39 - Surat Ancaman?

175 9 0
                                    

Happy Reading.

Ketukan pintu terdengar sebanyak 3 kali, seorang pria melirik sekilas ke arah pintu kemudian kembali fokus dengan komputer yang ada di depannya.

"Masuk!"

Setelah mendengar suara dari dalam, seseorang membuka pintu. Ia berjalan masuk ke dalam ruang kerja itu, kemudian mendekati meja bosnya. Pria itu membungkukkan badannya hormat.

"Ada apa, Max?" tanya Reynand. Tatapannya masih fokus menatap layar komputer di depannya.

"Ada surat untuk anda, tuan," kata Max.

Reynand langsung menatap ke arah Max, "Surat?"

Max menganggukkan kepalanya, "Tadi ada seseorang yang mengirimkan sebuah surat ke sini, orang itu menitipkan suratnya ke resepsionis di depan. Katanya surat ini untuk anda, tuan."

"Siapa pengirimnya?" tanya Reynand heran.

Max melihat amplop surat yang ada di tangannya. Setelah di lihat-lihat oleh Max, di surat itu tidak ada nama pengirimnya, hanya ada nama penerimanya saja.

"Tidak ada nama pengirimnya, tuan," ucap Max.

Reynand terdiam sejenak, "Kemari, saya ingin melihat suratnya," pintanya.

Max maju mendekat lalu meletakkan surat itu di atas meja kerja Reynand. Reynand mengambil surat itu kemudian ia membuka surat itu. Reynand mulai membaca isi dari surat itu, seketika tubuhnya menegang.

Tidak ada nama pengirim yang tertulis di dalam surat itu, tetapi Reynand sudah tau siapa yang mengirimkan surat ini.

"Aku akan pulang sekarang," ucap Reynand sembari berdiri dari kursinya.

Max yang menyadari perubahan sikap dari bosnya mengangguk, "Baik, tuan. Saya akan menyiapkan mobil anda di bawah." Kemudian Max berjalan keluar dari ruang kerja Reynand untuk menyiapkan mobil.

Reynand meremas kertas surat yang ada di tangannya.

"Apa rencana dia ... sebenarnya?" gumam Reynand.

.
.
.

Resta terdiam di dalam kamarnya sembari menatap ke arah luar jendela kamarnya. Mata Resta terus-menerus mengeluarkan air mata. Sesekali ia mengelus-elus perutnya yang mulai membuncit sambil menangis.

Resta merasa putus asa karena kekasihnya sudah tidak bisa menemaninya lagi. Resta tidak tau harus berbuat apa, ia merasa kesal, marah, dan sedih. Perasaannya campur aduk.

Resta tidak tau akan mempertahankan janin yang berada di dalam rahimnya sampai kapan, sungguh ia sangat takut. Takut kalau ayahnya mengetahui kalau Resta hamil.

Tidak ada yang tau kalau Resta hamil kecuali Roselina dan Raksa, mereka menyembunyikan kehamilan Resta karena takut Raden akan marah dan mengusir Resta dari rumah.

Tetapi saat ini Resta merasa sedikit lega karena ia tidak ikut terseret dalam tuntutan Raksa sebagai pecandu dan pengedar narkoba. Resta dan Raksa sudah menjadi pecandu sejak 2 tahun yang lalu, saat itu Raksa sedang mencoba-coba narkoba yang di berikan oleh temannya.

Karena hal itu, Raksa menjadi kecanduan dan terus menerus mengkonsumsi narkoba. Sampai di suatu waktu Resta melihat Raksa sedang menggunakan narkoba di dalam kamar Raksa. Saat itu Resta marah kepada Raksa, tetapi karena kondisi Raksa yang sedang teler ia dengan sengaja memaksa Resta untuk ikut mengkonsumsi barang haram tersebut.

Sejak saat itu Resta menjadi ikut-ikutan ketagihan dan kecanduan, mereka berdua terus menerus membeli, memakai, dan juga mengedarkan secara ilegal barang haram itu.

IMAGINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang