Chapter 11

103K 4.6K 79
                                    

Hai, makasih ya buat para reader setia gue yang selalu baca, vote dan komentar cerita ini, maaf kalo kelamaan update ceritanya.

Kalo ada yang mau saran buat chapter selanjutnya juga boleh kok, terus kritik dan sarannya juga gpp, jujur aja biar gue tahu cerita ini emang bener-bener bagus atau jelek, okeee.

Sean mengatakan padaku bahwa hari ini akan diadakan pesta pernikahan kerabatnya, sebenarnya aku enggan untuk datang kepesta semacam itu, tapi aku tidak bisa menolaknya, tidak akan pernah bisa untuk menolaknya. Awalnya aku dikejutkan dengan kiriman beberapa paket untukku dan setelah kubuka isinya, ternyata isinya adalah perlengkapan pesta.

Dan sekarang aku sedang mengamati diriku di cermin, wanita yang ada dicermin itu balik menatapku, aku terlihat layak disebuah acara karpet merah, gaun hitam sepanjang lutut yang kugunakan sungguh sangat menarik, baju ini sangat pas memameskan lekuk tubuh yang sedikit aku miliki. Rambutku tergerai bergelombang disekitar wajahku, aku sangat menyukai gaunku ini, mungkin aku harus memuji langsung perancangnya. Aku menjaga dandananku tetap minimal, dengan penampilan alamiku yang lebih menonjol, mascara, eyeliner dan sedikit perona pipi berwarna pink, juga lipstick pink, aku tersenyum gugup pada cermin, kemudian menggelengkan kepalaku dan meraih dompet clutch hitamku, aku berjalan keluar kamar untuk mencari Sean, dia terlihat sedang bicara pada Richard dan beberapa orang lainnya, wajahnya membelakangiku dan yang bisa kulihat hanyalah punggungnya. Richard memandangku dengan pandangan terkejut dan terpesonanya padaku, pandangan Richard yang lurus kearahku pada akhirnya menyadarkan Sean akan kehadiranku. Dia berputar saat aku berdiri di tengah-tengah tangga dengan canggung. Dan saat dia benar-benar berjalan kearahku aku terkejut melihatnya, dia begitu mempesona, jas biru tua, dasi kupu-kupu yang senada, dan yang membuatku semakin berdebar-debar adalah ketika dua menatapku, tatapannya adalah jenis tatapan penuh kekaguman. Kini dia telah berada didepanku dia meraihku dan mencium ujung kepalaku.

"Ashley Warren, kau terlihat mempesona" aku tersipu mendengar pujiannya didepan Richard dan yang lainnya.

"Siapa orang-orang yang bersama Richard?" tanyaku dengan tenang, dahinya sedikit mengerut tapi wajahnya terlihat cukup tenang

"Mereka akan menjagamu"

"Seperti tim keamanan?"

"Ya, sejenis itu" jawabnya sambil mengulurkan lengannya padaku, aku menyambutnya lalu kami bersama-sama turun dari tangga.

"Itu konyol" aku tidak bisa menahan kata-kataku hingga begitu saja keluar dari mulutku, dan tepat seperti perkiraanku Sean langsung menghentikan langkahnya, dia menatapku dengan tatapan tajamnya, lalu menarik lenganku menuju sofa berwarna krem diruang tamu, dia duduk disofa itu lalu menjatuhkanku di pangkuannya, tangannya melingkar erat di pinggangku, seakan tidak membiarkanku untuk kabur.

"Sekarang jelaskan hal yang menurutmu konyol itu Ash?" dia berkata lembut tapi penuh ancaman, baru mendengarnya saja aku sudah merinding ketakutan.

"Apa yang membuatmu berpikir bahwa tim keamanan untukmu adalah hal yang konyol Ashley?" dia berujar sekali lagi, aku menatap wajahnya berharap bahwa aku akan menemukan jawaban yang aku butuhkan untuk menjawab pertanyaannya, tapi aku tidak menemukannya.

"Semua ini, semua ini terasa sangat aneh untukku, kau tiba-tiba datang dan memberiku segalanya yang dulu bahkan takut untuk kubayangkan, dan hari ini saat kau mengatakan bahwa aku memiliki tim keamanan untuk menjagaku itu membuatku sangat... sangat..." aku binggung mencari kata-kata untuk meneruskan kalimatku yang menggantung.

"Katakan padaku Ash" dia bahkan tidak mau memberiku waktu untuk berpikir, astaga dia benar-benar keras kepala, kenapa seseorang bisa bersikap menjengkelkan dan manis disaat yang bersamaaan.

Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang