Chapter 5

111K 4.9K 66
                                    

Satu minggu telah berlalu, aku telah belajar mati-matian tentang tata cara bersikap, berpakaian dan bertindak dengan tepat seperti para orang kaya yang begitu bermartabat, dan tepat pada hari ini aku sudah siap untuk menghadapinya. Aku turun dari apartemen baru pemberian dari keluarga Blackstone, aku mengambil taskku yang bermerk prada dan berjalan dengan tenang menuruni tangga dengan sepatu highheels ku, aku sudah tidak terhuyung ketika aku menuruni tangga saat ini, potongan rambutku terlihat anggun saat ini, aku juga memakai make up, sangat merepotkan karena aku harus bagun setidaknya satu jam lebih awal untuk bersiap-siap, tapi ini semua harus kulakukan jika aku ingin belajar di institute bergengsi itu.

"Selamat pagi" sapaku kepada Sean yang sedang duduk santai di sofa sambil membaca koran pagi, aku tersenyum padanya lalu memutar tubuhku yang mengenakan gaun cantik berwarna biru tua dengan panjang sekitar 20 cm diatas lutut, rambutku tergerai dan tertuip angin lembut saat aku menuruni tangga.

                Aku melihat Sean membuka mulutnya lebar saat aku berjalan mendekatinya dan begitu menyadarinya dia langsung menutup mulutnya rapat-rapat

"Jika seseorang mengucapkan selamat pagi, akan lebih sopan jika kau membalasnya" kataku menasehatinya

"Well, selamat pagi tuan putri" kata Sean sambil memelukku erat

"Kau bersikap seperti tidak melihatku selama beberapa tahun"

"Memang, kau tidak merasa seperti itu?"

"Kau terdengar mengerikan" aku mulai menggerutu padanya dan dia malah membalasku dengan senyuman manisnya.

"Terserah, dan apa kau siap untuk melihat dunia barumu Miss Warren?" ujar Sean sambil mengulurkan lengannya padaku dengan sopan

"Aku sudah tidak sabar Mr Blackstone"

***

"Wow, aku benar-benar disambut disini" kataku saat aku keluar dari mobil dan masuk menuju gedung Universitas yang sangat megah itu, aku merasakan lengan Sean telah berada di belakang pinggangku, menuntunku dengan lembut, aku sebisa mungkin mengabaikan tatapan orang yang kami lintasi, ini benar-benar mengganggu. Aku harus berpura-pura menjadi tunangan Sean sampai aku lulus nanti, aku tidak berpikir aku bisa melakukannya, walaupun secara teknis aku memang sudah menjadi miliknya ketika kami berada di pesta itu. Aku berpikir kehidupan para konglomerat ini sangat rumit dengan saham-saham dan perusahaan mereka, mereka sepeti lupa cara untuk menjadi manusia biasa dengan semua uang yang mereka miliki saat itu.

"Kita tidak satu kelas hari ini, apa kau akan baik-baik saja dengan itu?" tanya Sean khawatir sambil mengelus rambut halus milikku dengan penuh kasih sayang yang tergambar dimatanya,

"Aku bisa mengatasinya, terima kasih"

"Aku akan mengantarmu kedalam kelasmu" kata Sean sambil menggandeng jemariku masuk kedalam kelas yang sudah dipenuhi oleh mahasiswa lainnya, Sean menarik tempat duduk yang kosong dibaris kedua untukku, aku tersenyum padanya lalu duduk dengan anggun ditempat dudukku.

"Aku akan menjemputmu di kelas terakhirmu, aku punya jadwalmu, jadi jangan pergi kemanapun sebelum aku datang"

"Baiklah, sampai jumpa"

"Sampai jumpa nanti sayang" kata Sean sambil mencium pipi kananku dan beranjak pergi diikuti pandangan para gadis yang seakan-akan melahapnya dengan rakus, itu masuk akal karena dia sangat sexy hanya dengan celana jeans, kaus oblong berwarna hitam dan jaket kulit berwarna hitam yang melekat ditubuhnya, hanya dengan pakaian seperti itu saja dia benar-benar terlihat sempurna.

"Ashley Warren?" sebuah suara langsung terdengar nyaring di telinganya saat Sean keluar dari pintu, aku tau suara itu adalah suara Sarah Lordan, aku memejamkan mataku sejenak, mencoba mengumpulkan kekuatan yanga aku miliki saat itu, kemudian langsung membuka mataku penuh rasa amarah dan gairah untuk membalas, dan inilah saat yang tepat.

"Ya, namaku Ashley Warren"

"Aku merasa ini semua konyol karena kau bisa masuk kedalam Universitas ini, sebelumnya kau hanya pelayan di café pinggir jalan, kemudian secara ajaib kau muncul di pesta keluarga Blackstone, dan beberapa minggu kemudian kau masuk kedalam Blackstone University, kami berpikir ini semua sangat aneh!" ujar Sarah sambil duduk di mejaku, aku menatapnya penuh dengan amarah yang tersimpan dalam lubuk hatiku, dia kembali berdiri tak lama kemudian lalu menatapku lagi.

"Aku merasa kasihan padamu Sarah Lordan"

"Apa?!" kata Sarah, suaranya terdengar kaget

"Aku kasihan padamu karena orang tuamu sepertinya gagal mendidikmu dengan baik!, karena sekarang ini kau bersikap seperti wanita jalang"

"Berani-beraninya kau, kau pikir..."

"Kau yang harusnya berpikir, kau harus tau siapa yang kau ajak bicara saat ini"

"Kau hanya seorang pelayan!"

"Aku menjadi seorang pelayan agar aku tidak berakhir menyedihkan seperti yang kau alami saat ini!"

"Menyedihkan kau bilang?!" jerit Sarah sambil tertawa sinis

"Hidupmu hanya dipenuhi dengan penjilat dan peliharaanmu yang selalu mengikutimu seperti benalu saat kau pergi, itu yang kusebut menyedihkan!"

"Tunggu saja sampai ayahku mengeluarkamu dari sini, kau akan segera berakhir dijalanan!" ancam Sarah dengan wajah memerah

"Kuberitahu kau sesuatu Sarah, kau bukan hanya manja dan munafik tapi kau juga tidak berguna, beritahu aku satu hal saja yang bisa kau lakukan tanpa melibatkan ayahmu atau kekayaanmu didalamnya, sebutkan padaku."

"..."

"Benar Sarah, Tidak ada, tapi aku, aku berbeda denganmu!, aku bisa melakukan apapun yang aku mau dengan mengandalkan diriku sendiri" ujarku lirih tepat di telinganya, aku mundur sekitar dua langkah dan masih memandang wajahnya sambil tersenyum meremehkan.

"Aku benar-benar tidak paham, tentang kau yang tidak setuju jika aku dipindahkan ke Universitas ini, secara akademik nilaiku jauh melampauimu, dan langkahku aku selalu jauh didepanmu Sarah, kau seharusnya memikirkan hal itu juga, jika ketua diharuskan memilih antara kau dan aku, mereka sama sekali tidak punya alasan untuk mempertahankanmu, secara finansial memang kita setara, tapi dari segi akademik kau jauh tertinggal dibelakangku" jelasku padanya, sementara dia hanya memandangku dengan muka memerah, entah itu karena malu atau marah, aku benar-benar tidak perduli lagi padanya.

"Kuberitahu kau sesuatu Sarah.., saat mereka pertama kali melihat nilai-nilaiku mereka memohon padaku agar aku mau masuk Universitas ini, kupikir kini kau malu mengucapkan hal itu padaku, jadi kusarankan tutup saja mulut besarmu itu dan enyah dari hadapanku" tegasku sambil mendorong bahu kananya menjauh dariku, lalu aku berbalik menghadap keseluruh kelas.

"Apa ada lagi yang tidak puas dengan pemindahanku disini?" tanyaku dengan suara tegas dan otoriter, saat aku menunggu beberapa lama mereka tetap diam dan mereka semua hanya menundukkan kepalanya menghadap buku-buku tebal mereka, padahal sebelumnya mereka sama sekali tidak perduli dengan buku-buku itu. Tapi sementara itu kulihat pemuda seumuran denganku menatapku dengan tenang, sebuah tatapan yang memperlihatkan kekagumannya padaku, saat tatapan kami bertemu, aku bisa melihat rambut berwarna cokelat kehitaman dan wajah khas italia itu, tak berapa lama kemudian dia tersenyum padaku, lebih seperti senyuman bangga dan memuji, saat itu aku mengalihkan pandanganku pada Sarah yang masih berdiri dengan ekspresi tercengang.

"Oh dan satu lagi Sarah, jika kau ingin melaporkan kekecewaanmu dengan pemindahanku, lakukan sendiri pada ketua, bicaralah pada Mr Macon Blackstone, yang mana adalah calon mertuaku, coba kita lihat kepada siapa dia berpihak."

Seketika itu juga mulutnya terbuka lebar dan kembali ketempat duduknya dengan wajah menahan rasa malu yang amat sangat, aku menjerit dalam hatiku, Ya, menjauhlah dariku wanita sinting!, rasanya aku ingin menjeritkan kata-kata itu pada Sarah saat itu juga, tapi aku tau aku harus menjaga sikapku, jadi aku menahannya sekuat tenaga.

Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang