17. Naked

8.7K 2.1K 894
                                    

“Huang Renjun...” Amaraya menyebut nama lengkap Renjun. Napasnya tertahan. Renjun membalas tatapan mata Amaraya. Amaraya menghela napas berat. “Huang Renjun.” Sekali lagi Amaraya menyebut nama lengkap Renjun.

Amaraya ingin bilang, “Aku mohon... Tidak ada cutting cutting lagi setelah ini. Maukah kau berjanji? A-aku tahu aku memintamu berhenti seakan itu hal mudah. Tapi... Huang Renjun, aku tidak salah kan kalau aku sangat senang bisa mengenalmu? Kumohon...” Amaraya benar-benar takut salah bicara.

Ketika kau memiliki kenalan, saudara, atau siapapun itu yang memutuskan untuk self-harm, mungkin kau pernah penasaran apa yang sebenarnya mereka pikirkan? Kenapa ketika orang lain saja takut terkena pisau dapur, takut dengan darah, merasa kesakitan dengan goresan tidak disengaja, namun ada juga orang-orang yang malah melakukan itu dengan sadar dan atas kemauan mereka sendiri?

Kalau kau menemukan itu, hindari perkataan yang justru akan membuat mereka merasa tidak berharga. Tidak perlu kalian beri nasehat nasehat seolah hidup ini semudah membalik telapak tangan. Cukup pahami, semua yang mereka lakukan pasti beralasan.

Ketangguhan mental setiap orang berbeda. Jangan membandingkan kamu dengan dia, atau dia yang satu dengan dia yang lain. Setiap kepala punya cara pikirnya sendiri. Setiap manusia punya pengalaman hidup yang berbeda satu dengan yang lain. Tidak ada yang sama, tidak perlu ada perbandingan dalam hidup ini.

Renjun tersenyum manis sekali pada Amaraya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Renjun tersenyum manis sekali pada Amaraya.

“Iya, aku janji.” Jawab Renjun kemudian. Supaya Amaraya lega mendengarnya.

Tapi kalau boleh jujur, Amaraya belum seratus persen percaya dengan ucapan Renjun. Bekas luka di lengan Renjun jumlahnya tidak sedikit dan ini bukan masalah main-main.

“Maaf kalau aku kedengarannya egois. Tapi kau harus percaya kalau aku sangat senang punya kesempatan mengenalmu... dan juga alter-altermu.” Amaraya berharap, apapun yang keluar dari mulutnya, tidak ada satupun yang menyinggung perasaan Renjun.

Renjun cuman senyum.

“Kau percaya padaku, kan?” Amaraya meminta konfirmasi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Kau percaya padaku, kan?” Amaraya meminta konfirmasi.

“Iya, aku percaya padamu Jung Amaraya.” Renjun pun membuang cutter-nya ke dalam tong sampah terdekat. 

UNIQUEVERSE | renjun |Where stories live. Discover now