Chapter 34

78.5K 3.6K 161
                                    

Sean POV

Aku merasakan tubuhnya gemetaran begitu aku mengatakan bahwa Melisa terlibat dengan ini semua, aku merasakan sakit didadaku ketika melihat dia begitu tersiksa seperti saat ini. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya ditakutkannya dengan keluargaku, aku tahu jika keluargaku hancur dan tidak akan ada kemungkinan lagi untuk membuatnya lebih baik dari saat ini, tapi kenapa dia begitu ketakutan hanya dengan mendengar nama Melisa. Aku bahkan mulai berpikir jika keputusanku untuk menerima tawaran Melisa melanjutkan studiku di London adalah kesalahan terbesar dalam hidupku. Aku tidak tahu apa yang telah Melisa lakukan pada Ashley selama empat tahun aku berada disana, sejak saat itulah aku sadar bahwa semuanya terasa begitu salah, Ashley tiba-tiba saja menjadi orang yang berbeda saat aku kembali. Aku menanyakan padanya apa yang telah sebenarnya terjadi ketika aku pergi tapi dia hanya mengeluarkan senyuman palsunya dan mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja.

Kini dia berada di pangkuanku ketika kami berada diruanganku, aku tidak mengijinkannya kembali karena aku tidak ingin dia berada jauh dariku, rasanya memang begitu hampa saat dia pergi aku tidak pernah bercanda dengan kata-kataku. Aku memandangnya yang kini telah tertidur pulas di dadaku sejak tadi, dia pasti merasa dihiraukan sejak tadi karena aku hanya menfokoskan mataku pada komputerku tadi dia tidak tahu jika setiap detik dalam hidupku aku selalu memikirkannya, dia tau hal itu hanya saja dia menolak untuk mengerti. Aku membelai kepalanya dan menyingkirkan anak rambutnya yang menghalangiku untuk memandang wajah cantiknya. aku terdiam melihat wajahnya untuk waktu yang sangat lama, aku berusaha meresapi setiap bagian dari wajahnya, mata tajamnya yang sempurna, hidungnya mancungnya, bibirnya yang sangat menggairahkan, pipinya yang selalu merona bahkan tanpa sapuan make-up sekalipun, dia begitu sempurna.

Aku mengangkat tangannya yang terkulai lemas di pangkuannya sendiri dan aku melihat bekas luka disana, luka yang telah kubuat ketika aku menemuinya di California, aku sangat marah saat itu sampai-sampai aku tidak bisa berpikir jernih, itu untuk pertaman kalinya aku kehilangan kendali atas diriku. Ashley adalah satu-satunya wanita yang bisa membuatku merasakan perasaan seperti itu, perasaan putus asa dan kacau yang sangat membuatku seperti terjatuh kedalam lubang hitam yang gelap. Perasaan itu yang pertama kali muncul saat aku tidak bisa menemukannya dimanapun ketika aku bangun dipagi hari dia meninggalkanku, aku hidup seperti orang gila, aku melupakan semua pekerjaanku dan memutuskan untuk mencarinya bahkan sampai keujung dunia, aku bahkan berpikir akan mundur dari jabatanku hanya untuk mencarinya. Hanya Ashley yang bisa melakukannya, hanya dia yang bisa membuatku hancur hanya dengan meninggalkanku. Aku memeluknya karena merasakan perasaan sesak itu mulai melingkupiki, aku memeluknya dengan keseluruhan jiwa dan ragaku, berharap dia akan merasakan betapa aku mencintainya, bahkan aku tidak perduli jika nantinya dia akan terbangun karena pelukanku itu.

Tubuhnya bergerak sedikit setelah entah berapa lama aku memeluknya, aku menunggu apa yang terjadi berikutnya dan beberapa saat kemudian aku tahu jika dia telah tertidur kembali, aku mengecup pelipisnya dan mendekapnya lagi kedalam pelukanku. Aku sangat mencintai gadis ini, semuanya terasa sulit ketika dia tidak mencintaiku, tapi semua terasa lebih buruk lagi ketika dia pergi meninggalkanku. Aku bahkan bisa merasakan bagian dalam diriku terbakar ketika aku tahu jika dia meninggalkanku, itu adalah pengalaman yang sangat menyesakkan untukku, aku bahkan tidak pernah membayangkan aku akan mengalaminya, dan Ashley-lah yang membuatku mengalaminya.

Suara ponselku berbunyi nyaring dan aku dengan cepat mengangkatnya sebelum bunyi itu membangunkan kesayanganku, aku bahkan sempat menahan nafas berharap jika dia akan tertidur kembali dan tidak menggubris suara tadi, aku melihat kerutan berbentuk V di antara alisnya dan dengan lembut aku menciumnya. Aku tersenyum ketika dia tidak terbangun dengan gangguan itu, entah untuk berapa lama aku menikmati pemandangan menakjubkan yang terpampang didepanku ini, dia terlihat begitu indah saat ini. Aku melihat ke layar ponselku ketika aku akhirnya tersadar, aku melihat nama Melisa terpampang disana, dia mungkin mengakhiri panggilannya karena aku tidak kunjung menjawabnya. Aku meletakkan lagi benda sialan itu setelah menonaktifkannya terlebih dahulu, aku tidak ingin siapapun mengganggu kesayanganku saat ini.

Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang