chapter 14

2.1K 274 108
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Seokjin hari ini memilih mengabiskan waktunya di tempat yang berbeda--berlibur satu hari bukanlah pilihan yang buruk. Memilih mencuci matanya dari berkas-berkas yang membuat kepalanya hampir pecah. Beberapa minggu yang lalu ia benar-benar di sibukan oleh pekerjaannya--keluar kota karena perjalanan bisnis.

Telapak tangan Seokjin mengeratkan pegangan tanganya pada sela-sela jemari kosong Airin, mengisi setiap sela jemari kekasihnya dengan jemari panjang miliknya. Sudah sangat lama pikirnya tidak berjalan berdampingan bersama Airin seperti hari ini.

Bahkan udara malam yang menembus sampai tulangpun, tidak membuat sepasang kekasih itu berubah pikiran untuk mengabiskan waktu dirumah.

"Oppa.....kapan kita menikah?" suara lembut Lee Airin memecah keheningan mereka.

"Hmm... Kau inginnya kapan?" tanya seokjin pada Airin.

"Besok" canda Airin sembari melempar senyum.

Airin melangkahkan kedua tungkai jenjangnya mendahului langkah Seokjin, berjalan mundur sembari menghadap--menatap manik jelaga Seokjin yang terlihat samar karena redupnya cahaya penengan di tempat mereka berada.

"Airin jalan yang benar, lihat ke depan. Jangan berjalan mundur sembari menatapku" Seokjin terkekeh melihat tingkah gadisnya.

"Kau tampan, aku suka. Aku ingin melihatmu lebih lama, kau terlalu sibuk. Hingga lupa menikahiku" Airin mencerutkan bibirnya.

"Aku tidak lupa, sayang"

"Bohong, kalau tidak lupa nikahi aku besok" Airin terkekeh samar.

Seokjin meraih tangan Airin dan menariknya, membuat kepala Airin sukses menubruk dada bidangnya. Tinggi Airin yang hanya sebatas dada Seokjin itu mampu membuat Seokjin betah memeluk gadisnya. Airin lantas membalas pelukan Seokjin menengelamkan wajahnya di dada Seokjin "Tunggu, aku melengkapi fasilitas kita dulu, rumah yang layak untukmu, dan harta yang cukup untukmu, serta mental yang siap. Jika semuanya sudah siap pasti secepatnya aku menikahimu Rin....." ucap Seokjin setelah terjadi beberapa detik jedaan.

"Aku tidak butuh itu oppa dengan kau mencintaiku saja... Itu sudah cukup. Tidak masalah kita tinggal di apartemen dulu sampai kau membeli rumah dengan uang mu sendiri" Airin berbicara dengan nada lembut dengan kepala yang sudah mendongak menatap Seokjin.

"Tidak bisa begitu, aku ingin membangun rumah impian kita" Ucap Seokjin melepaskan pelukannya dan mengecup sekilas kening Airin yang tertutup helaian poni.

"Oppa.... bisa tidak sih jangan terlalu manis" Airin merapikan poninya yang sedikit berantakan karena ulah Seokjin yang mencium keningnya tadi.

"Omong-omong sejak kapan kau pakai poni?" Seokjin kembali mengusak gemas poni Airin.

"Sudah lama... Oppa saja yang terlalu sibuk makanya tidak tau, apakah aneh?" tanya Airin.

"Tidak kau manis, membuat oppa jadi cepat-cepat ingin menikahimu" Seokjin lalu menciptakan garis lengkungan senyum di bibir tebalnya.

Lalu mereka kembali berjalan bergandengan, menelusuri taman pinggir sungai Han pada malam hari di temani oleh udara sejuk. Udara di pinggiran sungai Han memang sangat segar, apalagi malam ini cukup cerah--tapi cukup dingin. Terbukti dengan bintang yang bertabur di atas sana.

"Oppa....bukanya itu Taehyung? dan siapa wanita yang ada pelukannya?" Manik sipit Airin tiba-tiba menangkap sosok Taehyung yang tengah duduk berdua di sebuah kursi panjang. Jari telunjuknyapun menunjuk tempat yang Airin maksud.

EGO [√] Where stories live. Discover now