21. Tipu Menyebrang Sungai Memutus Jembatan

2.8K 44 2
                                    

Ciok Hou-bu terloroh-loroh. Tanpa menanti orang berhenti tertawa Bun Cu-giok menyindir dengan seringai sinis, "Ciok Hou-bu, kau hendak menjebak dan mencelakai aku. Lebih baik sekarang kau pulang ke Hwi-cwan-po, coba lihat mungkin sarangmu itu sudah kubumi hanguskan seluruhnya."

Berubah hebat rona wajah Ciok Hou-bu.

Tio Hong-ho yang berwatak tenang mendengus, bujuknya, "Ciok-pocu, jangan kau percaya dengan obrolannya. Partai putih sedang kepepet dari dua jurusan, di utara oleh Thian-san-ji-long, di selatan ada kita beramai, masa mereka masih punya kekuatan pergi ke Hwi-cwan-po!"

"Apakah begitu gampang seperti uraianmu?" jengek Bun Cu-giok, "Aku kuatir kau hanya mengudal ludah saja."

Segera Ciok Hou-bu menenangkan hati, bukan mustahil hal itu bisa terjadi, sesaat ia terlongong di tempatnya. Terpikirkan olehnya usaha capek lelah selama puluhan tahun telah lenyap hanya sekejap mata saja betapa tidak sayang dan murung hatinya. Saking gegetun dan gemas ia putar mantel di tangannya terus menyerbu seperti banteng ketaton.

Tampak di ujung lirikan mata Bun Cu-giok, Ciok Yan tengah berlari menyingkir sambil menutupi raut mukanya dengan kedua tangan. Hatinya menjadi menyesal dan ragu-ragu, cepat-cepat ia menarik tali kekang mencongklang kudanya menyingkir dari serangan Ciok Hou-bu ini.

Dengan kalap Ciok Hou-bu menyerbu terus dengan serangan gencar.

Tio Hong-ho memburu maju ke samping Ciok Hou-bu dan membisiki, "Saudara Ciok! Kenapa menjadi kalap!"

Tersentak hati Ciok Hou-bu, tergugah semangatnya untuk berpikir secara terang, bukankah obrolan orang belum terbukti kenyataannya, sedang pihak sendiri masih punya tipu muslihat untuk menjebaknya. Karena itu cepat-cepat ia menyurut mundur, serunya, "Orang she Bun, hari ini kuampuni jiwamu, aku akan kembali memeriksa dulu!" bersama mereka bertiga terus ia membalik dan berlari-lari meninggalkan gelanggang.

Bun Cu-giok menjengek dingin, matanya menerawang ke empat penjuru, batinnya, "Aku Bun Ciok-giok masa bernyali kecil, biar kau mengatur jebakan apapun juga akan kuterjang." Kudanya segera dikeprak mengejar serunya, "Begitu gampang kalian hendak melarikan diri?"

Sambil berlari Ciok Hou-bu menoleh dan berteriak, "Gi-pangcu berada di dalam lembah di depan sana, apa kau berani kesana?"

Bun Cu-giok terkakak-kakak, sudah dalam rekaan hatinya bahwa Gi Ciok memendam diri disana hendak menyergap dirinya, sekarang terbukti kenyataannya. Kudanya dipecut berlari semangkin kencang. Terpaksa Hun Thian-hi juga ikut berlari pesat, teriaknya, "Bun-pangcu hati-hati kau!'"

"Legakan hatimu saudara Hun," teriak Bun-cu-giok sambil tertawa lebar, "Bun Cu-giok tidak gentar menghadapi Thay-i-kiam miliknya itu."

Sementara itu Ciok Hou-bu bertiga sudah mencapai mulut lembah yang sempit itu, sebat sekali Thian-hi mengerahkan tenaga menjejakkan kaki, tubuhnya melambung tinggi dan meluncur ke depan, di tengah udara ia berteriak, "Ciok-pocu, harap berhenti sebentar."

Namun Ciok Hou-bu menjawab dengan gelak tawanya, sekejab saja mereka sudah berkelebat hilang di balik mulut selat yang sempit itu.

Bun Cu-giok mencongklang kudanya masuk ke dalam lembah yang sempit, kedua lampingnya tinggi dan terjal, baru saja beberapa puluh langkah tiba-tiba terdengar suara gemuruh seperti gugur gunung, berpuluh atau beribu batu besar kecil tiba-tiba berjatuhan dari atas tebing seperti hujan derasnya.

Keruan bukan kepalang kaget Bun Cu-giok dan Thian-hi, sigap sekali Bun Cu-giok melompat turun dari tunggangannya sambil menyeret Thian-hi menyingkir ke samping dan berdiri membelakangi dinding batu yang terjal itu, mereka menjadi repot menghindar dan memukul batu-batu yang meluruk ke seluruh tubuh mereka.

Badik Buntung - Chin TungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang