23. Her Ex

8.7K 1.7K 224
                                    

"Sepertinya aku harus pergi sekarang. Besok aku datang lagi untuk... membawa buah. Kau masih suka makan jeruk kan? Akan kubawakan yang banyak." Mark memang teman yang baik. Dia benar-benar hafal apa yang disukai Renjun. Bahkan Mark juga ingat bagaimana Renjun dulu pernah jatuh cinta pada seorang gadis saat masih di Amerika. Tapi Renjun terlalu pemalu untuk jujur.

Sepeninggal Mark, tinggal tersisa Amaraya saja. Renjun melambaikan tangannya ke arah Amaraya. Lalu senyum.

"Kau tahu dari mana asal lukamu?" tanya Amaraya mencoba memancing.

Renjun menggeleng, "Aku benar-benar tidak ingat."

Amaraya menghela napas panjang, "Psikolog Ahn bertanya kabarmu padaku. Aku juga memberitahu kalau kau sekarang di rumah sakit dan dia bilang akan datang menjenguk."

"Psikolog Ahn... Jadi merepotkan. Harusnya kan aku yang datang padanya." Renjun sesekali meringis menahan sakit luar biasa yang masih datang menyapa.

"Dia hanya ingin menjenguk, tidak apa-apa, kau bisa sekalian cerita kalau kau mau. Anggap saja jengukan dari orang biasa." Amaraya berupaya membuat supaya Renjun tidak perlu merasa bersalah.

"Amaraya..." panggil Renjun sambil menatap kedua mata Amaraya lekat-lekat.

"Ya?" sahut Amaraya mencoba menyamankan diri kontak mata lama-lama seperti ini.

"Semoga kau mendapatkan pasangan hidup yang baik dan selalu bisa melindungimu. Kau orang baik. Itu doaku." Renjun kemudian senyum.

Amaraya? Dia tentu mengalami kejutan jantung.

Tidak ada angina ataupun hujan, Renjun bicara soal pasangan hidup. Amaraya tentu syok bukan main.

Ngomongin soal pasangan, Amaraya jadi ingat pada mantannya. Itu, Wong Yukhei alias Lucas, cowok pindahan dari China yang sempat menjadi pacarnya di awal semester. Tapi kemudian Amaraya minta putus karena dia rupaya tidak nyaman pacaran sama Lucas. Lucas terlalu banyak teman ceweknya, meskipun cuman teman, it uterus-menerus bikin Amaraya cemburu. Daripada cemburu tidak berujung, ya Amaraya minta putus saja.

Renjun seperti hendak bangun. Ia kelihatan berjuang banget.

"Eh, kau mau apa? Tiduran saja." Cegah Amaraya.

"Aku kebelet ingin buang air kecil." Ujar Renjun. Memang tidak dipasang kantung kencing sih, jadi Renjun bisa buang air ke toilet.

"Bisa tidak?" Amaraya kelihatan khawatir.

"Bisa. Aduh." Keluh Renjun.

"Pelan-pelan." Amaraya membantu Renjun turun dari ranjang. Selain itu, Amaraya juga mengantar Renjun sampai ke depan toilet.

Hampir saja Amaraya ikut masuk ke toilet kalau Renjun tidak menghentikan langkahnya.

"Kenapa berhenti?" tanya Amaraya yang bingung kenapa Renjun tidak lekas masuk toilet.

"Kenapa berhenti?" tanya Amaraya yang bingung kenapa Renjun tidak lekas masuk toilet

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
UNIQUEVERSE | renjun |Where stories live. Discover now