20. Kembali Memasuki Perangkap...

1.8K 40 1
                                    

Thian-cwan manggut. Cepat-cepat Ti-hay membungkuk badan terus mundur keluar.

Sekian lama Thian-cwan Taysu termangu-mangu, baru pelan-pelan bangkit menghampiri Thian-hi, diulurkan sebelah tangannya menekan nadi pergelangan tangan Thian-hi. Lalu diangkatnya diletakkan di samping tempat duduknya, dengan jari jemarinya pelan-pelan ia mengurut jalan darah Thian-hi.

Tak lama kemudian dalam keadaan sadar setengah sadar Thian-hi merasa segulung hawa hangat menjalar kencang menyusup ke seluruh tubuhnya. Setiap jari Thian-cwan Taysu mengurut, hawa murni dalam tubuhnya serasa bergetar, dan tertuntun oleh hawa hangat tadi serta ikut berputar dan melandai ke segala jalan darah di seluruh tubuhnya.

Waktu Thian-hi membuka mata, dilihatnya di samping duduk seorang Hwesio tua berjenggot dan beralis putih, tahu dia mesti beliau inilah Thian-cwan Taysu adanya, bergegas ia bangun serta katanya, "Terima kasih akan pertolongan Taysu!"

Thian-cwan Taysu menggoyang tangan perlahan-lahan, "Siau-sicu tak usah banyak peradatan. Siau-sicu mencari aku entah ada urusan apa?"

Thian-hi segera menyembah serta serunya, "Tecu Hun Thian-hi tersangkut bencana yang penasaran harap Taysu suka membantu mencuci bersih nama baik Wanpwe."

"Coba kau ceritakan dulu persoalan apakah itu?"

"Bu-tong Ciangbun Giok-yap Cinjin tentu Taysu sudah kenal," demikian Thian-hi mulai dengan ceritanya, "Beberapa waktu yang lalu beliau telah terbunuh secara gelap oleh musuh. Tapi seluruh tokoh-tokoh silat di kolong langit ini semua menuduh adalah buah karya Wanpwe. Andai kata harus berkorban aku Hun Thian-hi takkan menyesal, tapi apakah kita harus membiarkan pembunuh durjana itu ongkang-ongkang kaki dan berpeluk tangan, betapapun aku rada penasaran."

"Hal ini baru saja kudengar beberapa waktu yang lalu," begitulah Thian-cwan bertanya, "sebetulnya bagaimana duduk perkara sebenarnya, coba kau ceritakan."

Perlahan-lahan Thian-hi menutur pengalaman sejak dirinya berpisah dengan Suhunya Kongsun Hong secara ringkas dan jelas.

Setelah selesai mendengar cerita Thian-hi, Thian-cwan Taysu pejamkan mata terpekur dalam pikirannya, akhirnya ia berkata, "Meski apa yang kau uraikan sangat beralasan, tapi aku tak bisa dengar kata sepihak saja, kalau menurut apa yang kau katakan kau memang seorang yang tak berdosa, atau sebaliknya kau adalah seorang durjana yang keliwat batas."

Thian-hi menghirup hawa, desaknya, "Taysu merupakan tokoh teragung dalam dunia persilatan, perkara ini tentu bisa tercakup dalam genggaman Taysu seorang, memang Taysu tak bisa mendengar kata sepihak dari saja. Sebaliknya kalau Gwat Long dan Sing Poh tidak mau bicara sejujurnya, selanjutnya aku mesti tenggelam semakin dalam dan tak mungkin membongkar rahasia pembunuhan gelap yang misterius itu."

Thian-cwan harus hati-hati dan tenggelam dalam pikirannya lagi, katanya, "Dulu aku pernah berjanji dengan Bu Bing Loni untuk tidak turut campur urusan Kang-ouw, tapi Giok-yap adalah sahabat tuaku, urusannya menjadi urusanku juga, kalau kau sudi menetap dan tinggal disini selama seratus hari, supaya memberi peluang dan kesempatan aku untuk menyirapi dan menyelidiki peristiwa ini, tentu aku dapat memberikan kepastian dan keputusan, apakah kau bisa?"

Thian-hi juga ragu-ragu, akhirnya ia berkata, "Taysu pun sudah tahu, bahwa Soat-san-su-gou punya perjanjian selama setahun dengan Bu Bing Loni, jangka waktu itu sudah habis seratusan hari, kalau aku tinggal lagi disini selama seratus hari, sisa hari-hari selanjutnya tidak banyak untuk menempuh segala usahaku, bagaimana enak perasaanku terhadap Soat-san-su-gou berempat Cianpwe?"

Thian-cwan Taysu menjadi bungkam, sebentar kemudian ia berkata, "Kau mementingkan persoalan itu aku pun tak bisa menyalahkan kau. Tapi dalam keadaan gawat begini apakah kau mampu dan bisa menempuh perjalanan ke Tiang-pek-san?"

Badik Buntung - Chin TungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang