Pernyataan Dean

770 8 0
                                    

Aku menekan nomor Alison berkali-kali sampai aku dapat mengingatnya tanpa dapat menekan tombol Call, Dean sudah menungguku menekannya sejak sejam yang lalu, dan aku masih ragu, sambil sesekali menyembunyikan wajahku di bantal.

“ ow… aku tak bisa melakukan inI!!” ujarku meringis pasrah

“ oh ayolah, tekan saja tombol Call…” ujar Dean sambil mencoba merampas iPhoneku, tapi aku menyembunyikannya dibawah bantal, dna Dena nampaknya pasrah

“ okay! Terserah kau saja, kau mau atau tidak!” ujar Dean membuka pintu kamarku, dan beralih keruang TV

“ dean… jangan! Kau seharusnya membantuku kawan!” ujarku lemas sambil beranjak dari kasurku

“ aku tak bisa membantumu, menunggumu menekan tombol call, selama satu jam… maumu apa sih?” ujar Dean sambil membuka kulkas ku dan menegak sekaleng coca-cola

“ dengar, aku baru saja mengajaknya makan sabtu kemarin, don’t you remember, dan dia pasti sibuk sekarnag ini mengenai maketnya, aku tak bisa melakukan ini!” ujarku

Dean menutup kulkasku, dan mengalihkan pandangannya padaku, dia menatapku dalam

“ kalau begitu… kau butuh waktu,…” ujarnya                      

“ waktu?” apa masksudmu?” ujarku tak mengerti

“ apakah aku harus selalu menjelaskan semuanya padamu?” Tanya Dean sambil mengangkat kedua tangannya ke udara ketika dia menyerah berhadapan denganku

AKu menatapnya, hopeless. Dean nampaknya tahu bahwa aku sangat sedih

Dia meletakkan tangannya pada pundakku

“ tunggu waktu yang tepat untuk mengajaknya jalan…” ujar Dean menatap lurus pada mataku

Aku tercengang… “ okay, kapan?” ujarku

Dean berbalik menuju pintu apartemenku

“ Dean.. jangan pergi…” ujarku memohon

“ kau akan tahus saat waktunya, saat kau merasa kau perlu, langsung saja, jangan terlalu banyak berfikir Lo..” ujarnya sambil membuka pintu kamarku, dan menghilang dibalik pintu.

Aku menghela nafas pasrah, aku melengos ke atas sofa putihku, menatap jendela apartemenku, aku bisa melihat beberapa helicopter terbang diudadara dna menghilang. Aku melempar iPhoneku kebalik bantal. AKu benar-benar depresi… walaupun its not a big deal…

Aku menerawang langit-langit kamarku, dan seketika aku mendengar suara ketukan pintu apartemenku. Ketukannya begitu lembut, seakan ornag dibalik sana tak berniat mengetuknya

“ wait a sec!” ujarku bangkit dengan malas dari sofaku. Berjalan menuju pintu apartemen berharap Alison adalah gadis dibalik pintu, tapi harapanku sekakan berevorasi diatas ventilizer apartemen saat melihat Jerremy berdiri didepan pintu apartemenku.

Aku menghela nafas panjang, dan wajahnya terlihat canggung

“ i-I have forgive you…” ujarku, mencoba menutup pintu. Tapi Jerremy menghentikannya dengan gerakan kakinya

“ I know… its not about that…” ujarnya Lalu dibalik bayangan Jerremy, Dean tersenyum

~

“ jadi…  kau kesini, hanya untuk member tahuku bahwa Adele berubah…” ujarku melengus kesal diatas sofa putihku, sambil memainkan iPhoneku.

Jerremy tercengang, berdiri didepanku, dia memasang ekspresi ‘ aku minta maaf’ tapi aku tahu ada lebih dari itu.Tapi dia nampaknya speechless, gerakan bibirnya seakan dia akan mengatakan sesuatu, aku menunggu tapi tak ada satupun kata yang keluar.

AKu berdiri tak sabar “ apalagi, Jerry…” ujarku, aku tahu dia tak suka dipanggil Jerry, tapi aku juga tak suka dengan ornag yang terlalu ikut campur

“ im sorry, that’s all…” ujarnya

“ ooo….” Dean bergumam dibalik TVku. Dia sibuk menyaksikan NCIS, sampai lupa dengan kami.

Aku menatap Jerremy, mengejek ‘ hanya itu?’

