16 - Bertemu?

455 27 0
                                    

Happy Reading.

Trianna meperhatikan foto keluarga itu dengan lekat, ia melihat satu persatu wajah yang ada di dalam foto tersebut.

Seorang pria yang rambutnya sudah beruban memakai kemeja berwarna hitam dan tuxedo berwarna putih duduk dengan gagah di tengah-tengah keluarga itu. Trianna yakin itu adalah paman dari Trianna yang asli. Dan ada seorang wanita yang duduk di samping pamannya, wanita itu memakai gaun berwarna hitam putih, wajahnya terlihat masih muda tapi terdapat sedikit keriput di wajahnya. Wanita itu pasti bibi Trianna yang asli.

Di belakang paman dan bibinya itu ada 3 orang yang berdiri. Di tengah-tengah ketiga orang itu, berdiri seorang perempuan yang mengenakan baju yang sama dengan bibinya, bisa ia tebak kalau perempuan itu sepupunya, Resta. Di samping kiri Resta, ada seorang pria bertubuh tinggi yang memakai baju yang sama dengan pamannya. Trianna mengingat kalau wajah pria ini memang pernah masuk ke dalam memori ingatannya, dia anak pertama dari pamannya, namun ia lupa dengan nama dari pria itu.

Terakhir, seorang pria bertubuh tinggi yang berdiri di samping kanan Resta, pria itu memakai kemeja berwarna putih dan tuxedo berwarna hitam. Berbeda dengan paman dan anak pertamanya. Pria ini pasti anak terakhir dari pamannya. Trianna ingat sekali kalau pria ini sudah mencaci maki Trianna yang asli dan ikut menyiksa fisik Trianna yang asli dulu.

Mengingat kejadian-kejadian yang muncul di dalam memori Trianna membuat Trianna menggeram marah. Tangan kirinya mengepal kuat.

'Oke, aku sudah menandai muka-muka jahanam ini. Tunggu saja tanggal mainnya, keluarga bedebah!' batin Trianna menggebu-gebu.

Cklek.

Pintu kamar mandi terbuka, Bryan keluar dengan keadaan yang sudah rapih memakai kemeja berwarna hitam dan celana panjang berwarna senada dengan kemejanya.

Bryan berjalan ke arah Trianna yang sedang memandangi handphone milik Trianna.

"Lagi apa?" tanya Bryan membuat Trianna terlonjak kaget dan melihat ke arah Bryan.

"Lagi main handphone." Mendengar jawaban dari mulut Trianna membuat Bryan mendengus.

"Kenapa?" tanya Trianna balik kebingungan.

Bryan tidak menjawab pertanyaan dari Trianna, ia memilih untuk mendaratkan bokongnya ke sofa. Pergelangan kemejanya Bryan lipat. Aroma mint bercampur citrus tercium oleh Trianna.

"Bosen," ucap Trianna sembari menyandarkan punggungnya ke sofa.

Bryan mengangkat satu alisnya, "Bosen?"

"Iya, bosen, mau jalan-jalan."

"Mau jalan-jalan?" Trianna mengangguk semangat.

Bryan melihat ke arah arloji di pergelangan tangannya, masih ada waktu 4 jam sebelum ia berangkat meeting bersama kliennya.

"Baiklah, kau mandi dulu. Nanti kita akan pergi jalan-jalan," ucap Bryan.

"Oke!" Ibu jari tangan Trianna acungkan.

"Mandinya jangan lama-lama, kalau lama kita tidak jadi jalan-jalan!" ucap Bryan dengan nada mengancam

Trianna mengangguk cepat dan langsung berlari kecil ke arah kamar mandi. Bryan yang melihat itu tersenyum kecil, kemudian tatapannya beralih ke handphone Trianna yang tergeletak di atas meja.

Seringai kecil muncul di bibir Bryan.

.
.
.

Setelah selesai mandi dan memakai bajunya, Trianna mengambil tasnya yang menggantung di gantungan. Trianna memasukan handphone miliknya ke dalam tas.

Trianna berjalan keluar dari kamar Bryan dan masuk ke dalam lift. Tadi saat Trianna sedang memakai bajunya, dari luar Bryan mengatakan kalau ia akan menunggu di bawah.

Pintu lift terbuka, Trianna keluar dari lift. Matanya melihat kesekeliling mencari keberadaan sosok yang memiliki iris mata berwarna abu-abu itu.

Dari depan Bryan berjalan ke arah Trianna, Bryan menatap Trianna dengan tatapan hangat.

"Sudah selesai?" tanya Bryan.

"Sudah, ayo kita langsung berangkat!" seru Trianna sembari memegang tangan Bryan. Bryan hanya mengangguk.

Mereka berdua berjalan ke luar dari mansion. Trianna melihat sebuah mobil sedan berwarna hitam bermerk Mercedes-Benz C-Class atau biasa di sebut Mercy. Bryan berjalan di depan, lalu ia membukakan pintu untuk Trianna.

Trianna masuk ke dalam mobil dan mengucapkan terimakasih, Bryan hanya mengangguk. Setelah menutup pintu mobil, Bryan memutari bagian depan mobilnya lalu masuk ke dalam mobil.

Mobil berjalan keluar dari mansion, mobil melaju dengan kecepatan sedang. Bryan melirik ke arah Trianna.

"Mau jalan-jalan kemana?" tanya Bryan.

Trianna berpikir sejenak, "Ke mall?"

"Oke."

Bryan melajukan mobilnya menuju ke mall. Beberapa menit kemudian, mobil Bryan sudah memasuki area basement mall. Bryan memarkirkan mobilnya di sana, setelah itu mereka turun dari mobil.

Trianna menggandeng tangan Bryan, mereka memasuki area mall. Tempat yang pertama Trianna tuju adalah kios ice cream yang ada di sana.

Trianna membeli ice cream rasa cokelat dan vanilla, sementara Bryan membeli rasa vanilla. Mereka duduk di salah satu bangku untuk memakan ice cream mereka.

Setelah ice cream mereka sudah habis, mereka kembali berjalan-jalan memutari mall. Sampai mereka tiba di depan salah satu butik di sana.

Saat Trianna dan Bryan ingin memasuki butik itu, tiba-tiba saja Trianna terdorong, untung saja Bryan dengan sigap menahan tubuh Trianna agar Trianna tidak terjatuh.

Trianna melihat ke arah seseorang yang mendorong dirinya, seketika tubuh Trianna membeku.

"Kalau jalan itu liat-liat dong!" bentak orang yang mendorong Trianna. Orang itu menengok ke arah Trianna dan terkejut melihat orang yang ada di depannya.

"T-Trianna?!"

.
.
.

To be content.

Hai gengs, jangan lupa vote, komen, dan follow akun aku yaaaa. Terimakasihhh.

IMAGINATIONWhere stories live. Discover now