05. Panggilan Medali Puti Pualam

2.3K 63 0
                                    

Sam Kong Lhama terbahak dua kali, ujarnya, "Dua puluh tahun yang lalu aku pernah bergebrak dengan gurumu, akhirnya sama-sama terluka berat. Aku harus mengakui secara pribadi gurumu adalah seseorang tokoh kenamaan yang sangat kuhormati, sungguh tak duga dia punya murid macam kau yang tak bisa mengurus diri!"

Berkilat mata Hun Thian-hi desisnya dengan kukuh, "Urusan ini tak perlu kau turut campur."

Saking murka Sam Kong Lhama bergelak tawa menggelegar, tiba-tiba tubuhnya mencelat mumbul laksana seekor burung elang yang menyambar mangsanya langsung menubruk ke arah Hun Thian-hi.

Hun Thian-hi tahu bahwa Sam Kong Lhama ini merupakan tokoh nomor satu di luar perbatasan, seorang tokoh yang tidak boleh diganggu usik, melihat sedemikan hebat terjangan orang, gesit sekali ia melompat mundur, pikirnya hendak meluputkan diri dari jurus serangan pertama ini. Tak kira badan besar Sam Kong Lhama tiba-tiba jumpalitan dan berputar cepat di tengah udara tahu-tahu kedua kakinya sudah menyapu datang ke arah Hun Thian-hi.

Hun Thian-hi menggeser ke samping berbareng serulingnya melintang mengetuk jalan darah Yung-cwan-hiat di mata kaki Sam Kong Lhama.

"Bagus!" Sam Kong Lhama berseru memuji, disusul tubuhnya bergerak lurus seperti berhenti di tengah udara, secepat kilat kedua telapak tangannya sudah menepuk datang ke dada Hun Thian-hi.

Bercekat hati Hun Thian-hi, diam-diam ia kagum dalam hati akan keanehan dan kecepatan perubahan jurus tipu serangan Sam Kong Lhama ini. Dalam saat-saat genting ini tiada waktu untuk banyak berpikir, tangkas sekali ia bergerak memutar meluputkan diri. "Trang", tahu-tahu Badik Buntung sudah digenggam di tangan kirinya, berdiri tegap menghimpun semangat ia nantikan gebrak selanjutnya.

Baru pertama kali ini Sam Kong Lhama menyaksikan Badik Buntung, maka ia menjadi was-was tak berani sembarangan menyerang, lama dan lama sekali ia menatap wajah Hun Thian-hi tanpa bergerak.

Hun Thian-hi sendiri juga tegak berdiri bersiaga tanpa berani sembarangan bergerak.

Rada lama kemudian baru Sam Kong Lhama berkata lirih, "Tak malu kau menjadi murid Lam-siau!" hilang suaranya laksana geledek menyambar mendadak ia menubruk maju lagi seraya menyerang dengan dahsyat.

Hun Thian-hi bersuit nyaring, gerak tubuhnya pun tak kalah cepatnya menyongsong maju, tangan kanan membalingkan Seruling pualam mengembangkan ilmu Thian-liong-jhit-sek mengombinasikan Badik Buntung di tangan kiri merangsak dengan berani ke arah Sam Kong Lhama.

Kedua belah pihak tengah meluncur cepat saling terjang di tengah udara, dalam sedetik itu mereka sudah saling serang sebanyak lima jurus baru meluncur turun dan hinggap di atas tanah.

Tampak Sam Kong Lhama menampilkan rasa kagum dan keheranan, katanya, "Betul-betul murid Lam-siau yang gagah perkasa!"

Sebaliknya Hun Thian-hi mematung di tempatnya tanpa bergerak dan bicara. Dalam kejap lain rona wajah Sam Kong Lhama berubah putus asa dan murung, sekonyong-konyong tubuhnya mencelat lagi menerjang ke arah Hun Thian-hi.

Meski lahirnya Hun Thian-hi berlaku tenang dan wajar, sebenar-benarnya susah payah tadi ia menyambut lima kali serangan lawan secara keras lawan keras, dadanya terasa bergetar dan sakit sehingga napas rada sesak.

Kini melihat lawan menerjang lagi, maka kapok sudah ia, tak berani main kekerasan, cepat-cepat ia membuang diri ke samping.

Tapi betapa luas pengalaman tempur Sam Kong Lhama, sembari mendengus hidung kedua tangannya bergerak menyilang satu di belakang dan yang lain di depan saling susul menghantam ke arah Hun Thian-hi.

Terpaksa Hun Thian-hi menyapukan seruling pualam setengah lingkaran di tengah udara terus mengepruk ke depan. Begitu serulingnya saling bentur dengan telapak tangan lawan seketika tergetar hebat badan Hun Thian-hi, tak kuasa ia tersurut dua langkah, seketika wajahnya menjadi pucat. Sementara serangan susulan Sam Kong Lhama sudah melandai tiba pula. Dalam keadaan gawat ini tanpa disadari Badik Buntung di tangan kirinya lantas bergerak memutar siap hendak melancarkan jurus Pencacat langit pelenyap bumi yang ganas itu.

Badik Buntung - Chin TungWhere stories live. Discover now