88. Pertarungan Segi Tiga Tokoh Sakti

2.3K 50 0
                                    

Beruntun suara lengking itu semakin dekat dan keras, si ular menjadi bersitegang leher, cepat-cepat ia putar balik ke arah datangnya semula dan merayap cepat sekali sekejap saja sudah menghilang dari pandangan mata.

Thian-hi terheran-heran, sesaat ia menjadi kesengsam dan lupa melancarkan serangan, sementara itu si ular aneh sudah pergi dengan cepat.

Thian-hi bertanya-tanya dalam hati, 'peristiwa apakah yang telah terjadi disana, kenapa begitu tegang?' Ia celingukan ke empat penjuru, sedemikian banyak ular yang tersebar dimana-mana itu sekarang sudah lenyap sama sekali.

Baru saja Thian-hi berniat memburu ke arah depan, sekonyong-konyong hidungnya dirangsang bau harum semerbak terbawa angin, bau harum ini begitu merangsang membuat ia seperti hampir mabuk, disadari oleh Thian-hi bahwa mungkin di sekitar sini terdapat sesuatu rumput sakti yang sudah tiba saatnya masak.

Waktu Thian-hi berpaling memandang ke bawah lembah, kejadian yang lebih aneh seketika terbentang di depan matanya, dimana bau harum itu tersiar terbawa angin, rumput-rumput ular di bawah sana seketika menjadi lemas dan rebah semua.

Thian-hi heran dan bertanya-tanya, cepat ia melayang turun begitu berada di dalam lembah didapati semua rumput-rumput ular itu seperti lumpuh sama sekali, tak bergerak lagi rebah dengan lemas lunglai. Demikian juga laba-laba hijau itu semua sama menggeletak seperti sudah mati semua.

Semakin besar rasa heran Thian-hi, entah benda apakah yang dapat menundukkan rumput dan laba-laba berbisa ini? Begitu lihay, sedikit merandek cepat ia melayang masuk ke dalam lembah sebelah dalam sana terus menerjang ke arah gubuk batu itu.

Belum lagi ia mencapai gubuk batu itu, di tengah jalan sekonyong-konyong didengarnya suara aneh di sebelah depan samping, tiba-tiba seekor laba-laba warna merah darah merangkak keluar dari sela-sela rumput lebat, sepasang matanya yang besar dengan garang menatap ke arah Thian-hi.

Kejut Thian-hi bukan kepalang, selamanya belum pernah dilihatnya makhluk aneh sebesar ini, serta merta ia menyurut mundur dengan gentar.

Laba-laba yang teramat besar seperti gantang merangkak maju ke arah Thian-hi, kelihatannya sembarang waktu ia sudah siap menyerang. Dengan menenteng serulingnya Thian-hi siap waspada, segala gerak-gerik si laba-laba besar ini tak lepas dari pandangan matanya.

Setelah maju dua langkah pula laba-laba merah besar itu mendadak mencelat menubruk, di tengah udara mulutnya lantas menyemburkan gelagasi warna merah yang bertaburan seperti hendak menggubat seluruh badan Thian-hi.

Thian-hi mendengus hidung, gesit sekali ia melompat menyingkir, sambil mengertak gigi serulingnya ia jojohkan menutuk ke lambung laba-laba yang gendut besar. Sementara Laba-laba besar itu meluncur turun hinggap di belakang Thian-hi, bersama gelagasinya yang disemburkan semakin banyak berusaha mengepung Thian-hi.

Terpaksa Thian-hi melejit ke atas. Agaknya si laba-laba merah ini sudah tahu bahwa Thian-hi tentu akan menghindar dengan jalan mencelat ke atas, cepat iapun melejit tinggi pula, gelagasinya laksana jala bertaburan di tengah angkasa menungkrup ke badan Thian-hi.

Thian-hi sudah waspada bila ia tidak cepat-cepat lolos dari kepungan, gebrak selanjutnya tentu lebih sukar untuk menerjang keluar dari kepungan gelagasi ini, jelas pula bahwa gelagasi itu pasti mengandung racun yang teramat jahat, sedikit mengenai kulit badannya jiwa pasti melayang.

Tanpa ragu-ragu mulutnya menggertak nyaring, serempak serulingnya ditaburkan dengan jurus Bangau terbang menembus awan mega, selarik sinar putih kemilau menembus tinggi menerjang ke berbagai penjuru, sementara itu hawa murni Thian-hi pun sudah dikerahkan untuk melindungi badannya yang turut menerjang pula.

Seketika hawa udara bergolak seperti terjadi angin ribut, laba-laba merah itu kena terpental mundur terdesak oleh kehebatan kekuatan permainan tenaga Thian-hi. Thian-hi jadi mendapat kesempatan terbang melesat keluar, di tengah udara ia jumpalitan setengah lingkaran terus terbang lurus ke depan.

Badik Buntung - Chin TungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang