90. Kemunculan Tabib Sakti Lam In

1.5K 41 0
                                    

Adalah Hun Thian-hi sendiri mengerutkan kening, sekonyong-konyong ia seperti sadar peristiwa apa yang telah terjadi, hawa harum yang mengembang luas di tengah udara lambat laun sudah sirna, segera teringat olehnya kejadian apa pula yang bakal terjadi. 

Baru sampai disini jalan pikiran Thian-hi, tiba-tiba Bu Bing Loni, Ang-hwat-lo-mo dan Bok-pak-it-koay sama menyerbu ke arah dirinya, tujuan mereka sama hendak merebut kertas rampasannya, cepat Thian-hi gosokkan kedua telapak tangannya, kontan kertas itu remuk berhamburan, berbareng kakinya menjejak tanah tubuhnya mencelat mundur berulang-ulang.

"Hun Thian-hi!" seru Bu Bing Loni dengan geram, "Besar benar nyalimu, berani kau berlawanan dengan aku, apa yang tertulis di atas kertas itu?"

Thian-hi tersenyum sinis tak bersuara, tahu dia bahwa Ma Gwat-sian dan gurunya sudah tertolong orang, dan tuan penolong itu, sekaligus telah mencangking Jian-lian-hok-ling sekalian. 

Tiba-tiba terpikir sesuatu olehnya, katanya, "Kalau kita terlalu lama tinggal di tempat ini, mungkin takkan dapat keluar pula dari sini!"

Sudah tentu Ang-hwat-lo-mo dan lain juga maklum akan hal ini, tapi Bu Bing Loni menjengek dingin, "Aku tidak menjadi soal, burung dewata akan cepat membawaku terbang keluar, tak usah kau kuatir lagi keselamatanku."

Ang-hwat-lo-mo bergelak tawa, serunya, "Suthay! Kalau begitu maaf kami berdua harus mundur lebih dulu, kami nantikan Suthay dimulut lembah untuk berundingkan caranya untuk menyelesaikan hal ini." habis kata-katanya cepat mereka lantas berlari-lari kencang ke mulut lembah.

Mendengar kata-kata Ang-hwat-lo-mo Bu Bing tahu kemana juntrungannya. cepat ia berseru, "Nanti dulu! Maksudmu kalian hendak mengejar orang itu?"

"Suthay dapat menyelamatkan diri menunggang burung dewata, apakah kau ingin kita menunggu ajal secara konyol?"

Betapapun Bu Bing Loni tidak suka orang lain mendahului dirinya mengejar orang itu, maka dengan mendengus ia berkata pada, Thian-hi, "Kau harus ikut kami kesana, setelah tiba di luar Bik-hiat-kok biar kami membuat perhitungan dengan kau!"

"Apakah Suthay tidak merasa tindakanmu ini terlalu berbahaya? Hun Thian-hi merupakan lawan yang tidak gampang di atasi, seumpama terjadi sesuatu di luar dugaan apa pula yang dapat kau perbuat?"

"Itu urusanku dan aku yang bertanggung-jawab. Kau tak usah cerewet!" begitulah semprot Bu Bing.

Begitulah akhirnya Ang-hwat mengalah bergegas mereka barlari keluar dari Bik-hiat-kok. sepanjang jalan ini kelihatan laba-laba hijau dan rumput-rumput ular sudah mulai bergerak-gerak...... terlambat sedikit lagi pasti sulit untuk keluar.

Begitu tiba di ambang mulut lembah Bu Bing Loni. Ang-hwat-lo-mo dan Bok-pak-it-koay sama menghadang di tengah jalan, tanya Bu Bing kepada Hun Thian-hi, "Siapakah orang yang meninggalkan catatan kertas itu?"

Bila Bu Bing menunggang burung dewata mengejar tuan penolong itu pasti bisa kecandak dan orang itu belum tentu mampu meloloskan diri, maka Thian-hi menyahut tertawa, "Akupun tidak tahu, tulisan kertas itu tidak tertanda penulisnya!"

Bu Bing mencak-mencak gusar, ia tahu dengan menunggang burung dewata ia mampu mengejar, tapi kalau niatnya ini sampai kentara, pasti tiga orang lawannya ini berusaha merintangi dan menyerang dirinya, kesempatan untuk tinggal pergi pun tiada lagi.

Akhirnya ia bertanya pula dengan suara rada kalem, "Sebenarnya apa yang tertulis di atas kertas itu?"

Thian-hi sengaja main ulur waktu, sahutnya tertawa, "Aku tahu, tapi tak sudi kukatakan. Bukankah kau bisa mengejar naik burungmu?" ia mendongak memandang ke langit tampak burung dewata terbang berputar-putar di tengah udara.

Badik Buntung - Chin TungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang