Chapter 41

109K 3.9K 410
                                    


Sean POV

Aku membawa Ashley yang masih tertidur di lenganku, aku mendekapnya melewati beberapa pintu yang dengan sigap segera dibukakan oleh Richard, saat kami telah berada di luar ruangan aku merasakan tubuhnya gemetaran. Aku menutupi wajah cantiknya dengan sebagian mantel hangat yang kupakai dan mendekapnya lebih erat ke dadaku untuk berjaga-jaga bila nantinya ada paparazzi yang diam-diam mengikuti kami. Aku mempercepat langkahku menuju mobil dengan perasaan yang tidak menentu, demi apapun di dunia ini aku benar-benar tidak bisa menjelaskan betapa kacau perasaanku saat ini. Semuanya seakan bercampur aduk menjadi satu, aku bahkan tidak bisa lagi berpikir apapun selain Ashley. Hanya Ashley yang ada di pikiranku saat ini, tidak ada lagi yang lain, dan saat ini penguasaku sedang tertidur di pelukanku, wajahnya yang pucat lebih damai saat ini, cengkeraman tangannya pada jemariku tetap saja menguat saat dia tertidur. Dia benar-benar tidak ingin melepaskan genggamannya padaku, aku memejamkan mataku dan setitik air mata menetes mengalir pipiku, air mataku itu jatuh dan di dahinya, sebelum aku sempat menyekanya tiba-tiba dia membuka matanya dan mata indah itu menatapku dengan pandangan yang sama sekali tidak bisa kuartikan.

Dia sudah sepenuhnya terbangun dan yang saat ini dia lakukan hanya memandangku dengan tatapan lemahnya. Aku tersenyum lemah padanya dan membisikkan kata-kata menghibur padanya bahwa semuanya akan baik-baik saja dan aku akan tetap ada di sisinya tak perduli apa yang akan terjadi. Dia bangkit agar dapat melingkarkan lengannya di sekitar leherku dan mengistirahatkan kepalanya di cekungan antara bahu dan leherku. Aku bahkan masih merasakannya gemetaran meskipun semuanya sudah berlalu. Aku mengerutkan dahiku sambil melingkarkan lenganku di sekitar pinggangnya, mungkin memang ini yang seharusnya terjadi, mungkin lebih baik jika dia kehilangan sebagian ingatannya agar dia tetap bergantung padaku. Aku tidak bisa kehilangannya, tuhan tahu hal itu dan aku tidak akan membiarkan dirinya pergi dari pelukanku barang untuk sesaatpun.

"Apa yang terjadi Sean?" aku mendengarnya berbisik lirih dan seketika itu pula aku ragu, aku ragu akan mengatakan apa padanya, akankah aku mengatakan kebenarannya.

"Sean..."

"Tidak terjadi apapun sayang, kau hanya sedang kelelahan" aku berkata dengan gemetar, akhirnya aku memilih kebohongan, tapi meskipun waktu bisa diputar kembali aku akan tetap memilih pilihan yang sama, karena baik itu kebenaran ataupun kebohongan hal itu tidak menjadi masalah bagiku selagi bisa menahan Ashley tetap disisiku. Tak perduli betapa sulit dan menyakitkannya hal itu aku akan melakukannya agar dia tetap bersamaku.

"Kenapa aku merasa aneh?"

"Kau hanya sedikit bingung dan kelelahan sayang, semua akan baik-baik saja, aku berjanji" aku kembali menghiburnya dan sepertinya dia lebih tenang dari sebelumnya.

"Dimana cincinku?" dia bertanya padaku dan aku hanya terdiam sambil menatapnya lekat-lekat.

"Sean, ada apa?" dia bertanya dengan raut wajah yang khawatir karena aku tiba-tiba saja terdiam begitu dia menanyakan tentang cincin pertunangannya.

"Kau tidak mau memakainya Ashley" aku berkata dengan suara lembut dan menampakkan sedikit ekspresi terluka padanya, dia terlihat begitu terkejut ketika aku mengatakan hal itu padanya.

"Kenapa aku tidak mau memakainya?, itu adalah cincin yang sangat indah" dia terlihat bingung ketika itu, berkali-kali dia mengerjabkan matanya untuk berusaha mengingat sesuatu tapi kurasa dia tidak berhasil melakukannya dan sekarang mata indah itu telah berkaca-kaca pertanda dia akan meneteskan air matanya. Aku langsung merengkuhnya dan memohon padanya agar dia tidak menangis.

"Aku ingin memakainya Sean, aku mencintaimu" kata-katanya sungguh membuatku meleleh, bertahun-tahun aku menantikan dia mengatakan hal indah itu padaku dengan semua ketulusan yang dia miliki dan kini aku telah begitu dekat dengan kebahagiaan yang kurasakan. Begitu dekat dan begitu mudah untuk kuraih.

Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang