01 - Makan Malam Bersama.

2.3K 107 3
                                    

Haii guys, ini cerita pindahan dari akun NakaKumuzaa ya. Itu akun kedua aku, aku lupa kata sandi akunnya jadi aku pindahin kesini. Nanti kalau udah bisa kebuka, aku bakal ngabarin di sana. Terimakasih.

.
.
.

Trianne Zaydrend, dia merupakan anak tunggal dan cucu satu-satunya dari keluarga Zaydrend. Tentunya karena Trianne anak satu-satunya dan cucu satu-satunya, ia menjadi anak kesayangan keluarga Zaydrend.

Trianne sangat dimanjakan oleh seluruh keluarga besarnya, terutama sang kakek yang sangat menyayangi cucu satu-satunya itu. Karena itu Trianne merasa dalam hidupnya tidak memiliki kekurangan apapun, sebab keluarganya sudah memberikan cinta, kasih sayang, bahkan harta yang berlimpah.

Trianne juga memiliki sahabat bernama Zeva, mereka berdua sudah menjadi sahabat sejak mereka sekolah smp. Sekarang mereka sedang makan malam bersama dengan Ziko--pacarnya Zeva, dan dua temannya Ziko. Aden dan Chrish.

Mereka sudah memesan makanan dua menit yang lalu, sekarang mereka sedang menunggu pesanan mereka datang sembari mengobrol tentang hal-hal yang random.

Aden terus menceritakan kejadian random yang ada di sekitarnya, dari tukang bakso yang gerobaknya lupa dikasih batu untuk mengganjal rodanya padahal jalanannya menanjak, sehingga gerobaknya meluncur dengan cepat sampai-sampai nyungsep di pinggir jalan. Sampai adeknya Aden--Alvin, yang tidak sengaja menginjak tai kerbau saat sedang bermain di sawah tempat tinggal neneknya.

Trianne, Zeva, dan Chrish yang mendengar cerita cerita random dari mulut Aden pun tertawa. Sedangkan Ziko hanya tersenyum mendengar cerita itu. 

"Permisi," ucap seorang pelayan mengantarkan pesanan yang mereka pesan tadi.

Makanan mereka di sajikan di atas meja, setelah semua makanan mereka di sajikan, mereka berdoa terlebih dahulu sebelum menyantap makanan yang ada di hadapan mereka. Setelah berdoa, Zeva terlihat mengerutkan keningnya.

"Kayaknya ini salah deh pesanannya, aku alergi sama udang, tapi kenapa yang dateng malah nasi goreng udang?" tanya Zeva, mereka semua melihat ke arah makanan Zeva.

"Loh, iya kamu 'kan alergi sama udang," sahut Trianne sembari melihat makanan yang ada di depan Zeva.

"Iya ih, Tria, aku boleh tukeran makanan sama kamu gak? Aku gak bisa makan udang soalnya," pinta Zeva.

"Boleh, nih kamu makan punya aku aja, punya aku gak ada udangnya kok."

"Oke, ini kamu makan punya aku ya Tria, terimakasihh, Tria."

"Iya, sama-sama Zev."

Mereka melanjutkan makan malam mereka setelah bertukar makanan tadi. Baru tiga suap masuk ke dalam mulut Trianne, Trianne langsung merasa lehernya tercekik, tenggorokannya panas dan sesak tidak bisa bernafas. Trianne kejang kejang sehingga terjatuh dari tempat duduknya, mulutnya mengeluarkan banyak busa.

Mereka berempat yang melihat itu seketika langsung panik, Zeva mendekati Trianne sembari menangis. Ziko sudah menelpon ambulance dan ambulance akan segera datang ke restoran itu.

Tidak perlu waktu lama ambulance pun datang dan segera membawa Trianne ke rumah sakit. Tetapi di tengah perjalanan menuju ke rumah sakit, nyawa Trianne melayang pergi meninggalkan raganya.

.
.
.

Di sebuah ruangan VVIP dalam rumah sakit, terbaring seorang perempuan yang sedang tidak sadarkan diri dengan alat bantu pernafasan yang berada di hidungnya. Perempuan yang tadinya tidak sadarkan diri itu, secara perlahan menggerakkan jarinya.

Setelah bisa mengendalikan kembali badannya, perempuan itu membuka matanya secara perlahan namun pasti. Sekarang matanya sudah terbuka secara sempurna. Matanya melihat ke arah sekelilingnya.

Bau obat-obatan tercium pekat di hidungnya, dapat ia tebak sekarang ia berada di rumah sakit. Ia berusaha untuk mendudukan tubuhnya, namun sulit. Tubuhnya terasa sangat sakit.

'Kenapa seluruh tubuhku terasa sangat sakit?' batin perempuan itu.

Ia kembali berusaha untuk mendudukan dirinya, dan akhirnya berhasil. Ia kembali melihat-lihat sekelilingnya, hingga tatapannya jatuh kepada cermin yang menggantung di samping kanannya. Saat melihat ke arah cermin itu, matanya melotot dan langsung loncat melepaskan alat pernafasan yang ada di hidungnya.

Mengabaikan rasa sakit ketika berjalan menuju cermin yang ada di hadapannya sekarang. Tangannya mengucek-ucek matanya, siapa tau dia salah liat. Tetapi sama saja, wajah yang ada di depan cermin itu tidak berubah sedikitpun.

Melihat itu ia merasa sangat shock dan berteriak kencang, "AAAAAAAAA!"

Seorang dokter lelaki dengan seorang suster di belakangnya itu terkejut mendengar teriakan dari pasiennya itu, lebih terkejut lagi saat melihat pasiennya itu sudah sadar dari komanya.

Dokter itu menetralkan rasa terkejutnya lalu ia langsung menghampiri pasiennya.

"Nona Trianna," panggil dokter tersebut.

"Hah? Siapa Trianna?" tanya Trianna, atau sekarang tubuhnya sudah terisi oleh jiwa Trianne.

"Anda nona, nama anda Trianna Immanuel Charlie," ucap dokter tersebut.

"HAH?! Nggak, nggak mungkin dok! Nama saya bukan Trianna im-im apa tadi?"

"Immanuel, nona."

"Iya pokoknya itulah! Nama saya Trianne Zaydrend dok! Bukan Trianna tapi Trianne!"

Dokter tersebut terlihat heran ketika pasiennya menyebutkan nama itu, "Apa nona baik-baik saja?" tanyanya.

"Liat aja sendiri!" bentak Trianne tanpa sadar karena terkejutannya.

"Iya, saya akan memeriksa anda, silahkan berbaring di atas brankar nona," ucap dokter tersebut.

Trianne ingin menolak tetapi tidak bisa, ia ingin mengetahui apa yang terjadi dengannya, jadi ia menuruti apa perkataan dokter itu.

Sekarang dokter tersebut sedang memeriksa dirinya, tidak butuh waktu yang lama dokter itu sudah selesai memeriksa Trianne.

"Sepertinya anda mengalami amnesia nona, ingatan anda mungkin hilang karena anda sudah tidak sadarkan diri selama 5 tahun," ucap dokter tersebut.

"APA?! 5 TAHUN?! Yang bener aja dok!" teriak Trianne.

"Iya, bener nona, anda sudah koma selama 5 tahun. Karena kecelakaan mobil yang menimpa anda 5 tahun yang lalu," lanjut dokter tersebut.

"Apaan kecelakaan mobil?! Saya ini keracunan makanan dok, bukan kecelakaan mobil!" sergah Trianne.

"Anda sepertinya memang sudah hilang ingatan nona, nanti besok saya akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Sekarang saya harus permisi meninggalkan nona," pamit dokter tersebut sembari meninggalkan Trianne seorang diri.

"Hei! Hei dokter! Tunggu!" panggil Trianne. Sia-sia, dokter itu sudah pergi menutup pintu ruangan tersebut, "Ah, sialan!"

Tiba-tiba saja kepala Trianne terasa pusing dan akhirnya tak sadarkan diri.

.
.
.

To be content.

Hai, jangan lupa vote, komen, dan follow ya, terimakasih.

IMAGINATIONWhere stories live. Discover now