Bab 72. Titik Balik

Start from the beginning
                                    

"Sebenarnya, kamu cinta atau... cuma terobsesi ke aku?"

Tiara tersenyum kecut. Ia mengalihkan pandangannya ke arah hujan di luar. Beruntung kantin sepi jadi obrolan mereka tidak ada yang mendengar.

"Kalau kamu, kamu cinta atau cuma jadiin aku pelarian?"

***

PIKIRAN Nuca kacau. Obrolan siang tadi membuat hubungannya dengan Tiara berada di titik tidak baik-baik saja. Lelaki itu memilih untuk menjauh. Menenangkan dirinya agar keadaan tidak semakin memburuk. Ia sedang malas berdebat ataupun ribut. Dan dari sekian opsi untuk menenangkan diri, ia malah pergi ke rumah Lyodra.

Seminggu lebih tidak bertemu, pikirannya sering tertuju gadis itu. Apalagi, setelah rencana kuliahnya. Ia memikirkan bagaimana cara yang pas untuk memberitahukan pada gadis itu. Meskipun ia yakin Lyodra tidak akan peduli.

"Setelah lulus gue berencana kuliah di Stanford," ucap Nuca memecah hening diantara mereka.

Lyodra menoleh, ia berhenti memainkan air kolam menggunakan kakinya lalu tersenyum, "bagus dong."

"Dulu lo yang pergi, sekarang setelah lo kembali giliran gue yang pergi."

"Emangnya Kak Nuca maunya yang gimana?"

"Nggak ada yang pergi."

"Yaudah jangan pergi," ucap Lyodra.

"Lo pingin gue tetep disini?"

Lyodra menoleh, menatap Nuca, "mau disini atau enggak, itu urusan Kak Nuca. Bukan aku."

"Lo berubah banyak ya, Ly. Nggak kayak dulu," ucap Nuca.

"Nggak ada yang abadi, Kak. Aku berubah, Kak Nuca berubah, keadaan berubah, waktu berubah, rasa pun berubah, makanya kita juga harus berubah dan bersikap sebagaimana mestinya," ucap Lyodra. Gadis itu menunduk. Ingatannya tentang perkataan Nuca dulu sangat membekas di kepala.

Pokoknya kita udah beda. Kita udah sama-sama dewasa. Gue harap lo mengerti dan sadar diri. Gue udah nyaman dengan kehidupan gue yang sekarang jadi jangan ganggu gue lagi.

"Ya. Lo benar. Semuanya hal bisa berubah. Tapi, kenangan nggak akan pernah berubah, Ly."

"Tapi bisa dilupain," jawab Lyodra pelan.

Nuca tersenyum, Lyodra pandai sekali menjawab perkataannya, "ngelupain itu pilihan. Gimana kalau gue memilih untuk nggak pernah ngelupain semuanya?"

"Itu hak Kak Nuca."

"Ly," panggil Nuca.

Lyodra menoleh. Ia merasakan tangan dingin Nuca mengusap pipinya lembut. Ia tidak dapat memikirkan apapun ketika merasakan bibir Nuca mendarat di bibirnya. Kejadiannya begitu cepat. Ia sampai menahan napas dalam sepersekian detik.

"Kalau gitu, gue nggak akan lupain yang ini," bisik Nuca.

Lyodra sudah bersiap menampar lelaki itu tapi begitu melihat sorot mata Nuca, ia kembali menurunkan tangannya. Ia memejamkan mata dan menerima ketika Nuca kembali menciumnya.

"Gue kangen lo, Ly," ucap Nuca pelan di sela ciumannya.

***

PUDING nutrijel, kebab, sate ayam, salad buah, dan telur gulung. Semuanya jadi dua kresek ketika Samuel mengemasnya. Lelaki itu, dengan tampang bersemangat langsung menaiki motornya kembali setelah lima belas menit panas-panasan hanya untuk antre beli telur gulung.

Detik selanjutnya, ia sudah melajukan motornya dengan kecepatan standar. Selain karena ribet dengan bawahannya, juga karena tiba-tiba saja ia ingin menikmati suasana Jakarta ketika menjemput senja.

RetrouvaillesWhere stories live. Discover now