asik memainkan handphonenya, ketika Sean mengulurkan semangkuk bubur beserta teh botol dihadapan Audrey.

"Makan,"

"Aku mau bakso abang, ga suka bubur." Audrey mendolong mangkok bubur itu.

"Makan." kata Sean tanpa mau dibantah.

"Aku itu gak suka bubur bang, apaan sih. Aku aja yang pesen," sahut Audrey mendorong kursinya bersiap untuk berdiri.

"Ooh... Jadi lu mau ngelawan sama gue?" Sean mulai berbicara santai sambil tersenyum smirk.

"Siapa yang ngelawan sih bang?" sahut Audrey dengan muka masam.

"Silahkan pesan bakso lu, gue mau kasih tau bokap lu dulu." sahut Sean santai, tangannya bergerak mengeluarkan HPnya dari sakunya.

"Ehh... Jangan-jangan," Audrey buru-buru menahan tangan Sean. "Kalau daddy sampai tau, bisa habis gue ini," batin Audrey.

Audrey pun buru-buru memakan buburnya.

"Lumayan juga. Gak kayak bubur rumah sakit," gumam Audrey sambil menyuapkan buburnya.

"Nanti lu balik sama gue," Sahut Sean masih memandang Audrey yang memakan buburnya.

"Kenapa harus sama abang?" sahut Audrey,

"Emang lu gak mau balik sama gue?" sahut Sean lagi, dengan suara yang dikontrol tetap datar.

"Ya maulah, masa gak mau bang. Tapi nanti di beliin es krim kan bang?" sahut Audrey melancarkan siasatnya.

"Kalau sama abang jatah makan es krim gue udah habis, kalau sama si jerapah pasti dibolehin nanti," batin Audrey bahagia memikirkan rencananya.

"Deal. Nanti kita mampir untuk Es krim mu. sekarang habiskan buburnya." sahut Sean.

Sean masih betah memperhatikan Audrey makan, meresapi setiap gerakan Audrey. Mata Sean tertuju pada bibir merah muda itu,

"Makan yang bener, bocah." sahut Sean sambil membersihkan bubur yang terkena di ujung bibir Audrey.

Audrey terlalu sibuk dengan buburnya sampai lupa ada manusia di hadapannya sedari tadi.

"Enak aja lu, gue bukan bocah kali." sungut Audrey spontan.

"Lu? Gue?"

"Ehh... Hehe," sahut Audrey tertawa kaku. Belum sempat Sean memarahi Audrey. Audrey buru-buru berkata.

"Bang... Bang... noh dibelakang ada pak guru." kata Audrey menunjuk ke arah belakang Sean dengan wajah panik.

Ketika Sean menoleh kearah yang di tunjuk Audrey. Suara kursi terdorong sembarang terdengar, Audrey kabur meninggalkan Sean sendirian dikantin.

"Makan tuh pak guru, hahah..." Sean pun melihat Audrey yang berlari sambil menyunggingkan senyumnya.

"Bocah nakal," kata Sean bersuara lirih.

***
Audrey berlari bukan menuju kelas, melainkan ke arah perpustakaan.

"Huh, huh.. Untung si jerapah gak ngejar. Kalau sempat dia ngejar, bisa gawat gue." Gumam Audrey sambil berjalan masuk ke dalam perpustakaan.

"Hai bu..."

"Ada apa kamu ke sini disaat jam pelajaran?" tanya guru itu sinis.

"Dih, buldog" batin Audrey tertawa.

Dilain sisi dia membenarkan sifat ibu penjaga perpustakaan, galak dan sinis begini saja masih ada murid-murid yang mau membolos dan tidur di perpustakaan. Bisa di bayangkan jika penjaga perpustakaannya guru yang baik. Bisa-bisa semua murid nakal bersarang di perpustakaan ini.

"Saya ditugaskan untuk mencari buku Bu, tanya aja deh sama Bu Maya kalau ibu gak percaya. Ihhh... Saya sih takut. Bu Maya galak gitu," kata Audrey bergidik ngeri.

Siapa yang mau berurusan dengan ibu maya, si guru cerewet. Bahkan kalau bisa jangan sampai berpapasan dengan kembaran singa lapar itu.

"Beneran kamu di suru Bu Maya," tanya penjaga itu lagi, dengan suara yang lebih bersahabat.

"Elah, Ibu gak percayaan banget. Saya jadi malas nih," Audrey menggantungkan ucapannya. Sedangkan si buldog masih setia memperhatikan Audrey yang mengoceh.

"Yaudah deh saya gak jadi nyari bukunya, saya bilangin aja gak dibolehin sama Ibu. Biar Ibu yang berurusan dengan Bu Maya." Sahut Audrey terkesan mengancam. Audrey melirik ke arah Ibu penjaga itu, Audrey berusaha menahan tawanya melihat perubahan ekspresi dan warna wajah Ibu penjaga itu.

"Ehhhh... Kapan saya tidak memperbolehkan kamu?" tanya Ibu penjaga itu lagi dengan wajah pucat pasi.

"Yaudah isi dulu daftar ini, baru boleh kamu masuk ke dalam." sahut ibu penjaga itu lagi.

"Okey deh Ibu." sahut Audrey. "Smart girl," batin Audrey tertawa.

Setelah mengisi daftar itu, Audrey masuk ke dalam. Hanya terdapat beberapa murid di dalam, Audrey tau. Itu peserta olimpiade yang sedang persiapan. Audrey memutari ruangan itu, mencari tempat yang nyaman untuk belajar.

Audrey mengambil satu buku acak, membawanya ke arah sudut dekat jendela perpustakaan.

"Mantep nih," Gumam Audrey sambil tersenyum sumringah, lalu Audrey mendudukan dirinya.

Angin sepoi-sepoi semakin terasa, menambah rasa kantuk Audrey. Tak butuh waktu lama, Audrey sudah terlelap, masuk ke alam mimpi. Ya, tujuan utama Audrey ke perpustakaan hanya untuk tidur.




Vote...vote...voteee....

See you guyss..

Unexpected WayWhere stories live. Discover now