Keputusan Ibu

962 10 0
                                    

                              

London, Selasa, Januari 2012

Aku melangkah ke dapur, dan menuangkan segelas susu coklat hangat kedalam gelasku. Udara diluar bertambah dingin, dan 5 lapis jaketku tak cukup membuatku hangat bahkan didalam rumah. Claire memutuskan untuk menetap di loteng, dan ayah menghabiskan waktunya dengan membaca Koran, sementara ibu sibuk membuatkan kami kudapan cake coklat hangat yang selalu menjadi favorite ku.

“ Jerremy! Jangan kau habiskan susu coklat itu! Kalau habis aku harus keluar dan membelinya lagi!!” teriak ibu dari arah ruang  makan.

“ baiklah bu!” ucapku sambil meletakan kembali susu itu diatas meja kitchen set. Aku pun berjalan menuju ruang makan, untuk melihat proses pembuatan kue ibu, aku selalu ingin tahu dan rasanya selalu menyenangkan memperheatikan seseorang yang sedang memasak.

Ibu sedang sibuk memotong-motong dadu coklat van houten dan memasukannya bersama tepung dan telur kedalam mangkuk besar.

“ hey… Jerr kemarilah dan bantu ibu sedikit…” pintanya

Aku pun segera menegak habis susu coklatku dan langsung duduk disebelah ibu

“ apa yang bisa aku bantu…?” tanyaku sembari duduk disebelah ibu

“ ini, masukan sesendok essence madu dan kuning telur, dan kau kocok dengan butter mixer ini yang lembut ya, ibu akan kembali..”

Aku tak pernah memasak, well, sebenarnya pernah tetapi hasilnya selalu hitam gosong, dan terakhir kali yang memakannya adalah Mr. Boots kucingku… dan ia muntah-muntah. AKu tak habis pikir, ibu membiarkanku menyentuh karya agungnya. Dan akan membuat seluruh keluarga muntah-muntah.

Tapi, aku hanya mengaduk, tak ada salahnya kan? Ibu kembali dengan beberapa buah segar seperti strawberry dan blueberry, ia duduk kembali disebelahku.

“ ah iya! Begitu Alexander…” ucapnya ketika ia melihatku mengocok

Aku tersenyum, jarang sekali ibuku memanggilku Alexander.

“ hey… bagaimana kuliahmu?” Tanya ibuku sembar memotong tipis buah-buahan

“ hm… semuanya baik-baik saja kok bu…”

“ benarkah?”

“ benar…”

“ bagaimana dengan bahasa arabmu?”

“ aku memiliki kemajuan yang cukup pesat kok bu” ujarku sambil sesekali menatap ibuku

“ Jerremy… mmm… kau cukup menyukai Cambridge?” ucapnya sambil menatap ku

“ well, yah tentu saja, aku menyukainya…” ucapku sambil terus mengocok

“ tetapi, aku kurang puas dengan pilihanmu…” ucapnya pelan

“ apa?” ucapku menghentikan kocokan adonanku secara tiba-tiba dan adonannya belepotan keseluruh wajahku, tetapi aku tidak mempedulikannya.

Ibu mengambil serbetnya dan membersihkan wajahku.

“ apa maksud ibu?” ucapku sambil menjilat coklat di wajahku

“ nak, ibu tahu Cambridege termasuk universitas terbaik dunia, tapi… ibu ingin masa depan mu cerah, dengar Jerr… ini berantakan… sungguh! Kau mengubah haluanmu dari seorang doketer menjadi seorang kutu buku lalu, kau kuliah mengambil jurusan Arabic Studies, hanya karena aku berdarah Arab…”

“ ibu, aku sangat amat menyukainya, dan aku bersungguh-sungguh ingin bisa berbahasa arab…” ucapku

“ ya… tapi… kau tak bisa melakukan apapun dimasa depan okay?”

“ bagaimana ibu bisa tahu?”

“ karena…” dia berhenti sebentar…

“ karena aku ibumu, dan aku memiliki firasat yang kuat tentang itu… okay…”

Aku menarik nafas panjang, ia benar… selama ini aku sudah terlalu melenceng dari kata-kata ibuku, seharusnya aku mendengarkannya.

“ kemana ibu ingin aku pergi?” tanyaku lemas

“ New York University!” ucapnya mantap

“ untuk? Untuk apa?”

“ untuk melatih ya… sesuatu yang kupikir bisa kau lakukan,…”

“ hanya itu?”

“ tidak! Dengar, kau akan belajar bagaiamana caranya menulis dengan baik, kau akan diajak berkeliling broadway dan lain.-lain, kau akan kuliah di New York dank au pasti tahu betapa kerennya New York kan?”

“menulis?”

Aku mengambil nafas panjang, aku tak pernah berfikir harus menempuh jarak seperti itu.

“ dengar… selama masih ada Mr. Shyak aku membiarkanmu berada di Cambridge, tetapi ia sekarang telah tiada,… kau tak memiliki mentor, sedang ibu, sudah tua dan tak bisa membimbingmu terus menerus Jerr…” ucapnya sambil memegangi pipiku

Aku mengangkat tangan ibuku dari pipiku

“ baiklah bu… akan aku lakukan…” ucapku pasrah

Ibuku tersenyum “ ya.. aku senang kalau begitu… teruslah mengkocok Alexander…”

Pieces of Love riddle ( Indonesian Language )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang