Chapter 22

73.4K 4.1K 102
                                    


Pagi-pagi sekali aku memasuki penthouse Sean sambil membawa bunga berwarna kuning yang tempak indah dan sangat segar, aku tersenyum sambil mencium harum bau bunga itu, aku tadi melihat seorang wanita tua penjual bunga, aku merasa tertarik dan kemudian aku membeli banyak bunga darinya, ya, aku memang sangat menyukai bunga. Baru saja aku8 ingin mengambil vas bunga yang berada didekatku aku melihat Sean keluar dari kamarnya, dia sudah terlihat segar, rambutnya basah dan dia hanya menggenakan kaus hitam dan celana jeansnya, dia terlihat sangat panas saat ini, aku bahkan kesulitan mengalihkan pandanganku darinya. Dia mendekat padaku, setelah di berada didepanku, aku memberinya senyuman lembut tapi dia hanya membalas senyumanku dengan senyuman tipis, oh astaga!, apakah dia masih marah padaku.

"Hai, apa kau merasa pusing?" tanyaku padanya, dia hanya mengangguk sambil mengambil bunga kuning itu dari tanganku.

"Bunga ini berduri!, apa kau tertusuk durinya?!" katanya tidak senang lalu memeriksa tanganku, astaga dia sangat berlebihan.

"Aku baik-baik saja, biarkan aku menaruhnya di vas bunga dulu" aku berujar padanya.

"Aku yang akan melakukannya, duduk saja disofa" tanpa menunggu jawabanku dia langsung membawa bunga itu, dia menemukan vasnya lalu mengisinya dengan sedikit air, lalu dia memasukkan tangkai-tangkai bunga itu ke dalam vas bunga. Tak lama kemudian dia kembali kepadaku, dia duduk disampingku lalu menarikku kedalam pangkuannya kemudian dia memelukku sangat erat, oh astaga, rasanya seperti kembali kerumah, pelukannya benar-benar nyaman.

"Lupakan Ash" Sean berbisik ditelingaku.

"Apa maksudmu?" tanyaku tidak mengerti, aku tetap membiarkan dia memelukku, tapi aku tidak mengerti dengan pertanyaannya.

"Lupakan saja Maxwell, lupakan saja semuanya" kata Sean sambil menatap mataku dalam-dalam, aku mengeryit ketika dia mengatakan hal itu padaku, bagaimana bisa dia mengatakan hal itu setelah semua yang telah kulalui.

"Omong kosong apa ini?!" aku mendesis padanya lalu melepaskan diriku dari pelukannya.

"Tidak bisakah kau hanya mencintaiku?, tak bisakah kau hanya berada di sisiku?"

"Bukankah selama ini aku masih disisimu?, aku akan selalu disisimu Sean, selalu" aku membelai rahangnya, tapi masih tidak ingin mengerti.

"Kalau begitu lupakan semuanya Ash"

"Aku menyayangimu Sean, tapi jika aku harus memilih, aku lebih memilih untuk meninggalkanmu,karena aku tidak akan pernah melepaskan Maxwell, Sean, tidak akan pernah" aku menjelaskannya pada Sean tanpa keraguan sedikitpun dalam suaraku, dadaku rasanya seakan runtuh saat aku mengatakan kata-kata menyakitkan itu padanya, tapi aku harus mengatakan hal itu padanya, cepat atau lambat aku harus memilih, dan pilihanku akan tetap sama, pilihan ini adalah alasan aku bertahan hidup sampai detik ini, dan tidak akan kubiarkan terlepas dariku, meskipun aku harus kehilangannya, meskipun aku meyakitinya. Aku menatapnya sekilas lalu aku berjalan menjauh darinya.

"Aku yang akan melakukannya Ashley, akan kuhancurkan mereka untukmu, tapi tetaplah disisiku, jangan lakukan apapun lagi" tiba-tiba suaranya terdengar, aku langsung membeku ketika dia mengatakan hal itu padaku, andai orang lain bisa merasakan sakit didadaku ini, demi tuhan aku tidak ingin menyakitinya dan membuatnya terlukan, tapi keadaan yang membuatku seperti ini, ibuku yang kejam yang membuatku melakukan hal ini, aku tidak bisa memikirkan hal lain setelah semua yang dilakukan oleh ibuku, aku tidak bisa berhenti memikirkannya saat dia mengatakan bahwa dia tidak pernah menginginkanku, aku juga tidak mengerti apa yang terjadi kepadaku, kenapa aku tidak bisa melepaskannya saja, kenapa aku harus melewati semua ini, kenapa aku harus menyakiti orang lain untuk bisa bertahan.

Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang