14. Silent Prayer

8.9K 2K 225
                                    

Jeno melihat makanan di meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno melihat makanan di meja. Dia langsung batuk dan kaget melihat tangannya berlumuran saus ikan. Lalu Jeno batuk-batuk.

"Kau baik-baik saja?" tanya Amaraya khawatir dengan reaksi Jeno.

Jeno masih terus batuk. Sampai Amaraya memesankan air putih karena hanya ada kelapa muda di depan mereka. Setelah air putihnya datang, Jeno menenggaknya sampai habis setengah botol.

"Kenapa? Ada apa? Kau sepertinya sangat kaget?" tanya Amaraya masih sama paniknya dengan sebelum Jeno berhenti batuk.

"Aku tidak makan ini semua. Aku alergi."

"Ah, benarkah? Kalau begitu kau tidak usah makan ini, biar aku yang habiskan." Amaraya tidak masalah jika harus menghabiskan ikan ini karena rasanya enak sekali seperti surga dunia. Untung saja Amaraya bukan tipikal cewek yang terlalu memusingkan berat badan sehingga makan banyak juga bukan masalah baginya.

Jeno memandangi jemarinya yang kotor. Lalu ia pamit untuk cuci tangan di washtafel terdekat.

Sembari Amaraya makan, Jeno terus memperhatikannya.

"Maaf, aku boleh bertanya?" tanya Jeno hati-hati, takut mengganggu Amaraya yang sedang khusyuk makan.

"Ya? Silakan, tanya saja." Amaraya meladeni Jeno yang linglung itu dengan sangat baik.

"Namamu, tadi siapa? Aku lupa."

"Jung Amaraya."

"Baik, kali ini akan aku ingat-ingat. Aku agak susah mengingat nama orang baru. Nanti kalau aku lupa, semoga kau tidak marah."

Amaraya tersenyum lebar, "Jangan begitu. Kalau kau lupa akan kuingatkan lagi." Respons Amaraya enteng.

Jeno tersenyum tipis. Mendengar Amaraya bilang begitu dia jadi tidak enak sendiri.

Dari sini Amaraya bisa menilai jika Jeno adalah pribadi yang engga enakan alias tidak gampang bisa merepotkan orang. Kalau bisa dilakuin sendiri, pasti dilakuin sendiri.

Amaraya merasa kalau sepertinya dia dan Jeno bisa berteman baik dibandingkan alter Renjun yang lain. Itu baru praduga, Amaraya belum tahu sifat asli Jeno. Kalau kata Jaemin dia kaku seperti kanebo kering. Iya sih, dari tadi dari cara dia bicara juga sangat kaku dan sangat jarang melakukan eye-contact.

"Oke, aku sudah selesai." Amaraya menjilati jemarinya lalu pamit sebentar ke washtafel. Jeno bergegas membayarkan tagihan.

Ooo

Sampai keesokan harinya, Jeno masih mengambil alih tubuh Renjun. Amaraya mengingatkan kalau hari ini dia ada jadwal bertemu dengan psikolog. Jeno menurut dan ikut bersama Amaraya ke psikolog, lagipula ini bukan pertama kali baginya.

"Oke, kau Park Jeno kan."

"Iya, aku Park Jeno."

"Bagaimana kabarmu?"

UNIQUEVERSE | renjun |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang