100. Lorong Gelap Rumah Kelelawar

1.5K 43 0
                                    

Thian-hi menyedot napas lalu bersuit nyaring, di tengah udara badannya berputar jumpalitan, sementara pedangnya ikut berputar menyelonong keluar miring menyampok turun terus memapas naik membabat ke tubuh Bian-hok Lojin.

Agaknya Bian-hok Lojin juga tidak sungkan-sungkan lagi. Sengaja ia hendak jajal Lwekang dan kepandaian Thian-hi yang sejati, begitu kedua batang pedang saling sentuh miring, yang satu masih terapung di tengah udara, sedang yang lain berdiri tegak di atas papan loteng dengan cara yang cukup aneh ini mereka sudah saling mengadu kekuatan dalam.

Terdengar Bian-hok Lojin berseru heran, pikirnya, "bocah ini terlalu takabur, badan masih terapung di tengah udara berani beradu kekuatan dengan Lohu."

Soalnya ia tidak tahu bahwa Thian-hi adalah ahli waris Wi-thian-chit-ciat-sek, cara adu kekuatan macam ini benar si orang tua minta gebuk dan harus diberi hajaran, seumpama Bu Bing Loni disini dia pun tidak akan berani mengadu kekuatan secara kekerasan begini, apalagi Bian-hok Lojin, meski Lwekangnya tidak lemah, namun mana dia kuasa bertahan diri menghadapi kedahsyatan tenaga Wi-thian-chit-ciat-sek yang tiada taranya ini.

Begitu Bian-hok Lojin menyendal pedangnya, sementara Hun Thian-hi masih belum kerahkan tenaga pendamnya, sehingga seluruh tubuhnya ikut terangkat naik. Agaknya Bian-hok Lojin sangat bangga, ia sudah kerahkan seluruh tenaganya untuk menjungkir balikkan tubuh Thian-hi berbareng kirim sebuah tusukan dengan getaran pedangnya yang dahsyat untuk mencelakai jiwa Hun Thian-hi.

Thian-hi sudah meraba jalan pikiran Bian-hok Lojin, tapi ia pun segan mengerahkan kekuatan Wi-thian-chit-ciat-sek untuk menggetar balikkan kekuatan lawan supaya membinasakan jiwanya, seluruh batang pedangnya sudah gemetar dan melengkung, seluruh batang Cu-hong-kiam memancarkan cahaya merah dadu, itulah pertanda bahwa kekuatan Wi-thian-chit-ciat-sek sudah dikembangkan menggempur langsung ke arah Bian-hok Lojin.

Sekonyong-konyong Bian-hok Lojin merasa segulung tenaga besar laksana gugur gunung meluruk ke arah dirinya dari berbagai jurusan yang berlawanan, keruan kejutnya bukan kepalang, baru sekarang ia menyadari kejadian apa yang bakal terjadi akan keselamatan jiwanya.

Hawa pedang segera bergolak di tengah udara, tanpa kuasa pedang panjang kena tersedot dan terpental terbang ke tengah udara, terdengarlah suara gemertak batang pedang itu tergempur putus berantakan di tengah udara menjadi beberapa potong, sementara tubuhnya juga terdorong pontang-panting oleh terjangan tenaga besar yang melandai.

Belum lagi Bian-hok Lojin sempat berdiri dan bernapas Cu-hong-kiam di tangan Thian-hi sudah membabat tiba mengarah tenggorokannya. Tampak mata Bian-hok Lojin memancarkan rasa kejut dan ketakutan, tapi dalam kejap lain mendadak ujung mulutnya mengulum senyum kegirangan pula.

Thian-hi jadi melengak, bersama itu terasa angin dingin menyampok tiba dari belakangnya, sigap sekali ia menggeser kaki seraya memutar tubuh, ternyata Ce Hun Totiang tengah meluncur datang, keruan ia jadi kaget, ia sadar dirinya telah tertipu lagi, waktu ia membalik lagi sementara Bian-hok Lojin sudah terbang keluar rumah seraya tertawa gelak-gelak. Thian-hi menghardik keras, badannya mencelat mengejar.

Disaat badan Bian-hok Lojin melayang turun kebetulan Bun Cu-giok sedang memburu datang, di tengah gelak tawanya Bian-hok Lojin mengebutkan lengan bajunya, jaraknya dengan Bun Cu-giok kira-kira setombak lebih, kontan Bun Cu-giok tergetar sempoyongan oleh tenaga kebutan lengan baju orang, dalam kejap lain si orang tua sudah menghilang pula di dalam rumah.

Bagai terbang Hun Thian-hi mengejar dengan ketat, tapi ia tidak berhasil menyandak musuhnya, begitu mengejar masuk ke dalam rumah, keadaan gelap gulita, jejak Bian-hok Lojin sudah menghilang. Mau tak mau ia memuji dalam hati, mimpi juga tak terduga olehnya dikala Ce Hun Totiang mengejar datang malah dia mengunjuk senyum dikulum, daya pikiran dan ketenangan hatinya yang besar ini sungguh harus dipuji, serta merta ia menghela napas gegetun.

Badik Buntung - Chin TungWhere stories live. Discover now