“ dengar Jer… aku tak tahu orang macam apa kau ini sehingga kau tak pernah mengerti…” ujarku. Jerremy memelototiku, seakan tak percaya kalau aku bernai mengatakan itu

Aku menatapnya dnegan stay calm, tak kalah marahnya” aku sudha bilang, itu bukan urusanku,… lalu apa hubungannya dengan Kylie… kau menstalking mantanku hanya untuk mengurusi urusan pribadimu dengan Lavender- Lavender siapa aku tak tahu!” ujarku membentak

“ aku sudah bilang itu bukan hanya tentang aku!!” teriaknya tak kalah keras

“ tapi aku tak butuh bantuanmu!!” ujarku tak kalah keras, Jerremy mengambil langkah mundur, aku bisa melihat perasaan bersalah dari wajahnya, yang keras…

“ dengar… aku dan Adele sudah berakhir, kau berencana memperbaiki hubungan mu dengan Lavender.., atau aku dan Adele… , aku tak mengharapkannya kembali lagi, not anymore… dan kalau aku sudah bilang begitu, itu artinya! – itu artinya kau melakukan ini untuk dirimu sendiri… dan kenapa kau harus bawa Kylie dan aku?” tanyaku

“ logan… ini tak seperti yang kaulihat…” ujarnya mencoba menenangkan ku

“ oh… so you think im blind???” ujarku keras

Jerremy terdiam, checksmate, aku menang

“ aku- aku minta maaf, aku salah…” ujarnya menatap mataku seakan pandangannya akan berhasil

“ why you always say sorry…” ujarku lelah sambil mengacak-acak rambutku membelakangi Jerremy…

“ listen you two!” ujar Dean berdiri sambil mematikan TV, dan beranjak bangun

“ Mungkin, semua ini adalah teka-teki?” ujar Dean mernagkulku dan Jerremy

“ teka-teki? Kau pikir ini permainan?” tanyaku jengkel

“ well, hidup adalah permainan sebenarnya… Lavender dan Adele adalah ghost kalian berdua, dan dengan kata putus itu semua tidaklah benar-benar usai, pertemuan kalian berdua, dan chemistry Lavender-Adele lah yang memperburuk keadaan…” ujarnya

AKu menatap pada Jerremy dan Dean, kami saling bertukar pandang. Aku rasa pikiranku dan Jerremy sedang sama sekarang ‘ why do I have to meet you?’

“ dengar… aku bisa melihat apa yang akan terjadi selanjutnya, anggap aku sutradaranya, tapi aku tak merancang apapun okay, aku hanya dapat melihat bagaimana endingnya, dan kalian berdua adalah artisku, yang harus saling membantu untuk masalah ini…” ujar Dean

“ hey, Dean, aku tak tahu apa yang kau bicarakan, tapi dengar, ini bukan masalahku!” uajrku membentak Dean, aku jarang membentaknya

Reaksi Dean tak seperti reaksi Jerremy, dia tahu aku emosi, dia mengambil nafas panjang

“ oh yess… mr. lerman, its your problem, and his problem… “ ujar Dean santai

“ oh…. Oh… oh…” ujar Jerremy ikut jengkel, seharusnya itu aku

Aku menatap mereka berdua

“ kalian mau main game, ambil Xboxku, aku tak ikut!” ujarku mengangkat kedua tangan

“ dengar Logan… masih banyak pertanyaan yang belum terjawab, kau mau kelaur dan menggangutng semuanya?” Tanya Dean serius

“ pertanyaan apa?” ujarku

Jerremy tak berkomentar apapun, mungkin semua ini tentang dia bukan aku

“ aku sudah bilang, kalian actor, tak bisa melihat apa yang kalian lakukan, tapi aku bisa…” ujar Dean angkuh

“ oh yeah? Katakan!” paksaku

“ kita lihat saja nanti…” ujar Dean

Dean berjalan keluar dari apartemenku, diikuti Jerremy yang memelototiku, aku membelakanginya member tanda aku marah dan tidak peduli sama sekali. LAlu pintu tertutup, aku menatapnya…

“ dean… bisa melihat apa yang akan terjadi dan berlagak sutradara, dan aku serta Jerremy telah meninggalkan banyak pertanyaan yang saling berkaitan? Strange?”

Pieces of Love riddle ( Indonesian Language )Where stories live. Discover now