45. World Mental Health Day

3.7K 989 244
                                    

Kenapa aku tidak boleh mengakhiri hidupku? Aku ingin dengar dari sudut pandangmu.

________________ u n i q u e v e r s e

Pagi itu Amaraya memotret bunga pemberian Renjun semalam
Lalu ia kirim gambarnya untuk Renjun dengan menuliskan “Bunganya cantik, sudah aku masukkan ke vas berisi air. Sekali lagi terima kasih. Kita lihat akan awet berapa hari”

Renjun tersenyum sumringah membaca pesan pagi dari Amaraya. Rasa-rasanya hari ini mungkin akan jadi hari terbaik Renjun karena diawali dengan pesan singkat dari Amaraya dengan gaya typing yang lebih akrab.

Tapi sebenarnya, hari ini mungkin menjadi hari yang kelam bagi Renjun yang baru saja turun dari mobil ingin kuliah pagi.

Dia tiba-tiba mendapatkan sarapan berupa tamparan di pipi kiri dengan sangat keras oleh seorang perempuan yang asing baginya. Perempuan itu tampak menangis dengan air mata berderai-derai. Momen ini tentu menjadi tontonan bagi mahasiswa/i yang berlalu lalang.

“Mau lari lagi?” Perempuan itu beberapa kali kelihatan mengelus perutnya yang kelihatan sedikit buncit karena dia hanya mengenakan kaos garis horizontal yang ketat.

“Mau lari lagi?” Perempuan itu beberapa kali kelihatan mengelus perutnya yang kelihatan sedikit buncit karena dia hanya mengenakan kaos garis horizontal yang ketat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Maaf, kau ini siapa ya?” tanya Renjun berusaha tenang sekalipun dia mulai insecure karena banyak pasang mata yang sekarang melihat ke arahnya.

“Pura-pura tidak kenal seperti biasa. Aku sudah muak dengan sandiwaramu itu. Sekarang cepat temui orangtuaku dan tanggung jawab atas perbuatanmu.” Perempuan itu teriak-teriak di muka Renjun. Membuat Renjun semakin gagal paham, tapi semakin berpikir yang tidak-tidak.

Wajah clueless Renjun membuat perempuan asing itu bercerita lebih banyak.

“Aku tidak akan pernah menggugurkan kandungan ini. Bayi dalam kandunganku ini tidak berdosa, tidak seharusnya dia merasakan penderitaan tidak diakui oleh ayah kandungnya.”

Bola mata Renjun nyaris keluar mendengar kata “ayah kandungnya” yang lolos dengan mudah dari bibir wanita pirang itu. Sumpah, Renjun sama sekali tidak ingat siapa perempuan ini.

 Sumpah, Renjun sama sekali tidak ingat siapa perempuan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Maaf, saya tidak kenal Anda.” Renjun berusaha mengabaikan perempuan yang sungguh tidak ia kenali ini. Tapi dari lubuk terdalam, Renjun punya dugaan kalau mungkin ini ulah alternya. Tapi sungguh, Renjun tidak mau kalau ini benar-benar terjadi. Kalau boleh, ia berharap ini hanya mimpi buruk. Ini terlalu buruk untuk menjadi sebuah kenyataan yang harus ia hadapi seorang diri.

UNIQUEVERSE | renjun |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang