Chapter 44

98.9K 4K 482
                                    


Beberapa minggu telah berlalu dan sedikit demi sedikit aku mulai meyakinkan diriku tentang pernikahanku yang semakin dekat setiap harinya, aku melihat Sean semakin bahagia setiap harinya, kebahagiaannya terpancar dalam mata gelapnya, saat dia melihat foto-foto prewedding kami, saat dia melihat hasil undangan pernikahan kami yang terlihat begitu elegan dan manis. Oh...dia bahkan tersenyum sepanjang saat ketika kami bersama. Aku senang bisa membuatnya begitu bahagia, setidaknya hanya hal itu yang bisa kulakukan untuk membuatnya bahagia.

"Kau suka undangannya?" Dia bertanya padaku ketika aku duduk dipangkuannya sambil melihat setumpuk undangan yang ada didepan kami. Seharusnya rencanaku saat itu adalah merapikan beberapa undangan tapi Sean tidak membiarkanku melakukan apapun. Dia hanya ingin aku melihat dan memastikan bahwa aku puas dengan hasilnya.

"Jadi... Tanggal pernikahan kita sudah diputuskan, apa kau gugup?" Dia bertanya padaku, aku mendengus saat dia mengatakan hal itu padaku, terkadang dia bisa jadi sangat naif, tentu saja aku gugup, semua calon pengantin akan gugup saat mereka dalam tahap ini. Andai saja aku bisa berteriak padanya saat ini.

"Apa kau tidak gugup?" Aku balik bertanya padanya dan dia hanya diam sambil memainkan rambutku.

"Aku sangat khawatir" dia berkata sambil menatap mataku, dahinya ditempelkan di dahiku

"'Katakan padaku" aku mengelus rahangnya sambil menuntut jawabannya.

"Aku takut kau akan pergi disaat terakhir, aku takut kau akan meninggalkanku ketika aku menunggumu berjalan dialtar, aku takut..."

"Stt... Sean jangan" aku berkata sambil menahan tangisku, sedalam itukah aku menyakitinya.

"Maafkan aku sayang, aku tidak ingin menyakitimu, aku tidak bermaksud melakukannya" dia berkata seolah dia baru saja sadar apa yang telah dia katakan padaku. Aku tahu dia tidak pernah berniat menyakitiku, dia menginginkanku untuk bahagia, dan dia selalu mewujudkannya untukku. Selama ini aku bahagia bersamanya, hanya saja aku tidak ingin merasakannya karena aku terlalu sibuk memikirkan cara untuk menghabisi ibuku. Sean adalah suatu keajaiban yang nyata untukku, dia adalah pria paling baik yang pernah kutemui didunia ini. Pertama kali aku bertemu dengannya aku tahu yang dia inginkan dariku hanyalah cinta yang tulus, dia tetap bertahan bersamaku bahkan sebelum aku mengerti apa perasaan itu, dia bertahan disisiku meskipun dia tahu apa yang kuinginkan darinya saat itu, dan itu tidak masalah baginya, tak masalah baginya meskipun aku memanfaatkannya untuk memenuhi ambisi konyolku, yang dia inginkan hanyalah agar aku tetap berada disisinya seburuk apapun keadaannya. Aku melarikan diri berulang kali dan kembali padanya berulang kali pula, dia mengejarku dan selalu berhasil mendapatkanku kembali kesisinya. Bagiku itu lebih dari cinta, itu adalah sebuah anugerah karena Sean mencintaiku, dan setelah bertahun-tahun aku baru menyadari anugerah besar tuhan yang telah diberikan padaku.

Aku menatapnya dan dia terlihat begitu menyesal telah mengatakan hal itu padaku, semua terlihat jelas dimatanya, seluruh perasaannya. Aku berusaha berdiri dari pangkuannya tapi dia tidak membiarkanku melakukannya.

"Bukankah sudah kubilang untuk tidak meninggalkanku?, kau juga sudah berjanji padaku, aku juga sudah memohon padamu" dia mencengkeram tubuhku tetap di pangkuannya, tapi dia memandangku dengan tatapan memohonnya.

"Kenapa kau selalu mengatakan hal itu padaku?" aku berkata sambil menangkup kepalanya agar dia tahu betapa menderitanya aku karena kata-katanya.

"Tahukah kau itu membuatku tercekik" aku melanjutkan dan dia mendengaranku dengan seksama, seolah-olah tidak ingin melewatkan sepatah katapun dari bibirku.

"Kalau begitu kita percepat saja pernikahannya"

"Sean, undangannya sudah dicetak, kau sangat tidak masuk akal" aku beralasan sambil benar-benar beranjak dari pangkuannya, apa-apaan ini!. apakah dia telah kehilangan kehilangan akal sehat sialannya?, kadang kupikir dia lebih banyak memiliki uang dari pada akal sehatnya sendiri. Aku masuk kedalam kamar lalu membanting daun pintunya dengan sangat keras lalu menguncinya dari dalam.

Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang