Chapter 35

76.1K 3.6K 199
                                    

Aku masih memeluk pinggang Sean dengan erat saat aku mendengar pintu dibuka dari luar dan aku mendengar suara langkah kaki di lantai. Aku memejamkan mataku masih tetap dalam dekapan Sean yang sangat nyaman, aku merasakan lengannya mengirimkan kehangatan saat dia membelai punggungku dengan sangat lembut dan menenangkan.

"Mr Blackstone" suara Richard terdengar sangat familiar ditelingaku.

"Ada masalah apa?!" Sean bertanya dengan ketus tapi lengannya tetap membuatku nyaman dipelukannya.

"Paparazzi sudah berkumpul didepan Mr Blackstone, jika anda tidak keberatan kami akan membawa Ms Warren pergi dari sini sebelum mereka bertambah banyak" Richard menjawab pertanyaan Sean dengan tenang dan sangat terkendali, bahkan nada suaranya tidak menunjukkan emosi meski berulang kali Sean berkata dengan nada yang tajam. Kata-katanya seolah sudah diatur dan disaring sebelum dia mengucapkannya. Aku jadi bertanya-tanya apakah Melisa juga terlibat dalam perlatihan perkataannya, mengingat dia selalu ikut campur dengan apapun yang menyangkut keluarga Blackstone.

"Aku mengerti Richard, aku dan Ashley akan menemuimu diluar" Sean berkata dengan penuh pertimbangan dan segera mengatakan apa yang dia mau kepada Richard tanpa omong kosong lainnya, benar-benar sangat lugas dan jelas, dia telah terbiasa melakukan hal ini, sejak kecil dia telah terbiasa memberikan perintah, bahkan hanya dengan tatapan matanya yang tajam itu dia membuat semua orang tau bahwa dia adalah bos disini, bahwa dia yang memegang kendali.

Suara berikutnya yang kudengar hanyalah suara pintu yang dibuka lalu ditutup kembali, aku melonggarkan pelukanku dipinggangnya lalu mundur untuk melihat wajahnya, selain wajah tampan disana aku juga melihat kekhawatiran yang sangat terlihat jelas di matanya.

"Semua akan baik-baik saja, aku sudah pernah melewati ini sebelumnya" aku berujar untuk menenangkannya. Dia mengalihkan pandangannya dariku lalu aku melihat wajahnya yang begitu menyesal dan muram itu menatapku, dia terlihat seperti seorang remaja saat ini.

"Jika bukan karena Melisa, mereka tidak akan ada disini" Sean memandangku lalu mengelus pipiku dengan lembut, aku meraih tangannya dan mendekatkannya dibibirku kemudian mengecupnya, dia melihatku dengan tatapan takjub yang tidak pernah dia coba sembunyikan dariku, terkadang itu membuatku tersenyum geli, ketika aku membuat seorang pengusaha sukses tampak seperti remaja berusia 17 dihadapanku.

"Semua akan tetap terjadi cepat atau lambat, aku cukup bersyukur tidak mendapati diriku ada di majalah dewasa" aku menyesal dengan apa yang baru saja kukatakan padanya sungguh aku benar-benar tidak bermakud mengatakan hal itu didepannya. Aku bahkan meruntuki diriku sendiri saat aku tidak memiliki alat penyaringan untuk menyaring kata-kata yang keluar dari mulutku saat ini. Mata Sean yang gelap dan tajam itu menatapku seolah aku adalah mangsa yang siap untuk diterkamnya, melihat tatapan itu aku sungguh-sungguh menyadari bahwa aku berbuat kesalah besar dengan mengucapkannya.

"Aku tidak akan membiarkanmu masuk kedalam majalah dewasa sialan itu Ashley!, jika hal itu sampai terjadi maka bisa dipastikan bahwa aku sudah dikubur" Sean mengatakannya dengan nada yang tajam.

"Jangan katakan omong kosong seperti itu lagi dihadapanku, kau mengerti?!" tambah Sean, mengeratkan cengkeramannya dipinggangku, aku yang terpaku dalam tatapannya hanya bisa mengangguk padanya.

"Bagus, sekarang mari buat dirimu keluar dari sini" Aku segera melompat turun dari pangkuan Sean sementara dia berdiri dan mengenakan jasnya, lalu aku kembali masuk ke dalam pelukannya lagi, sebelum dia membuka pintu ruangannya dia membelai rambutku lalu menghadiahiku kecupan kecil dibibir.

"Semua akan baik-baik saja" dia berusaha menenangkanku, aku mengangguk dan memaksakan sebuah senyuman tipis untuknya lalu dia kembali melingkarkan sebelah lengannya di pinggangku dan menuntunku untuk keluar dari ruangannya.Ketika kami telah sampai di bawah kami langsung disambut oleh Richard dan beberapa orang berbadan besar, aku melihat orang-orang yang berkerumun di depan dengan membawa peralatan kamera mereka yang sudah cukup menakutiku.

Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang