47. Klaustrofobia

3.4K 918 201
                                    

Andai saja orang dengan mental illness mendapat perlakuan sama dengan orang dengan sakit fisik. Bukannya malah dianggap hanya karena kurang bersyukur, kerasukan makhluk halus, atau hal seolah haram untuk depresi, punya panic attack, atau problem lainnya. Padahal, mental illness mengindikasikan ada yang ‘perlu diperbaiki’ juga, perlu ‘diobati’ juga, sama seperti yang sakit fisik.

----------------------------- u n i q u e v e r s e

Oleh karena panggilan terputus sepihak, Renjun coba menghubungi lagi. Apa daya operator berkata jika panggilan berada di luar jangkauan. Tentu membuat Renjun panik bukan kepalang. Tadinya Renjun sempat hopeless, tapi dia langsung membuka room dari Amaraya yang ternyata sempat mengirimkan lokasinya.

“Sebenarnya apa yang terjadi padamu, Amaraya?” gumam Renjun dan langsung bergegas pergi untuk menyelamatkan Amaraya.

Setelah menempuh perjalanan sekitar dua puluh menit, Renjun tiba di lokasi titik berdasarkan maps yang dikirimkan. Sepi sekali area ini, bukan pemukiman padat penduduk. Renjun langsung tertuju pada bangunan tua yang ada mobil terparkir di depannya.

Betapa terkejut Renjun waktu melihat dari kaca jendela buram, melihat eksistensi Yura yang baru saja keluar dari sebuah ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Betapa terkejut Renjun waktu melihat dari kaca jendela buram, melihat eksistensi Yura yang baru saja keluar dari sebuah ruangan. Yura kaget bukan kepalang melihat keberadaan Renjun.

“Kenapa kau ada di sini?” tanya Yura yang sebenarnya panik bukan kepalang, tapi berusaha terlihat tenang. Terlambat, karena Renjun sudah curiga melihat reaksi refleks Yura waktu melihatnya.

“Harusnya aku yang bertanya kenapa kau ada di tempat seperti ini? Apa yang baru saja kau lakukan?” tanya Renjun lalu mendekat ke arah Yura

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Harusnya aku yang bertanya kenapa kau ada di tempat seperti ini? Apa yang baru saja kau lakukan?” tanya Renjun lalu mendekat ke arah Yura. Menatap wanita itu lekat-lekat, tidak ingin melewatkan sedikit pun fakta dari gelagatnya.

“Aku tidak melakukan apa-apa.”

“Tempat apa ini? Kenapa kau memasuki rumah kosong seperti ini?”

“Sudah aku bilang tidak apa-apa, ini hanya bawaan bayi kita.” Yura mengusap perutnya itu, masih dengan wajah tanpa dosanya berharap Renjun percaya tanpa menaruh curiga lagi. Tentu saja Renjun tidak bodoh. Dia langsung memaksa masuk meskipun sempat ditahan oleh Yura. Untuk kali ini Renjun tidak peduli kalau dia harus sedikit kasar demi bisa masuk ke rumah kosong ini.

UNIQUEVERSE | renjun |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang