21 - Kenapa, sih?!

352 20 0
                                    

Happy Reading.

Gelan membukakan pintu apartemen miliknya, di depan pintu apartemen itu ada Bryan yang berdiri dengan wajah datarnya.

"Dimana Trianna?" tanya Bryan dingin.

Belum sempat Gelan menjawab pertanyaan dari Bryan, Bryan sudah masuk ke dalam apartemen milik Gelan dan menghampiri Trianna. Gelan hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan Bryan.

Tanpa mengatakan apapun, Bryan langsung menarik tangan Trianna untuk keluar dari apartemen Gelan. Trianna memberontak berusaha untuk melepaskan genggaman tangan Bryan, tetapi genggaman tangan Bryan terlalu kuat untuk di lepaskan.

"Hey! Lepaskan aku!" teriak Trianna memberontak.

"Diam!" bentak Bryan seketika membuat Trianna terdiam.

Bryan berjalan melewati Gelan yang sedang melihat mereka, Bryan menatap tajam ke arah Gelan. Gelan seketika mundur satu langkah ke belakang, ia ingin mencari aman karena sudah tau bagaimana marahnya seorang Bryan.

Trianna menatap Gelan meminta pertolongan, namun Gelan menggeleng sembari mengucapkan 'Aku tidak bisa bantu, sorry,' dari mulutnya tapi tidak bersuara.

Trianna menghembuskan nafasnya pelan dan hanya bisa menurut kepada Bryan. Ingin memberontak juga percuma, hal itu hanya membuat Trianna membuang-buang tenaganya saja. Karena tenaga Bryan jauh lebih besar di bandingkan Trianna.

Bryan dan Trianna masuk ke dalam lift, tangan kiri Bryan memencet tombol lift, sementara tangan kanannya tetap memegang tangan Trianna dengan kuat.

Trianna meringis ketika merasakan genggaman dari tangan Bryan semakin kuat. Trianna ingin protes kepada Bryan tetapi niatnya ia urungkan ketika melihat urat-urat leher Bryan muncul. Sirine di dalam kepala Trianna seketika berbunyi menandakan bahaya.

'Bagaimana Bryan bisa tau kalau aku ada di sini? Apa Willy yang memberitahunya?' batin Trianna.

Pintu lift terbuka, Bryan menarik tangan Trianna keluar dari lift. Di tempat parkir terlihat Willy sedang berdiri menunggu Bryan dan Trianna dengan ekspresi datar miliknya.

Trianna melirik ke arah Willy meminta penjelasan, jari kelingking tangan Willy terangkat. Trianna langsung ingat dengan janjinya kepada Willy. Tetapi kenapa harus bilang-bilang kepada Bryan, sih?!

"Dia pulang bersamaku," kata Bryan datar, Willy hanya menganggukan kepalanya.

Bryan membukakan pintu depan dan menyuruh Trianna untuk masuk ke dalam mobil. Trianna segera masuk ke dalam mobil Bryan. Setelah menutup pintu mobil, Bryan memutari bagian depan mobil dan masuk ke dalam mobilnya.

Bryan menghidupkan mobilnya lalu mobil berjalan meninggalkan area parkiran. Willy membungkukkan badannya sejenak, lalu berjalan masuk ke dalam mobil miliknya.

.
.
.

Trianna diam sembari sesekali melirik ke arah Bryan. Ingin sekali Trianna berbicara, tetapi sangat sulit seperti ada lem yang mengering di bibir Trianna.

"Aku menyuruhmu untuk pulang, bukan bermain ke apartemen milik pria sipit itu," hardik Bryan sembari melirik ke arah Trianna yang terdiam.

"Kenapa? Aku hanya ingin berkunjung ke apartemen Gelan sebentar!" balas Trianna.

"Sebentar katamu? Kau sudah 1 jam berada di apartemen pria sipit itu!" bentak Bryan dengan nada yang sedikit meninggi.

"Emangnya kenapa sih?! Aku dan Gelan 'kan sahabat! Memangnya tidak boleh kalau aku berkunjung ke apartemen sahabatku?!" Suara Trianna ikut meninggi.

"Apakah pantas seorang perempuan yang sudah memiliki tunangan berduaan dengan lelaki lain?" tanya Bryan dengan nada rendah.

Trianna terdiam, "Tapi 'kan---"

"Fuck your friendship!" potong Bryan. [Persetan dengan persahabatanmu!]

Trianna kembali terdiam, Bryan terlihat sangat marah kepadanya. 'Dia ini ... apa sedang cemburu?' batin Trianna.

Bryan mempercepat laju mobilnya lalu membelokkan mobilnya ke arah lain. Trianna yang melihat itu terheran, ini bukan jalan menuju mansion Bryan. Walaupun Trianna baru beberapa hari tinggal di sana, Trianna sudah cukup hafal jalan menuju mansion Bryan.

"Bryan, kita mau kemana?" tanya Trianna, Bryan hanya diam tidak menjawab.

"Bryan," panggil Trianna, Bryan tetap diam.

"Bryan!" panggil Trianna ketiga kalinya, seketika mobil Bryan melaju dengan cepat membelah jalanan.

Trianna panik, "Hey! Aku masih ingin hidup!" teriaknya. Bryan mengabaikan teriakan Trianna, ia masih tetap menambah kecepatan mobilnya.

"Bryan!" Bryan tetap mengabaikan panggilan dari Trianna. Jantung Trianna ingin copot saat mobil Bryan hampir saja menabrak mobil di depannya. Untung saja Bryan membanting stir ke arah lain lalu kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Bryan! Aku tidak ingin mati sebelum aku mencoba baju pengantinku!" teriak Trianna seketika membuat Bryan menurunkan kecepatan mobilnya.

Trianna menghela nafas lega, ia melirik ke arah Bryan. Urat-urat yang muncul di leher Bryan menghilang dengan wajah datarnya. Sekarang Bryan tersenyum tipis, membuat Trianna seketika melongo.

'Kepribadian ganda?' batin Trianna.

Mobil Bryan berjalan memasuki hutan yang lebat dengan pepohonan di samping kiri kanannya. Perasaan Trianna mulai terasa tidak enak. Mobil Bryan memasuki area hutan pohon pinus, di depan sana terlihat rumah besar yang terbangun di tengah-tengah hutan pohon pinus.

Gerbang rumah itu terbuka, mobil Bryan masuk ke dalam pekarangan rumah itu dan berhenti. Bryan turun dari mobilnya terlebih dulu untuk membukakan pintu Trianna.

Trianna turun dari mobil dan melihat ke rumah besar yang bersih terawat.

"Ini rumah milik siapa?" tanya Trianna.

"Milikku. Sebagai hukuman untuk dirimu karena bertemu dengan pria sipit itu di belakangku lagi, kau akan tinggal di sini untuk sementara," jawab Bryan.

Trianna melototkan matanya terkejut.

'Aku beneran di telantarkan di tengah hutan!'

.
.
.

To be content.

Double up nih hehe. Jangan lupa vote, komen, dan follow akun aku yaaaa. Terimakasihhh.

IMAGINATIONWhere stories live. Discover now