Chapter 51

17.1K 981 230
                                    

Empat hari telah berlalu sejak aku kembali ke penthouse, aku benar-benar tahanan bahkan dirumahku sendiri, tidak ada ponsel, tidak ada dunia luar, tidak ada teman, tidak ada apapun. Semuanya telah berakhir untukku, jika aku tidak bisa menemukan jalan untuk keluar dari tempat ini maka aku akan menjalani sisa hidupku dengan keadaan ini, tapi aku tidak akan membiarkannya terjadi, aku harus keluar dari tempat ini, keluarga Blackstone tidak lagi memiliki kendali atas diriku setelah apa yang telah terjadi, setelah bagaimana mereka memperlakukanku selama ini.

Malam itu Sean pulang larut malam, aku mendengarnya membuka pintu kamar kami sebelum dia berjalan kearahku untuk memeluk dan menciumku, itu adalah kebiasaan yang selalu dia lakukan meskipun aku tidak pernah menghiraukannya tapi dia tetap melakukannya.

"Kau menangis?" Sean bertanya sambil mencoba untuk menyibakkan selimut yang membungkusku, dengan satu sentakan selimut itu sekarang tergeletak dilantai, dia mencoba untuk mengangkat tubuhku tapi aku tidak membiarkan dia melakukannya, aku tidak akan memberikan apa yang dia inginkan, aku tidak akan memberikannya kendali atas diriku.

"Jangan menolakku!" aku tidak pernah ingin memancing amarah Sean sebelumnya, karena setelah sekian lama aku mengenal Sean, amarahnya adalah sesuatu yang sangat mengerikan dan tidak terkendali, tapi aku tidak punya apa apa lagi sekarang jadi aku melakukannya, tetap saja rasanya sangat menakutkan.

"Jangan menyentuhku" aku berkata sambil bangkit dari tempat tidur dan mengambil jarak diantara kita berdua, Sean menyeringai sambil bangkit dan menatapku dengan tatapan penuh amarahnya.

"Ingatlah siapa dirimu sebelum bertemu denganku Ash" Sean berkata dengan tatapannya yang bisa membunuh siapapun, aku tersentak ketika aku mendengar kata-katanya, selama bertahun-tahun aku mengenal Sean dia tidak pernah mengucapkan kata-kata itu padaku, dan kini harga diriku benar-benar terluka ketika mendengarnya.

"Aku selalu mengingat siapa diriku Sean, aku juga selalu mengingat siapa dirimu dan siapa keluargamu, aku hidup bersama kalian selama bertahun-tahun, aku melihat apa yang kalian lihat, aku mendengar apa yang kalian dengar, dan aku tahu apa yang keluarga ini tahu" aku bersyukur aku bisa mengatakannya tanpa sedikitpun getaran pada suaraku dan aku melanjutkan.

"Jika kau ingin menghinaku Sean, maka kau harusnya tahu lebih baik untuk tidak melakukannya" raut wajah Sean terlihat berubah saat aku mengatakan hal itu, seakan dia tidak pernah mengharapkanku untuk mengatakannya.

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud mengatakannya" Suaranya berubah menjadi penyesalan, dia berjalan kearahku dan mencoba untuk meraihku tapi aku tidak membiarkannya mendapatkanku.

"Aku bilang aku minta maaf, sekarang kembalilah padaku!" kini dia terdengar kasar dan menuntut, aku lebih dari siap untuk menghadapinya.

"Pergilah ke neraka Sean!" aku berkata sambil keluar dari kamar, meninggalkan Sean yang berdiri mematung disana. Aku berjalan kearah perpustakaan untuk menenangkan pikiranku, aku berpikir untuk mengunci pintunya tapi aku tidak melakukannya karena kupikir itu hanya sia-sia, Sean akan menemukan jalan untuk masuk pada akhirnya, jadi aku hanya menutup pintunya. Selama beberapa saat kemudian terdengar suara bantingan pintu dan aku melihat Sean berjalan kearahku, kini dia hanya mengenakan kemeja abu-abu yang lengannya telah ditarik sampai batas sikunya. Dia benar-benar terlihat murka saat ini.

"Kau baru saja berpaling dariku, sudah kukatakan ribuan kali untuk tidak melakukannya!" suaranya terdengar sangat mengerikan dan penuh amarah.

"Kau menghinaku!" aku balas meneriakinya.

"Baiklah!!, aku seharusnya tidak melakukannya... cobalah melihat ini dari sudut pandangku Ash" dia berjalan mendekatiku, aku memiliki lebih dari seribu alasan untuk menghindar darinya tapi aku berdiri disana seperti orang bodoh, aku berdiri disana dan menunggunya untuk datang padaku dan menyentuhku. Aku semakin membenci diriku sendiri karena hal itu tapi aku hanya diam disana sampai Sean sampai padaku sampai dia ada disana untuk memeluk tubuhku, dia memelukku dengan erat dan tidak menyisahkan jarak diantara kita berdua.

Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang