51 - Sarapan Bersama.

98 2 0
                                    

Happy Reading.

Sinar matahari menerobos masuk melalui celah-celah gorden jendela. Trianna membuka matanya perlahan, badannya terasa sakit dan perih sekali di bagian punggung. Bahkan Trianna sampai tidur tengkurap karena rasa sakit yang ada di punggungnya.

Berbeda dengan Trianna, Bryan justru terlihat santai dan biasa saja dengan luka yang ada di punggungnya. Ia bahkan tertidur dengan terlentang, tidak menghadap kesamping ataupun tengkurap. Trianna menggelengkan kepalanya takjub, mungkin luka itu di anggap luka yang sangat kecil bagi Bryan.

Trianna duduk di atas kasur sambil meregangkan otot-otot tangannya. Kemudian ia menurunkan kakinya ke bawah, saat ingin berdiri, tangan Trianna di tarik oleh Bryan sehingga tubuh Trianna terjatuh ke dalam dekapan Bryan.

"Bryann!" teriak Trianna marah. Bryan hanya tersenyum kecil sambil mengeratkan pelukannya.

"Lepas, Bryan! Aku lapar!"

Bryan melepaskan pelukannya, "Kamu lapar?"

"Iya. Di sini ada makanan tidak?" tanya Trianna.

"Ada, tapi adanya makanan instan. Sebentar biar aku saja yang masak," ucap Bryan sembari turun dari kasur dan berjalan keluar dari kamar.

"Tunggu aku!" teriak Trianna sambil berlari mengikuti Bryan.

Mereka berdua berjalan menuruni tangga menuju ke dapur. Bryan berhenti di depan kulkas dan mengambil dua bungkus makanan instan. Trianna duduk di kursi bar memperhatikan Bryan yang sedang menusukkan penutup makanan instan itu dengan garpu lalu memasukkan dua bungkus makanan instan itu ke dalam microwave.

Setelah mengatur tingkat kepanasan microwave, Bryan mengambil satu botol wine dari lemari pendingin dan dua gelas kaca. Bryan menaruh satu botol wine dan dua gelas kaca itu di atas meja depan Trianna.

Suara dari microwave terdengar, Bryan membuka microwave dan mengambil dua bungkus makanan instan itu keluar dengan sarung tangan, lalu mematikan microwave itu.

Bryan menaruh dua bungkus makanan itu di atas meja, lalu duduk di samping Trianna. Trianna menarik makanan itu mendekat ke arahnya, ia membuka penutup makanan itu. Asap dan aroma lezat keluar dari makanannya, membuat perut Trianna menjadi semakin lapar.

Trianna menyendokkan makanannya ke dalam mulutnya, namun sebelum ia sempat mengunyah makanannya ia sudah melepehkannya terlebih dulu.

"Panas, panas," ucap Trianna sambil mengipas-ngipas lidahnya dengan tangan.

Bryan tertawa melihat Trianna, "Hati-hati kalo makan, itu masih panas," ucap Bryan sambil menuangkan wine ke dalam gelas.

Trianna melirik sinis ke arah Bryan, "Ya! Aku tau!"

Bryan tersenyum kecil, lalu menyodorkan gelas berisi wine itu kepada Trianna. Trianna mengambil gelas itu lalu meminumnya sampai habis.

"Hey, pelan-pelan," ujar Bryan.

Trianna meletakkan gelasnya di atas meja, tubuhnya sedang menikmati sensasi hangat yang muncul ketika meminum wine. Suasana pagi yang terasa dingin ini sangat cocok untuk meminum wine.

"Nanti siang Willy akan datang ke sini untuk menjemputmu," ucap Bryan sambil menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

"Willy? Untuk apa?" tanya Trianna heran.

"Membeli gaun untuk menghadiri acara nanti besok," jawab Bryan.

Oh, iya! Trianna lupa kalau besok ia dan Bryan akan menghadiri acara pesta rekan bisnis Bryan.

"Oke." Trianna menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

.
.
.

Suasana bandara lumayan ramai hari ini, banyak orang yang berlalu lalang membawa koper milik mereka. Sama dengan seorang pria yang baru saja menginjakkan kakinya di kota kelahirannya itu.

"Ah, I really miss this city," ucap pria itu sambil tersenyum melihat orang-orang yang sedang berlalu lalang.

Pria itu berjalan keluar dari bandara. Sejenak pria itu berhenti, memandangi kota yang sudah lama ia tidak tinggali sejak 5 tahun terakhir.

"Mr. Lee!"

Pria itu menengok ke suara yang memanggilnya lalu tersenyum. Orang yang memanggilnya itupun berjalan mendekati pria itu.

"Hello Mr. Bagaimana kabarmu?" tanya orang itu sambil berjabat tangan dengan pria itu.

"I'm fine, thank you. How about you?"

"Saya juga baik, Mr. Sudah lama Mr. pergi dari kota ini, dan sekarang Anda sudah kembali lagi membuat saya terkejut dan senang secara bersamaan."

Pria yang bernama Lee itu hanya tersenyum.

"Omong-omong, bagaimana dengan bisnis Anda? Saya dengar dari rekan-rekan bisnis saya kalau bisnis milik Mr. sudah sangat sukses sekarang."

"Ah, tidak juga, Mr. Arland. Tapi bisnis saya membaik sekarang."

"Bagus kalau begitu. Oh iya, sebelum saya pergi, saya ingin menanyakan sesuatu," ucap orang yang bernama Arland itu.

"Apa?" tanya Lee sambil mengangkat satu alisnya ke atas.

"Saya sudah mengirimkan undangan pesta kepada asisten Mr. Apa Anda sudah menerimanya dan ingin datang ke pesta saya?"

"Haha, tentu, Mr. Arland. Suatu kehormatan bagi saya bisa di undang dalam pesta Anda, tentu saya akan datang ke pesta Anda."

Arland tersenyum mendengar ucapan Lee, "Saya senang mendengarnya, suatu kehormatan juga bagi saya karena Mr. akan datang ke pesta saya."

Lee hanya tersenyum sebagai balasan.

"Baiklah kalau begitu, saya pamit pergi dulu ya Mr. Sampai jumpa besok di pesta saya."

Lee tersenyum sambil mengangguk, kemudian Arland pergi meninggalkan Lee. Setelah melihat tubuh Arland menghilang, senyum Lee seketika luntur dari bibirnya.

"Menjengkelkan!"

Sebuah mobil hitam berhenti di hadapan Lee, ia langsung masuk ke dalam mobil itu dan duduk di kursi belakang.

"Kau terlambat, Ken."

"Maafkan saya Mr. Tadi saya terjebak macet sebentar," ucap Ken.

Lee menghembuskan napasnya kasar, "Jalan."

"Baik, Mr."

.
.
.

To be content.

Hayooo. Ada karakter baru nih, senggol dong. WKWK. Kira-kira siapa ya dia sebenarnya? Terus, dia bakal ketemu sama Trianna dan Bryan gak yaa?

Siap-siap aja ya gengs, karena kita bakalan ngelihat siapa dia sebenarnya. Jangan lupa siapin popcorn dan minuman buat nonton konflik yang sebenarnya bakal di mulai.

Jangan lupa vote, komen, dan follow akun akuuu! Terimakasihhh.

IMAGINATIONWhere stories live. Discover now