Chris Van Der Caperlen

1K 10 0
                                    

New York, Selasa, Januari 2012

Pagi masih buta ketika aku memasuki New York university, tidak biasanya memang aku datang pagi-pagi sekali. Entahlah, tadi malam aku merasa sangat lelah dan bosan membaca kertas-kertas Adele. Dan ujung-ujungnya kubuang juga.

“ kau membutuhkan udara pagi Logan!”

Begitulah kata Dean tadi pagi, yang dengan rajinya membangunkanku dari mimpi manisku. Mimpi tanpa bayangan Adele dimana-mana. Awalnya, aku tak menanggapinya, tetapi Dean memang selalu berhasil menggangguku sama seperti mom. Aku pun menurutinya. Lagi pula, dia ada benarnya juga.

Ketika sampai di lorong NYU, aku merasa berada di kota hantu, tidak ada siapa-siapa selain cleaning Service disini. Aku pun bingung harus kemana, karena cafeteria belum buka. Aku pun berbalik arah menuju pintu masuk NYU, mendongak keluar ,aku bisa merasakan kota New York yang tak pernah sepi, pemandangan yang sangat contrast di dalam NYU.

Aku pun keluar kejalan raya, menuju tempat parkir. Aku mengintip Swatch ku dan sekarang masih jam 6 pagi, dan perutku sudah keroncongan.

‘Tak ada salahnya dengan omelet, pancake dan expresso hangat dipagi hari’ ucapku

Aku pun mengendarai mobilku ke pusat kota New York di Times Square, dan berkunjung ke Starbucks Coffe. Aku pun duduk menikmati pemandangan kota New York. Aku menarik nafas panjang.

“ hmmm… Times Square!”

Seorang pelayan wanita berjalan kearahku, mencatat pesananku, dan melongos pergi. Aku melihat sekelilingku, Starbucks dan kafe, kafe yang lain telah padat diisi oleh segerombolan pria dan wanita karir. Tetapi salah satu dari mereka ada yang berbeda.

Aku memperhatikan pria tinggi berambut pirang yang kemarin menabrak Adele. Dia lagi, dia lagi. Ucapku jengkel. Pria itu terlihat serius dan tenggelam dalam buku tebalnya. Aku memicingkan mata dan mencoba membacanya ‘ Jantung dan kesehatan ‘

Ya tuhan, ternyata dia mahasiswa jurusan Biology, aku tak habis pikir, banyak mahasiswa yang ingin muntah membaca buku tebal-tebal terutama buku yang berkaitan dengan hal –hal yang rumit. Dan ia membacanya santai seakan-akan itu adalah sebua novel yang amat seru.

Aku terus memperhatikan pria yang duduk tak jauh dariku. Kacamata tebal bulatnya melorot hampir menyentuh ujung hidungnya. Kakinya sangat panjang dan tubuhnya sangat tinggi. Sesekali dia menyeruput cappuccino lattenya. Sekilas bagiku dia lebih mirip Napoleon Dynamite. Terkadang ia tersenyum – senyum sendiri. Ih! Apa yang lucu dari buku tentang Jantung.

Lelaki itu merasa diperhatikan , ia mengintip melalui ujung bukunya, mata kami bertemu dan aku langsung membuang muka, pura-pura memperhatikan beberapan pria yang sedang membicarakan perkembangan saham mereka di Wallstreet. Aku mengintip dengan ekor mataku dan ia kembali tenggelam dalam buku itu.

“ ini expresso hangat anda, pancake, dan omelet hangat… selamat menikmati…” ucap seorang pelayan yang meletakan pesananku diatas meja

“ terimakasih…” ucapku.

Pelayan itu pun pergi, dan tiba-tiba saja aku kehilangan selera makanku. Tetapi aku tetap menyendok sedikit demi sedikit pancake dan omeletku, sambil mengamati pria itu. Aku pun menyeruput expresso ku dengan sekali teguk. Dan lidahku pun terbakar.

“ sialan! Expresso panas! Euh! Aku seharusnya ingat.!” Ucapku sambil menyemburkan expresso ku dan mendarat pada salah satu rok pelayan.

“ maaf …” ucapku lirih

Lelaki itu menutup bukunya dan memperhatikanku. Aku pun segera memanggil salah seorang pelayan dan membayar billnya. Semuanya 15 dollar. Ughk! Mahal banget! Expresso panas, pancake dan omelet seharga 15 dollar dan seorang kutu buku aneh yang kemaren menggoda pacarku? Oh mungkin kata yang tepat adalah ‘ex!’ Tahu begitu aku tak usah kemari.

Aku berdiri dan berjalan menuju Lexus hitamku yang terparkir tak jauh dari sini. Aku mencoba melihat kesamping tempat duduk si Napoleon Dynamite, dan ia telah menghilang. .. mungkin pergi ke kampus.

Sialnya, ketika sampai ditempat parkiran aku memergokinya menaiki sepeda Fixie, dan ia memarkirnya tepat di depan mobilku.

“ hey man!” sapanya

“ hey…” jawabku ketus sambil membuka pintu mobilku

“ nice car…” ucapnya

“ nice bike!” ucapku

Dia turun dari sepedanya dan menuju ke jendelaku

“ hey… kau salah satu mahasiswa di NYU kan?” tanyanya

“ ia memang kenapa?” tanyaku ketus

Lelaki itu tersenyum dan menjabat tanganku

“ hai! Aku chris, Christoper Van der  Caperlen… senang bertemu dengan kau…”

Aku tersentak, ku tatap pria itu. Sekujur pipi dan hidungnya tampak bintik-bintik freckles, dan pria itu berbicara dengan aksen yang aneh, namanya saja sudah sangat panjang.

“ouh um… im from Amsterdam…” ucapnya sambil memperkenalkan diri

“ oh… Amsterdamn! Man!!!” ucapku,

Ia tersenyum namun ia tampak tidak terlalu memperhatikan ucapanku

“ you have a name..?” tanyanya

“ hai, Logan Lerman…” ucapku

“ bact then in Amsterdam,… we go everywhere by bike dude!” ucapnya

“ yeah… I know…” ucapku sambil tertawa garing.

Dia tersenyum

“ yeah… I see you later…” ucapnya ramah, lalu menaiki sepeda Fixie birunya dan pergi. Lelaki itu sangat baik. Tetapi aku tetap tak menyukainya.

Pieces of Love riddle ( Indonesian Language )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang