Chapter 18

81.7K 3.5K 80
                                    

Bila kau ingin terhindar dari orang yang dikucilkan, kau harus membuat dirimu jadi lebih kuat. Tetapi bila memang semudah itu, siapa yang akan jadi dikucilkan?.Bila kau tidak bisa jadi lebih kuat, maka berdirilah disamping yang kuat, mungkin itu juga bijaksana.

Grand Palace adalah sebuah tempat yang sempurna untuk mengadakan pesta, arsitekturnya terlihat megah, para tamu yang ada disini seolah menjadi raja dan ratu dalam waktu sehari, semuanya terasa bagaikan sihir saat kita memasuki ruangan ini, warna putih gading mendominasi seluruh bagian ruangan ini, hiasan-hiasan pesta ini semua adalah symbol dari kemewahan, terlihat begitu klasik dan berkelas, bunga-bunga juga terdapat disetiap sudut ruangan juga tergantung menjuntai diatas ruangan semuanya melambangkan kekayaan, semua orang yang ada disini juga adalah bagian dari kekayaan dan kemewahan itu sendiri.

Meja-meja dipenuhi dengan makanan yang terlihat menggiurkan, para pelayan hilir mudik membawakan minuman di baki, aku melihat wajah semua orang yang ada di dalam ruangan ini, semuanya tersenyum dalam keangkuhan, semua yang ada diruangan ini berlomba-lomba memamerkan kekayaan mereka. Semua barang yang ada pada diri mereka adalah bukti dari arogansi itu, setiap pakaian, sepatu dan perhiasan. Mereka sangat terlihat bangga dan percaya diri dengan apa yang melekat pada diri mereka malam ini. Sama sekali tidak ada ketulusan dalam ekspersi mereka satu sama lain, yang ada hanyalah keserakahan dan koneksi, karena mereka tidak memerlukan lagi ketulusan saat mereka bisa mendapatkan segalanya.

Aku menghirup udara disekitarku dengan berat, semua orang yang hilir mudik disekitarku ini sangat membuatku tidak nyaman, aku merasa seolah aku kecil dan tidak berdaya disini, aku memutuskan untuk berjalan kearah balkon, aku melihat kesekililing balkon ternyata tidak ada seorangpun disana, dalam hati aku tersenyum kecut, siapa yang akan menyendiri ditengah pesta megah ini.

Aku menyentuh berdiri sambil memandangi pemandangan kota ini, hanya pemandangan ini yang membuatku nyaman dari pesta ini, pemandangan ini satu-satunya yang membuatku merasa hidup atau setidaknya menyadarkan bahwa aku masih bernafas.

"Pestanya ada didalam" suara itu mengagetkanku hingga membuatku berbalik kearah asal suara itu, seluruh tubuhku serasa membeku ketika aku melihat Liam Maxwell ada dihadapanku, pria itu terlihat tampan dengan balutan tuxedo yang sangat pas ditubuhnya, dia terlihat sangat sexy, aku yakin wanita manapun langsung luluh ketika melihatnya.

"Aku bukan seorang kriminal miss, tolong jangan pandang aku dengan pandangan seperti itu" Liam berujar lagi kali ini dengan pandangan memohon padaku, rasanya aku ingin sekali tersenyum ketika aku sadar bahwa dia benar-benar termakan sandiwaraku, tadi aku sempat berpikir bagaimana lagi aku bisa bertemu dengannya, tapi tak lama kemudian dia sudah berada didepanku, kurasa tuhan sedang memudahkan jalanku saat ini. Aku memasang wajah curiga kepadanya, tapi dia masih saja berdiri disana dan menatapku.

"Kau terlihat cantik Miss Warren, aku tidak menyangka kita akan bertemu lagi disini, mungkin kita harus menyebut ini sebuah takdir tuhan" dia berkata lagi, dan aku menyeringai akan pemikiran piciknya.

"Aku tidak percaya dengan takdir tuhan, menurutku kita harus menyebutnya sebagai sebuah kebetulan" aku mengutarakan pemikiranku masih dengan sikap waspadaku, aku melihat Liam yang tersenyum dengan apa yang kukatakan.

"Kau adalah gadis yang menarik Miss Warren"

"Terima kasih atas pujianmu tapi aku sama sekali tidak tersanjung" aku membalas kata-katanya.

"Kumohon biarkan aku memperbaiki ini Miss Warren, kurasa aku telah membuat kesan buruk dimatamu, harus kukatakan bahwa aku sangat menyesali hal itu" dia semakin maju kearahku dan secara perlahan aku mundur untuk membuat jarak diantara kami, aku sukses membuatnya kecewa dengan tindakanku.

"Tidak ada yang perlu disesali diantara kita, karena memang tidak ada hal yang terjadi, permisi" aku bermaksud menyelesaikan percakapan kami dan berjalan melewatinya, tapi tanganku ditarik dengan sedikit kasar hingga aku kembali keposisiku berdiri tadi, aku melotot padanya karena kaget dengan apa yang dilakukannya, aku benar-benar tidak menyangka dia punya keberanian sebesar itu untuk melakukannya, karena bagaimanapun juga kita sedang berada di pesta.

"Kalau begitu berikan aku kesempatan untuk memulainya Miss" Liam berkata sambil menatapku mataku dalam-dalam. Aku serasa melupakan segalanya saat aku melihat mata berwarna gelap itu menatapku tanpa ampun.

"Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku!, aku bukanlah orang yang bisa memberimu keuntungan!" aku berujar padanya dengan nada menekan, aku melihat keterkejutan dimatanya saat aku mengucapkan hal itu kepadanya.

"Aku hanya ingin mengenalmu dengan baik, karena aku bersumpah bahwa kau telah memenuhi pikiranku belakangan ini, aku bahkan tidak bisa tenang dalam bekerja karenamu, aku menyelidiki latar belakangmu tapi catatan publikmu dilindungi, siapa sebenarnya dirimu?, kenapa kau bisa mengacaukanku, apa yang membuatmu bisa melakukannya?!" dia menjelaskan semuanya yang ada dalam pikirannya, dan aku hanya bisa terpaku ketika mendengarnya, aku bahkan tidak percaya bahwa dia secara langsung mengatakan hal ini kepadaku.

"Aku harus pergi, aku memintamu baik-baik untuk melepas lenganku" aku berkata padanya.

"Kau ketakutan saat bersamaku..."

"Aku tidak takut pada.."

"Ya!, kau ketakutan, wajah pucat dan lenganmu gemetaran, kau bahkan menghindariku seolah aku terkena penyakit lepra, tidak pernah ada yang melakukan hal itu padaku sebelumnya, dan ketika kau melakukannya seolah poros dalam diriku telah bergeser, kau benar-benar mengacaukanku dan aku tidak tahu cara untuk mengatasinya!" Liam benar-benar terlihat sangat frustasi ketika menngucapkannya dan saat itulah aku tahu bahwa rencanaku berhasil.

"Apa yang kau lakukan padaku Ashley?" bisik Liam sangat dekat denganku, perasaanku benar-benar campur aduk saat itu, aku senang karena aku berhasil mendekati Liam Maxwell, tapi disaat yang sama aku juga ketakutan karena Sean ada disini, yang saat ini entah kemana.

"Kumohon lepaskan aku sir, aku tidak ingin para tamu diisini salah paham"

"Katakan padaku kau akan memberiku kesempatan!" tegasnya sambil semakin mencengkeram lenganku dengan keras.

"Baik...Baiklah, aku beri kau kesempatan" tepat ketika aku mengucapkan hal itu cengkeraman tangannya mengendur dan seketika itu juga aku langsung mengambil jarak darinya.

"Namaku adalah Liam Maxwell, kurasa nama belakangku sangat menjelaskan bahwa aku bukanlah seorang kriminal seperti yang selalu kau pikirkan Miss Warren" aku membelalakkan mataku ketika dia mengatakannya.

"Senang bisa berkenalan denganmu Mr Maxwell" ujarku kaku seraya menjabat tangannya, diia tersenyum puas saat melihatku menjabat tangannya, aku bahkan juga melihat seringai kemenangan dimatanya.

"Liam, panggil aku Liam, Ashley" saat itulah pertama kalinya aku menatap matanya dengan sangat dekat, sangat intens, dan aku serasa lupa segala yang ada di sekitarku, dan saat itulah aku memutuskan bahwa aku tidak akan pernah lagi melihat matanya, karena tatapan matanya mungkin akan membuatku lemah, biar bagaimanapun juga aku tidak boleh lemah, aku tidak akan lemah, tidak lagi.

***

Seperti pesta biasanya, dansa pertamaku selalu untuk Sean, kini lagu berjudul so close mulai terdengar mengalun lembut di telinga, aku telah berada di pelukan Sean, dia yang memimpin gerakan, sedangkan aku hanya mengikuti gerakannya saja, sesekali dia memutar badanku lalu menangkapku kembali dan itu membuat kami menjadi tontonan para tamu undangan lain yang telah menepi dari lantai dansa, dia memutar tubuhku sekali lagi dan saat dia menangkapku dia tersenyum penuh kemenangan karena melihat wajahku memerah karena malu, aku bersyukur karena Melisa mendatangkan Mrs Rosse yang melatihku menari selama empat tahun belakangan ini, itu terbukti berhasil karena demi tuhan Sean sangat pandai dalam hal berdansa, dan aku bersyukur aku bisa mengimbanginya, kupikir itu tidak terlalu buruk, aku melihat beberapa wanita melirik kami, aku yakin mereka benar-benar kesal saat ini, itu sangat jelas terlihat dari wajah mereka, aku mendongak kearah Sean, dan



Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang