59. Kau Akan Tahu Akibatnya!

2.5K 46 1
                                    

"Berkat doa Cianpwe segalanya baik, terima kasih akan perhatian ini. Cuma tempo hari bikin repot Cianpwe saja." Waktu bicara ia angkat kepala mengawasi Ong Ging-sia. Perasaannya kali ini jauh berbeda dengan tempo yang lalu, Ong Ging-sia adalah ibunda Ham Gwat, dia menjadi risi dan kikuk malah entahlah apa yang harus diperbuat selanjutnya.

Bu Bing melirik hina, semprotnya kepada Thian-hi, "Apa saja yang telah kau ucapkan kepada Ham Gwat? Kemana dia sekarang?"

Sesaat Hun Thian-hi menjublek, "Apa dia sudah pergi?" tanyanya berseri girang.

Bu Bing menggeram marah, jengeknya, "Bila kau mendengar apa dan berani mengadu domba di antara kami, aku tidak akan gampang memberi ampun pada kau. Selama ini kemana pula kau berada?"

Hun Thian-hi mandah tertawa tawar, ujarnya, "Apa yang kau tanyakan aku tidak tahu!"

Bu Bing Loni menyeringai sinis, katanya, "Baik, mungkin kau temukan rejeki aneh, ilmu silatmu sekarang sudah tinggi, aku harus membuat perhitungan selama setahun ini padamu. Lalu ia berpaling ke arah Su Giok-lan dan berkata pula, "Lan-ji, belakangan ini bagaimana latihan Hui-sim-kiam-hoat mu?"

Su Giok-lan bersangsi sejenak, sahutnya, "Murid sendiri kurang jelas, paling tidak dapat mencapai taraf yang ditentukan oleh Suhu!"

"Itupun sudan cukup," ujar Bu Bing mendengus, "Gunakanlah Hun Thian-hi untuk mencoba latihan ilmu pedangmu!"

Su Giok-lan mengiakan dan patuh. Memang kesannya terhadap Hun Thian-hi rada jelek, meski tempo hari Hun Thian-hi pernah menolong dirinya, namun sekarang dia merasa tidak puas dan sirik terhadap Thian-hi, orang telah menjerumuskan Ham Gwat. Sejak mula Su Giok-lan sangat simpatik dan patuh sekali terhadap Ham Gwat, terutama beberapa bulan belakangan ini, sikap Ham Gwat terlalu baik terhadapnya. Sekarang Ham Gwat telah lari mengkhianati gurunya, sebab musababnya adalah karena Hun Thian-hi yaitu karena Ham Gwat telah melepasnya pula itu berarti dia membangkang terhadap perintah gurunya.

Su Giok-lan melangkah maju sambil menenteng pedang.

"Nona Su," kata Hun Thian-hi tertawa, "Apakah harus bergebrak dengan aku?"

"Jangan cerewet."

Pelan-pelan Hun Thian-hi melolos Hwi-hong-siau dari pinggangnya, ujarnya, "Kalau begitu harap nona Su memberi petunjuk!"

Tanpa ayal pedang Su Giok-lan lantas terangkat dan mulai menyerang, beberapa bulan terakhir ini ia rajin dan tekun melatih Hui-sim-kiam-hoat, Hui-sim-kiam-hoat merupakan ilmu pedang dari aliran Lwekeh yang tertinggi dan sangat menakjupkan. Begitu Su Giok-lan menggerakkan pedang sejurus permainannya saja lantas terlihat sinar pedangnya berkelebat memutih laksana lembayung menggulung ke arah Hun Thian-hi.

Biji mata Hun Thian-hi berputar mengikuti samberan sinar pedang, mulutnya menyungging senyum manis, sebat sekali ia angkat serulingnya, dengan mengembangkan Gim-ho-sam-sek ia melawan serangan musuh, pancaran cahaya merah dadu dari seruling di tangannya berkembang melebar seperti kabut merah, melindungi badannya, sinar pedang Su Giok-lan berubah berkuntum-kuntum, mengembang ke empat penjuru merangsak dari berbagai jurusan, sedemikian gencar serangan pedangnya, namun sedemikian jauh ia tidak mampu mendesak maju setengah tindakpun.

Begitulah setengah jam sudah lewat, yang satu menyerang dengan bernafsu yang lain bertahan dengan rapat dan kuat, Hun Thjan-hi cukup menggunakan jurus Gelombang perak mengalun berderai dari Gin-ho-sam-sek ajaran Soat-san-su-gou, seluruh rangsakan pedang Su Giok-lan berhasil dihalau di tengah jalan.

Menyaksikan pertempuran ini, lama kelamaan bercekat hati Bu Bing Loni, mengandal kepandaian Thian-hi yang tinggi sekarang, jangan kata Su Giok-lan bukan tandingannya, seumpama dirinya sendiri yang maju juga belum tentu pasti bisa menang dalam waktu singkat secara gampang. Beberapa jurus lagi, segera ia berseru, "Lan-ji, kau mundurlah!"

Badik Buntung - Chin TungWhere stories live. Discover now