05 - Janji Temu.

858 60 0
                                    

Hai, ketemu lagi sama aku huehue. Gengs, kalo ada typo bisa di tandain ya! Biar bisa langsung di benerin hihi. Terimakasih sebelumnya udah mau baca cerita aku. Semoga kalian suka ya!

Happy reading.

"Halo?" Terdengar suara dari sebrang sana.

"Iya, halo," jawab Trianna.

"Trianna? Ah ... maksudku Trianne? Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik. Tidak usah basa-basi. Cepat jelaskan semua yang terjadi, Gelan!"

"Kau ini memang persis seperti karakter yang aku ciptakan. Keras kepala dan tidak sabaran." Gelan terdengar seperti sedang terkekeh kecil, "Aku tidak bisa menjelaskan semuanya melalui telepon. Bagaimana kalau kita bertemu saja besok? Kau masih berada di rumah sakit 'kan?"

"Iya, tapi sepertinya nanti sore aku akan pulang dari rumah sakit. Aku bosan berada di sini."

"Pulang ke rumah pamanmu itu?"

"Tidak, aku akan pulang ke apartemen milik Trianna. Aku tidak mau jika harus bertemu dulu dengan keluarga bajingan itu dalam waktu dekat." Trianna menghembuskan nafasnya keras, "Aku ingin hidup dengan tenang terlebih dahulu sebelum menghadapi berbagai macam drama yang memuakkan."

Gelan tertawa di sebrang sana, "Haha! Tidak ada yang namanya hidup tenang di dunia ini Trianne, pasti banyak cobaannya, di sini orang mati saja masih di doakan semoga dia tenang di sana."

"Ck, iya aku tahu! Maka dari itu aku ingin menghindar dari orang-orang itu dulu. Sebelum membalaskan dendam, aku harus menyusun rencananya terlebih dulu, 'kan?"

Gelan terdiam sesaat, "Apakah kau sudah yakin?"

"Tentu! Aku sangat yakin!"

"Baiklah, jadi besok kita akan bertemu di mana?"

"Nanti aku akan mengabarimu."

"Oke, aku akan menunggu kabar darimu," ucap Gelan tersenyum sembari menutup teleponnya.

.
.
.

Sehabis berbicara dengan Gelan melalui telepon, kini Trianna berada di ruangan dokter ingin meminta izin untuk pulang hari ini. Sebelum di berikan izin, Trianna harus di periksa terlebih dahulu untuk memastikan bahwa dia benar-benar sudah sehat. Setelah pemeriksaan, Trianna akhirnya di berikan izin untuk pulang.

Trianna segera membereskan seluruh barang-barangnya. Ia memasukan semua barangnya ke dalam tas besar. Selesai membereskan barangnya, Trianna langsung bergegas meninggalkan ruangan yang sudah ia tempati selama 3 hari itu.

Trianna berjalan keluar dari rumah sakit itu, menunggu taksi lewat di halte bis yang berada di depan rumah sakit. Tiba-tiba saja ada sebuah mobil bermerk Audi Q5 berwarna hitam berhenti di hadapannya. Seorang pria keluar dari mobil.

Trianna sedikit terkejut melihat wajah dari pria itu. Pria kemarin yang mengatakan bahwa minggu depan mereka akan menikah.

"Ada apa kau kemari?" tanya Trianna heran.

"Kamu sudah boleh pulang?" Bukannya menjawab pertanyaan dari Trianna, Bryan malah nanya balik.

"Sudah, kenapa?" jawab Trianna dengan nada sedikit ketus.

"Tidak apa-apa. Mau saya antar pulang?" tawar Bryan. Trianna sebenarnya ingin menolak tetapi ia tidak bisa menyia-nyiakan tumpangan 'gratis'.

"Hm, boleh deh." Mendengar jawaban dari Trianna membuat Bryan tersenyum tipis.

"Sini, biar saya saja yang menaruh tas itu ke dalam mobil." Trianna terkejut ketika tasnya sudah berada di tangan Bryan, dan tas itu segera Bryan masukkan ke dalam bagasi mobil.

Trianna berjalan mendekati mobil dan ingin membuka pintu mobil bagian belakang, tetapi dengan cepat tangan besar Bryan membuka pintu mobil bagian depan dekat dengan kursi kemudi. Gerakan dari Bryan yang secara tiba-tiba itu membuat Trianna terlonjak kaget.

"Duduk di samping saya. Jangan di belakang." Trianna kembali terkejut saat menerima perlakuan manis dari Bryan, 'ada apa dengannya? Perasaan kemarin sifatnya dingin dan cuek, kenapa sekarang tiba-tiba bersikap seperti ini?' batin Trianna.

Sadar dari keterkejutannya, Trianna hanya mengangguk lalu duduk di depan. Bryan menutup pintu mobil, lalu memutari depan mobil dan masuk ke dalam mobil tempat kemudi.

Bryan menjalankan mobilnya. Hening. Tidak ada suara kecuali suara musik yang keluar dari tape mobil. Trianna terlalu sibuk dengan pikirannya, begitu juga Bryan.

Trianna teringat sesuatu, "Jangan bawa aku ke rumah pamanku!"

Mendengar itu Bryan membuat kedua alisnya menyatu, "Siapa yang akan membawamu ke sana?" tanyanya sembari tersenyum miring.

"Lalu? Kau mau membawaku kemana?" tanya Trianna.

"Ke rumah saya."

"Hah?!" Trianna yang ingin protes tiba-tiba saja bungkam setelah mendengar perkataan Bryan.

"Kalau kamu protes, saya akan turunkan kamu di jalan," ucap Bryan mengancam.

'Bryan sinting! Mainnya ngancem-ngancem! Gak asik!' batin Trianna mengomel tidak jelas.

"Saya tau kalau kamu lagi mengatai saya di dalam hatimu itu." Perkataan Bryan membuat Trianna sedikit terkejut, 'bagaimana dia bisa tau?'

"Dari mukamu, keliatan kalau kamu sedang kesal," kata Bryan sembari tersenyum tipis.

"Kau gila ya!"

"Iya, saya gila. Tergila-gila karenamu."

"Beneran sinting!"

.
.
.

To be content.

Hai gengs, gimana part ini? Seru gak? Jangan lupa komen dan vote nya ya! Terimakasihh.

IMAGINATIONWhere stories live. Discover now